Happy Reading 🍂"Nggak ada akhlak kau, Bang. Sampai kau kirim poto itu, tamat hidup kau," ucap Zafia sambil menatap Denzi geram.
"Biarlah. Palingan juga dapat jitakan kecil." Denzi menggidikkan bahunya acuh. Tangannya masih sibuk dengan hapenya dengan seringai puas.
"Udahlah, Fi. Kalau udah kena azab, palingan langsung tobat. Foto cuma satu juga," ucap Dinda sambil menarik tangan Zafia agar segera memasuki Mall. Ya, mereka sekarang tengah berada di depan Mall.
"Tapi foto itu bisa bikin Kak Al marah, Din. Ish! Nyesel kali aku bolehin dia ikut tadi," gerutu Zafia sambil menatap Denzi dwngan tatapan sinis.
Sebenarnya Zafia dan Dinda sudah berangkat berdua tadi ke Mall --bersama supir Zafia. Tapi Denzi yang sudah merencanakan sesuatu menghentikan mobil Zafia. Kemudian meminta supirnya pulang menggunakan angkutan umum, sedangkan ia yang menggantikan menyupir.
Jelas alasan utama Denzi adalah ingin membalas dendam ucapan Alfa yang menyindir statusnya yang masih jomblo. Dengan sengaja Denzi mengabadikan momen ketika Zafia tengah tertawa bersama Dinda, tapi Dinda sengaja ia tutupi dengan tubuhnya. Jadi kelihatan Zafia tengah berdua dengannya.
Tujuannya? Untuk Alfa cemburu jelasnya.
"Udahlah. Diem aja kalian. Kuy belanja. Kau yang traktir 'kan, Fi?" tanya Denzi sambil menaik-turunkan alisnya.
"Keenakan hidup kau. Hapus dulu foto itu. Sampai Kak Al marah nanti, bisa kucabik-cabik muka kau," ucap Zafia sambil mengepalkan tangannya mengarah ke wajah Denzi.
"Tenang. Hitungan sepuluh menit dari sekarang, suami kau itu pasti sudah sampai di si ... ni." Denzi hampir memutuskan ucapannya kala merasakan ujung baju bagian belakangnya ditarik orang. Segera ia menoleh ke belakang dan bersiap memaki orang itu.
"Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Alfa dengan nada datar.
"E-eh ... Bang Alfa, ya? Cepet banget, Bang? Nggak macet emang?" tanya Denzi dengan nada gagap. Hilang sudah niatnya untuk memaki karena yang didapatnya adalah Alfa.
Pandangannya Denzi menelisik ke sekeliling. Berharap Zafia atau pun Dinda bisa membantunya. Namun dua makhluk itu sudah lenyap dari hadapannya dan terlihat berlari memasuki Mall dengan tangan dilambaikan ke atas. Seolah merelakan Denzi yang akan dijadikan samsak oleh Alfa.
"Ikut aku. Kalau peringatan waktu itu belum buat kamu paham, semoga peringatan kali ini bisa buat kamu mengerti," ucap Alfa sambil menarik kerah baju belakang Denzi.
"Ya Allah, Bang. Sadis amat, dah."
***
"Nggak pa-pa, Din, kita tinggal Bang Zi sama Kak Al?" tanya Zafia sambil melangkah menaiki eskalator.
"Biarlah. Aku 'kan udah bilang, kalau dia udah kena azab, pasti langsung tobat. Kita liat aja nanti," ucap Dinda cuek.
Mereka berdua keliling Mall di lantai dua untuk mencari hadiah pernikahan Bima dan Kartika. Setelah sudah dapat hadiahnya, kedua perempuan itu segera pergi untuk memanjakan mata di lantai tiga Mall ini.
Saat baru menginjakkan kaki di lantai tiga gedung itu, mata keduanya tidak sengaja melihat seseorang. Orang yang menjadi sumber masalah Zafia sebelumnya. Dan ketahuilah, orang tersebut sedang bersama lelaki yang membantu terapi Zafia.
Dinda segera menarik tangan Zafia untuk bersembunyi dibalik tumpukan baju di salah satu toko itu. Mengendap-endap seperti pencuri hanya untuk melihat kedua makhluk itu.
"Jangan berisik, Fi. Bisa seru ini," bisik Dinda terlihat antusias dengan dua orang di dekatnya.
"Kayaknya Siska cuma manfaatin uang Dokter Rizal. Buktinya, perilaku Siska yang kali ini lebih manis dari yang di video itu. Atau mungkin video yang Fikri kasih hoax?" terka Zafia juga ikut memperhatikan pergerakan Siska di dekatnya.
"Jangan sembarangan. Asal kau mau tahu, Fikri pernah VC sama aku sambil buntutin dua manusia ini. Aish! Seru kali, Fi. Sayangnya dia nggak izinin aku ikut," ucap Dinda.
"Hey!"
"Huaa!"
Zafia dan Dinda kompak berteriak dan menoleh ke belakang. Fikri tersenyum tanpa dosa karena hampir membuat jantung mereka lepas dari tempatnya.
"Kau kira-kira, dong. Masih muda aku, jangan kau buat aku jantungan sebelum waktunya," kesal Dinda sambil memukul lengan Fikri.
Bukannya marah, Fikri kembali memasang senyum tanpa dosanya. "Kalian kenapa ada di sini?"
"Ziarah ke makam kau! Ya, belanjalah. Kau 'tak lihat ini?" ucap Zafia dengan nada ketus. Dia menenteng kedua paperbag di tangannya dan mendekatkannya ke wajah Denzi.
"Sadis bener jawaban kau, Fi. Kalian cuma berdua?" tanya Fikri lagi.
"Iya!" jawab Zafia dan Dinda serempak. Mereka kembali mengarahkan pandangannya di tempat Siska. Namun sosok itu sudah menghilang dari tempatnya. Dan saat mata mereka menelusuri setiap tempat di sana, mereka juga tidak menemukan yang mereka cari.
"Kalian cari apa?" tanya Fikri juga mengedarkan pandangannya ke penjuru Mall.
"Arwah kau!" ucap Zafia dan Dinda bersamaan kembali. Kali ini suara mereka jelas terlihat sangat kesal.
Fikri mengelus dadanya sambil menggelengkan kepala. "Sadis bener dua cewek ini."
Tanpa menghiraukan ucapan Fikri, Zafia dan Dinda kembali berjalan ingin melanjutkan berbelanja. Fikri mengikuti kedua orang itu dari belakang.
Setelah mendapat yang mereka mau, Zafia dan Dinda segera turun ke lantai dasar. Fikri lagi-lagi mengikuti dari belakang.
Saat baru turun dari eskalator di lantai bawah, sosok Alfa terlihat sedang berlari ke arah mereka. Detik berikutnya tubuh Zafia sudah berganti ke pelukan Alfa.
"Coba jelasin. Kenapa gantian dia yang sama kalian?" tanya Alfa sambil melepaskan pelukannya dan membingkai wajah Zafia dengan kedua tangannya.
"Tadi ketemu Fikri di atas. Bang Zi ..." Ucapan Zafia menggantung saat melihat sosok di belakang Alfa.
"Ppfftt ... buahahah!" tawa Zafia, Dinda, dan Fikri lepas kala melihat sosok Denzi di belakang Alfa.
Rambut Denzi diikat dua dengan karet warna-warni. Wajahnya terlihat begitu lucu karena polesan bedak baby yang sengaja dibelepotkan. Dan jangan lupakan bando kelinci di kepalanya. Denzi terlihat ... lucu.
"Puas kalian! Puas!" Denzi bersedekap dada sambil memandang sinis keempat orang di depannya. "Pokoknya, kalian harus traktir aku makan. Titik!"
"Sial! Aku merasa direndahkan karena kenal sama dia. Gilak! Rupanya dia bisa selucu itu. Uweeek ... menjijikkan," ucap Fikri sambil menggandeng tangan Dinda menuju restoran, diikuti Zafia dan Alfa yang juga bergandengan tangan.
"Dasar jomblo," lanjut Fikri sambil menoyor kepala Denzi. "Aku punya video menarik untuk kalian. Habis makan siang ini, kita lihat sama-sama."
'Harga diriku!' jerit batin Denzi.
.
.
-Tbc-
Kuy Vote&Komsn
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Fiksi UmumBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...