43

10.5K 492 14
                                    


Happy Reading🍂

"Udah siang, Sis. Aku mau jemput Zafia dulu," ucap Alfa sambil melihat pergelangan tangannya.

"Yaah ... Fa. Kita kan baru aja ketemu. Kamu memangnya nggak kangen sama aku? Hampir sepuluh tahun kita nggak kumpul kayak sekarang, lho," ucap Siska dengan nada manja. Tangannya sengaja memeluk lengan Alfa, menggodanya.

"Gimana, ya, Sis. Zafia pasti udah pulang sekarang. Aku udah janji mau jemput dia," jawab Alfa sambil melepaskan tangan Siska dari lengaannya. Jujur, ia sedikit risih dengan sahabat kecilnya ini.

"Kamu minta supir aja buat jemput dia. Masak kamu nggak hargai pengorbanan aku yang udah muter-muter berbulan-bulan cuma buat ketemu kamu. Eh, pas udah ketemu malah diusir sama anak buah kamu yang nggak tahu diri itu. Mana kamunya juga awalnya lupa sama aku lagi," keluh Siska panjang lebar.

Alfa terlihat menimang-nimang ucapan Siska. Memang, jika didengar dari cerita Siska tadi, dia sudah sangat berkorban beberapa bulan ini hanya untuk mencarinya. Tapi, kalau nanti ia tidak jemput Zafia, bisa-bisa Zafia ngomel dan dia dicuekin berhari-hari karena melanggar janjinya.

"Kamu ikut aja kalau gitu. Aku bener-bener nggak bisa ingkar janji sama istri aku," ucap Alfa mulai berdiri dari duduknya.

Siska ikut berdiri dengan wajah cemberut. Bibirnya dimonyongkan dengan segala umpatan untuk Zafia dia ucapkan dalam hati.

'Apa, sih, yang bisa dilakukan bocah SMA itu? Palingan juga buat susah Alfa,' batin Siska.

***

Alfa dan Siska baru saja sampai di depan sekolah Zafia. Zafia terlihat tengah jongkok dengan tangan memainkan pasir. Seperti menggambar atau menulis sesuati di pasir tersebut.

Saat mendengar suara mobil berhenti, Zafia langsung mendongakkan kepalanya. Dia langsung berdiri dan berlari berhambur ke pelukan Alfa saat melihat Alfa keluar dari mobil itu.

"Hampir aja aku ikut Ketos aku yang pulang telat. Untung aja feeling aku masih kuat. Aku tahu kalau Kakak pasti jemput aku," ucap Zafia sambil mendongak menatap wajah Alfa.

Alfa mengusap rambut Zafia yang digerai. "Kakak kan udah bilang, kalau kamu takut kamu minta Dinda temenin. Maaf, ya, Kakak lama jemputnya. Tadi Kakak kedatangan tamu di kantor."

Zafia menganggukkan kepalanya. Alfa menggandeng tangan Zafia menuju mobil. Siska yang sedari tadi ada di dalam mobil hanya memutar bola matanya dan menjulurkan lidahnya, muak.

Alfa membuka pintu mobil depan. "Sis, kamu pindah belakang, ya? Biar istri aku yang duduk di sana."

"Yaah ... nggak bisa gitu, dong, Fa. Kan aku duluan yang duduk di sini. Minta istri kamu duduk di belakang apa salahnya?" tanya Siska masih dengan posisinya.

Zafia yang melihat perempuan ada di dalam mobil Alfa berjengit kaget. Tentu saja. Sejak kapan Alfa berani main cewek selain dengannya atau Tisya? Tentu saja hanya dengan Syifa, anak mereka. Tapi ini?

'Biar aku tebak. Pasti ini sahabat kecil Kak Al atau sepupu jauh Kak Al. Pasti dia suka sama Kak Al. Dan yang jelas, pasti bakal ada drama kehidupan di rumah tanggaku dan Kak Al beberapa minggu ke depan. Dih, menyusahkan,' batin Zafia sambil menatap tajam Siska yang juga tengah menatapnya sinis.

"Aku duduk di belakang aja," ucap Zafia dengan nada ketus. Dia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu belakang.

Alfa mencekal pergelangan tangan Zafia. "Kamu di depan sama Kakak," ucap Alfa dengan cepat saat menyadari perubahan suara dari Zafia.

Pandangan Alfa tertuju pada Siska. "Kamu ke belakang, Sis," ucap Alfa dengan nada datar.

Siska yang menangkap sinyal buruk dari Alfa hanya mendengus kesal. Dia segera keluar dan langsung masuk ke mobil tempat duduk belakang.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang