72

12.9K 475 7
                                    


Happy Reading 🍂

"Rizal?!"

Suara Alfa yang cukup nyaring itu membuat semua orang menatapnya. Zafia yang yang melihat Rizal juga sebenarnya ingin berteriak seperti Alfa. Tapi, sepertinya teriakannya itu sudah diwakili oleh Alfa.

Rizal yang ditatap tajam oleh Alfa juga Zafia hanya bisa tersenyum kikuk.  Bahkan ucapan selamatnya tadi tidak mendapat respon apa-apa dari sang empu.

"Kalian sudah saling mengenal rupanya? Pasti kalian juga sudah kenal dengan Fitri, ya?" tanya Tari dengan senyum mengembang.

"Mama kenal dia?" tanya Alfa sambil menunjuk wajah Rizal.

"Alfa? Kamu kenapa begitu?" tanya Tari sedikit heran dengan sikap Alfa barusan.

Alfa hanya mendengus kesal. Dia menurunkan Syifa dari gendongan dan meminta Kartika membawanya ke atas. Ini semua memang harus diluruskan.

"Alfa, ini Rizal. Dia adalah anak dari Pak Tio, tetangga belakang rumah kamu dulu di Medan. Dia ini yang membantu terapi Zafia itu, lho. Kamu nggak lupa, 'kan?" ucap Tari memperkenalkan Rizal.

Mata Alfa membola. "Anak Pak Tio?"

"Kamu kenal, Kak?" tanya Zafia sambil memegang lengan Alfa.

"Dia rupanya anak Bapak kaca mata yang dulu mangganya sempat kita curi, Fi. Kau ingat 'tak, masa-masa di mana kita belum terlalu dekat dengan Bang Alfa dan kita mencuri mangga serta buah jambunya bapak kaca mata? Yang kau jatuh dari pohon mangga karena mau kabur itu, Fi. Kau ingat, 'kan?" tanya Dinda yang  sekaligus menjawab kebingungan Zafia.

Zafia mencoba mengingat-ngingat ucapan Dinda. Sekelebat bayangan masa lalu terbayang di fikirannya. Ia terjatuh dari pohon jambu dan kakinya terkilir.

"Jadi kau anaknya bapak kaca mata itu?" tanya Zafia sambil menoleh ke arah Rizal. Rizal hanya mempu menjawab dengan anggukkan kecil.

"Kak Al 'tak tahu sebelumnya?" tanya Zafia kembali menoleh ke arah Alfa.

"Kakak baru tahu ini. Kenapa semua jadi ribet begini, sih?" gumam Alfa.

"Untuk meluruskan semuanya, sebaiknya kita duduk dulu," ucap Wisnu sedikit mengurangi ketegangan yang ada.

Semuanya berjalan menuju ruang tamu, karena ruangan itu yang paling luas.

Zafia duduk bersisian dengan Alfa. Di sampingnya ada Dinda, Fikri, dan Bima. Di samping Alfa ada Tari dan Wisnu. Sedangkan di depannya ada Rizal dan istrinya --Fitri.

"Coba jelaskan apa yang terjadi," ucap Wisnu.

"Bapak kaca mata yang dikatakan Dinda tadi sebenarnya Ayahnya Rizal, tetangga belakang rumah Bang Alfa dulu," ucap Fikri mulai menjelaskan. Karena dialah sumber informasi sebenarnya.

"Bang Alfa menempuh pendidikan di Jakarta sebagai Dokter, sedangkan Ayahnya ada di Medan. Aku sebenarnya mau lanjutin jelasin, ya, tapi kayaknya lebih baik kalau Rizal sendiri yang jelasin," ucap Fikri sambil melirik Rizal.

"Kau tahu itu semua dari mana, Fik?" tanya Zafia sambil mengerutkan keningnya.

"Baru tadi ini. Dinda tadi hubungi aku kalau kau lagi hamil, dan dengan bangganya Dinda ngasih tahu semuanya sama Tante Tari dan Om Wisnu duluan," jelas Fikri.

"Waktu aku lihat kontak, nggak sengaja nampak nama Bapak Kaca Mata. Aku iseng nelpon nomor itu, karena ingat bapak kaca mata yang jadi tetangga Bang Alfa dulu," lanjut Dinda menjelaskan.

"Saat kutelpon, aku minta dia datang ke Jakarta untuk bilang sesuatu gitu sama kau, Fi. Tapi, dia bilang nggak bisa lagi menempuh perjalanan jauh. Jadi kapan-kapan aja kalau misalnya kau dan Bang Alfa pulang ke Medan lagi dan tinggal di rumah lama, dia akan jenguk."

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang