Happy Reading!Di tempat yang indah, berdiri seorang lelaki yang tengah mengamati sekelilingnya. Ribuan bunga di setiap penjuru mata memandang. Kaki itu perlahan melangkah, mengikuti kata hati yang menuntunnya.
Lelaki itu Alfa.
Alfa menghentikan langkahnya saat pendengarannya menangkap suara tawa di sekitarnya. Mata itu terus mengamati sekeliling, berharap menemukan sumber suara 'tak asing.
Netralnya berhenti pada sosok yang tengah tertawa lepas di sebuah kursi panjang yang menghadap pusat tempat itu. Kakinya perlahan melangkah untuk mendekati sosok itu.
"Zafia," lirih bibir Alfa menyebut sosok perempuan yang tengah tertawa lepas dengan kedua sosok di sebelah kiri kananya.
"Tisya? Mama Liska?" Alfa semakin semangat untuk melangkahkan kakinya.
Saat sudah dekat dengan sosok itu, Alfa langsung memeluk leher Zafia dari belakang. Ketiga orang yang tertawa lepas tadi serempak menoleh ke belakang.
"Zafia? Ini beneran kamu, 'kan?"
Kedua perempuan di sebelah sisi kiri kanan Zafia perlahan berdiri, dan berjalan meninggalkan Alfa dan Zafia di tempat itu. Zafia sontak berdiri, membuat pelukan Alfa pada lehernya terlepas.
"Mama? Mbak Tisya? Kalian mau ke mana?" tanya Zafia sambil melangkahkan kakinya untuk mengejar Tisya dan Liska.
Alfa langsung memeluk Zafia dari belakang. Mau 'tak mau Zafia menghentikan langkahnya, namun netralnya belum lepas dari kedua perempuan di depannya.
"Zafia, jangan tinggalin Kakak."
Tidak mendengar ucapan Alfa, Zafia kembali berteriak, "Mama, Mbak Tisya, tunggu Zafia!"
Zafia memberontak, berusaha melepaskan pelukan Alfa yang semakin mengerat.
Kedua perempuan itu berhenti di depan cahaya terang yang menyilaukan mata Zafia. Alfa masih memeluk erat Zafia, tanpa melihat cahaya di depannya.
"Kembalilah, Sayang. Tugasmu bersamanya belum selesai," ucap Liska sambil menggenggam tangan Tisya.
"Jangan ikut kami, Zafia. Kami akan menjagamu dari sini." Diakhiri dengan senyuman indah, perlahan kedua perempuan itu hilang di dalam cahaya terang.
Zafia menangis meraung-raung. Dia terduduk di hamparan rumput hijau sepanjang mata memandang.
"Zafia ikut, Ma. Zafia mau sama Mama dan Mbak Tisya."
Alfa menggeleng. Dia lebih mengeratkan pelukannya pada Zafia. "Jangan tinggalin Kakak, Zafia. Kakak mohon."
"Lepasin! Aku mau sama Mama. Mama, tolong Zafia. Hiks ..."
"Kakak di sini, Sayang. Jangan pergi. Jangan tinggalin Kakak sendiri. Kakak masih butuh kamu. Syifa masih butuh Bundanya," ucap Alfa sambil menangkup wajah sembab Zafia.
Zafia menggeleng. "Kamu jahat. Aku mau Mama. Hiks ... Mama, Zafia ikut Mama. Mbak Tisya, jangan tinggalin Zafia. Hiks ..."
***
"Zafia."
Seorang Suster menatap Dokter di sebelahnya. Kepalanya mengangguk ke arah Dokter, dan dibalas anggukan balik oleh Dokter tersebut. Perlahan Dokter itu melangkah untuk keluar dari ruangan pasiennya.
"Bagaimana kondisi pasien?"
Belum sempat Dokter itu menutup pintu kamar Alfa, seseorang sudah menyerbunya dengan pertanyaan.
"Pasien Alfa terkena tifus, Tuan. Ini mungkin diakibatkan karena pasien kurang menjaga kesehatan makanannya. Pola hidup yang kurang higienis juga bisa menjadi pemicu sakit Pasien. Untuk saat ini, mungkin pasien akan tertidur akibat obat bius yang masih bekerja."
Bima mengangguk setelah Dokter menjelaskan keadaan Alfa. Dokter langsung pamit undur diri setelah selesai menceritakan kondisi Alfa.
"Bagaimana kondisi Alfa, Bima?" tanya Wisnu yang baru saja datang ke arah Bima.
Bima langsung berdiri dari kursi tunggu saat menyadari kedatangan Wisnu. "Tuan Alfa kena tifus, Tuan. Menurut Dokter, mungkin karena makanan yang dikonsumsinya kurang dijaga."
Wisnu mengangguk. Wajahnya terlihat penat. Setelah mendengar kabar mengenai Zafia, Wisnu juga dikejutkan dengan kedatangan Alfa. Ditambah belum selesai Wisnu menceritakan semuanya pada Alfa, Alfa sudah pingsan duluan.
"Nona Zafia, Tuan?" tanya Bima pelan-pelan. Dia takut menyinggung perasaan Tuan besarnya.
Wisnu tersenyum di sela-sela kepenatannya. "Ternyata benar. Ada kesalahan di monitor pendeteksi detak jantung Zafia. Tadinya jantung Zafia memang berdetak tidak stabil. Tenaga manual Dokter sedikit kesulitan menentukan keadaan Zafia. Ditambah monitor yang rusak juga menghambat kerja Dokter."
Bima mengangguk. Dia juga bisa menghela nafas lega sekarang. Terbayang saat Alfa pingsan tadi. Tepat saat tubuh Alfa diletakkan di atas brankar, seorang suster dari ruangan Zafia keluar. Mengatakan jika mereka menemukan denyut nadi Zafia yang memang sangat lemah.
"Jagalah Alfa dulu. Saya akan menemui Tari, Dinda, dan Kartika. Kasihan Fikri jika harus menunggu seseorang yang tengah emosi, terutama Dinda," ucap Wisnu sambil berdiri.
Bima ikut berdiri, kemudian mengangguk.
"Ahya, satu lagi." Wisnu membalikkan badannya. "Jika Alfa sudah sadar dan kembali pulih, minta dia datang ke ruangan Zafia. Bilang, kondisi Zafia sudah lebih baik."
Bima kembali mengangguk. Wisnu kembali melanjutkan langkahnya menuju taman, tempat di mana Tari, Dinda, Kartika, dan Fikri tengah berada.
.
-tbc-
Vote&komen okey😗
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Ficção GeralBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...