15

18.9K 712 19
                                    


Happy Reading 🍂

Zafia melambaikan tangannya melihat Tisya termenung. "Tak perlu dipendam sendiri, mbak. Cerita aja sama aku. Mbak udah nikah lima tahun sama Pak Alfa 'kan?"

Tisya mengangguk, mesti tidak mengerti arah pembicaraan Zafia. Dipendam sendiri? Apa Zafia sudah tahu kalau Tisya memiliki kanker? Kalau sudah tahu, tahu dari siapa? Kalau masalah dipendam, Tisya tidak memendamnya sendiri. Dia bersama Alfa melewati itu semua selama ini.

"Nah, aku yang baru dua hari ini menjadi istri Pak Alfa saja, dia sudah berani memakan bibir saya. Kalau mbak? Pasti Pak Alfa sudah memakan tubuh mbak 'kan? Yang mana mbak yang sudah hilang dari anggota tubuh mbak? Perut mbak bolong? Atau tulang mbak rata-rata di sambung semua?"

Tisya membolakan matanya saat mendengar ucapan Zafia. Memakan bibir Zafia? Maksudnya ... dicium? fikir Tisya.

"Apa, apa yang dimakan Zafia?" tanya Tisya dengan nada bingung.

"Halah, mbak juga di ancam sama Pak Alfa? Mbak tak perlu takut sama dia, ada aku yang bantu mbak melawan dia. Aih, kecil dia, mah," ucap Zafia menjentikkan jarinya.

"Di ancam apanya Zafia?" Tisya menggaruk punggung tangannya.

"Di ancam untuk menikah dengan aku. Pak Alfa pasti memaksa kau untuk merestuinya. Dan caranya adalah, dengan memakan tubuh mbak. Mbak belum sadar, ya?" tanya Zafia mendekatkan wajahnya pada Tisya.

"Sadar tentang apa, Zafia?" Tisya mengerutkan keningnya.

"Pak Alfa. Pak Alfa kanibal," bisik Zafia tepat di telinga Tisya. Tisya langsung bergidik mendengar bisikan Zafia.

"Kamu--"

"Sudah-sudah. Mbak tak perlu takut pada Pak Alfa. Aku yang sudah mengetahui semuanya dari sepulang sekolah tadi masih aman sampai sekarang. Nah, gimana kalau mbak ikuti saran aku?" tawar Zafia yang membuat Tisya bertambah bingung dengan arah pembicaraannya.

"Sudah, mbak tak perlu banyak pikir. Rencana aku, mendingan nanti malam kita kabur dari sini. Sebelum Pak Alfa benar-benar memakan habis tubuh kita, sebaiknya kita kabur secepatnya," ucap Zafia dengan semangat lebih tinggi. Tenaganya pulih seketika setelah mengatakan kalimat itu.

"Kabur? Untuk apa, Zafia? Kanibal? Kamu jangan asal bicara. Dari mana kamu tahu Mas Alfa kanibal? Kamu--"

Tok tok tok!

Ketukan pintu kaca menuju balkon diketuk, membuat pembicaraan ngawur Zafia terhenti. Mereka berdua serempak menoleh ke sana. Keduanya mendapati Alfa yang menggaruk tengkuknya, salah tingkah.

"Mbak tenang aja. Tak perlu takut. Sebaiknya mbak keluar dari sini dan beresi semua barang mbak. Nanti malam kita beraksi. Mbak tenang, mbak sudah bersama sang ahli kabur-kaburan seperti aku," bisik Zafia di telinga Tisya.

Tisya tak mendengarkan ucapan Zafia.  Dia langsung berdiri dan membuka pintu balkon. Meminta Alfa masuk setelah membisikkan kalimat tentang membujuk Zafia.

"Kamu ingat perkataan mbak tadi, Zafia. Jangan terlalu lama memendam amarahmu," ucap Tisya sambil tersenyum. Dia langsung menutup pintu balkon dan berjalan keluar kamar dengan sejuta pertanyaan mengenai ucapan Zafia.

"Boleh aku duduk?" tanya Alfa membuyarkan lamunan Zafia yang menatap kepergian Tisya.

Zafia tak menjawab. Ia membuang muka ke arah halaman rumah Alfa yang kosong melompong selain hamparan rumput di sana.

Alfa langsung saja duduk. Dia berdiam diri untuk sesaat. Memilih kata yang pas untuk meminta maaf pada Zafia.

"Apa kamu benar membenci aku?" tanya Alfa menatap Zafia.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang