47

10.5K 518 5
                                    


Happy Reading✨.

"Zafiaaa!!"

Alfa mematung dengan mata berair. Kakinya terasa lemas untuk berpijak di tempatnya. Di depannya, Zafia tengah terbaring dengan darah mengucur deras di pelipisnya. Alfa memaksa kakinya untuk tetap menapak agar dia bisa menghampiri Zafia.

Si pengendara motor yang menabrak Zafia masih berada di tempatnya. Jika dilihat dari penampilannya, sepertinya ia adalah salah satu pembalap liar yang tengah melakukan aksinya di wilayah sekitar sana. Salah seorang berhenti dan mendekati motor pempalap itu.

"Bego! Lo nabrak orang, Anj*ng! Tanggung jawab nggak lo!" bentak si pengendara yang mungkin adalah rival mainnya si pengendara yang menabrak Zafia.

Pengendara yang marah-marah itu turun dari motornya dan melepaskan helmnya. Tangannya terjulur untuk menarik si pengendara yang menabrak Zafia.

"Jangan jadi banci lo! Tanggung jawab!" bentaknya lagi dan menghempaskan tubuh pembalap itu di samping Alfa yang sudah di dekat Zafia.

Alfa mengulurkan tangannya dan membawa kepala Zafia yang bersimbah darah ke pangkuannya. Air matanya sudsh mengalir deras dan menetes ke pelipis Zafia yang terus mengeluarkan darah.

"Sayang, bangun. Jangan tinggalin Kakak. Kakak minta maaf, Zaf. Zafia, bangun. Jangan hukum Kakak dengan cara ini," lirih Alfa sambil menepuk pipi Zafia yang mulai dingin.

Bagai tersengat aliran listrik. Orang yang menjatuhkan pembalap yang menabrak Zafia tadi mematung, demi bisa mendengar jelas gumaman Alfa yang membuat telinganya panas. Dia menendang pembalap yang masih mematung itu demi bisa melihat wajah seseorang yang ditabrak tadi.

Bibirnya kelu. Matanya memanas saat berhasil menangkap sosok Zafia yang terpejam di pangkuan Alfa. Dia mendekat, demi memastikan sesuatu.

"Zafia, Kakak mohon. Kamu bangun, Zafia. Zafia ... hiks," isakan kecil keluar dari bibir Alfa.

"Z--zafia?" gumam pengendara yang mendekati Alfa itu. Tangannya mengepal dengan mata memerah menahan amarah. Pandangannya tertuju pada pembalap yang menabrak Zafia itu.

"Daniel brengs*k!"

Dengan emosi yang meluap, pengendara tadi memberikan pukulan bertubi-tubi pada pembalap yang disebutnya 'Daniel' tadi.

"Lo tahu siapa yang lo tabrak, hah!" Dengan tangan masih terus memberikan tinjuan tanpa ampun itu, dia bergumam marah.

"Ham, s--sakit. Lo ng--ngapain mukul gue, Gobl*k. Ilham!" Daniel dengan susah payah menangkis serangan seseorang yang dipanggilnya 'Ilham' itu.

"Brengs*k! Berani-beraninya lo nabrak dia, hah! Lo kira lo siapa berani kayak gitu, Sial*n!" umpat Ilham terus saja memberikan pukulan bertubi-tubi di tubuh Daniel.

Alfa yang dengan susah payah menggendong Zafia. Baju Alfa sudah dilumuri darah segar yang terus saja mengalir dari pelipis Zafia. Dia membujuk kakinya agar tidak lemas dan bisa segera membawa Zafia ke rumah sakit.

Alfa segera memasukkan Zafia ke dalam mobilnya. Dia mendorong Siska yang menghalangi jalannya untuk masuk ke kursi kemudi. Siska yang hendak protes seketika bungkam saat melihat tatapan membunuh dari Alfa.

"Semua ini salahmu! Andai kamu mengikuti semua yang aku katakan, Zafia nggak mungkin tertabrak! Pergi kamu! Pergi dari hidupku dan jangan pernah menampakkan wujudmu dihadapanku!" bentak Alfs dengan emosi yang belum pernah dilihat Siska.

"Fa, ini bukan salahku. Mereka yang nabrak Zafia, mereka yang salah. Aku nggak ngalakuin apa-apa!" ucap Siska dengan nada sedikit meninggi sambil menunjuk Ilham yang terus memberikan pukulan pada Daniel tanpa memberi kesempatan Daniel melawan.

"Pergi dari hadapanku sebelum tanganku sendiri yang melenyapkanmu," desis Alfa langsung masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi.

"Fa! Aku nggak salah apa-apa! Istri manjamu itu yang terlalu ambil hati sama ucapanku! Alfa! Kamu nggak bisa giniin aku!" teriak Siska sambil menatap mobil Alfa yang terus melaju tinggi.

"Ham, cukup. Udah, I-ilham. Dia, dia bawa--" ucapan Daniel terputus dan dia langsung pingsan.

Ilham dengan sisa-sisa emosinya segera mengedarkan pandangannya mencari Zafia. Nihil. Hanya mereka berdua dan satu wanita asing yang jelas tidak dikenalnya disekitarnya saat ini.

"Zafia! Lo di mana!" Ilham berteriak dengan emosi yang masih sedikit tersulut. "Sial*n! Siapa cowok yang sama Zafia tadi!"

Ilham menaiki motornya dan berjalan mendekati Siska. "Naik lo. Tunjukin ke mana cowok tadi bawa Zafia!" ucap Ilham dengan nada meninggi.

"Siapanya Zafia lo? Simpanannya?" tanya Siska dengan nada sinis.

"Mulut lo mau gue sumpelin racun tikus? Naik atau gue tabrak lo sekarang juga!" ucap Ilham dengan mata memerah.

Dengan terpaksa Siska menaiki motor Ilham. "Jangan apa-apain gue, lo! Gue nggak semurah Zafia asal lo mau tahu," ketus Siska sambil menaiki motor itu.

"Mulut lo pengen banget gue sumpelin ta* b*bi. Kasih tahu gue di mana cowok tadi bawa Zafia!"

Ilham dan Siska meninggalkan jalanan sepi itu yang terdapat Daniel yang tengah pingsan di tengah jalannya. Mereka menuju Rumah Sakit terdekat yang memungkinkan Alfa membawa Zafia ke dalamnya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Alfa masih setia di posisinya sejak semalam. Menekuk lutut di depan ruangan operasi dan membenamkan wajahnya di dalamnya.

Matanya memang terasa berat. Namun, fikirannya yang belum tenang memaksa dia untuk tetap membuka matanya. Dengan mata merah juga sembab, baju bau amis karena sejak semalam belum diganti. Itulah kondisi Alfa sekarang.

Di sebelah Alfa terdapat kursi tunggu yang tengah dibuat tidur oleh Ilham semalaman. Ilham tak pernah meninggalkan tempat itu sedetik pun. Namun, dia tetap saja tertidur.

Siska yang diacuhkan Alfa sejak tadi memutuskan kembali pulang ke Apartemennya. Entah dengan siapa, tidak ada yang peduli. Terutama Alfa tentunya.

Dering handphone Alfa berbunyi. Hal ini memaksa Alfa untuk mendongakkan wajahnya. Hal ini juga yang membuat Ilham terbangun dari tidurnya.

Alfa membolakan matanya saat membaca nama si pemanggil. 'Papa mertua'. Dengan tangan gemetar ia memencet tombol hijau handphonenya.

"Assalamualaikum, Alfa?" salam Wisnu di sebrang sana.

"Waalaikumsalam, Pa," jawab Alfa dengan nada pelan.

"Alfa, kamu baik-baik aja kan di sana? Suara kamu terdengar pelan sekali, Nak? Ada masalah? Zafia membuat masalah apa di sana, Nak?" Suara Tari terdengar khawatir di sebelah sana.

Lidah Alfa terasa kelu untuk menjawabnya. Entah dia akan jujur atau berbohong pada mertuanya kali ini.

Melihat orang asing di sebelahnya hanya bungkam, entah apa yang merasuki Ilham sampai tangannya itu merampas benda persegi milik Alfa.

"Hallo?" suara Ilham menyapa orang di sebrang.

"Siapa kamu? Kenapa bukan Alfa yang menjawabnya?" tanya Tari di sebrang sana dengan suara terdengar tambah khawatir.

"Hey? Siapa kamu yang berani mengganggu menantu kami?" tanya Wisnu di sebrang sana juga.

"Maaf, apakah ini Om Wisnu dan Tante Tari?" tanya Ilham pelan-pelan. Matanya melirik Alfa sekilas yang tidak merasa terbebani dengan Ilham mengambil handphonenya. Padahal, ia tidak kenal dengan Ilham, pun sebaliknya. Bahkan namanya pun belum saling mengetahui.

"Kamu? Kamu Ilham? Anaknya Kak Fitri, Kakaknya Liska?" tanya Wisnu dengan suara bergetar.

"Iya, Om. Aku keponakan Om, Ilham."

Demi mendengar ucapan Ilham, Alfa kembali mendongak. Matanya beradu dengan mata Ilham.

__________
Next?
Jngn lupa vote & komen🥰

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang