50

12.1K 494 6
                                        


Happy Reading !

"Sial*n! Berani banget lo jambak gue!" Siska berdiri dengan wajah memerah. Ia merasa harga dirinya diinjak-injak dengan perlakuan dua manusia di depannya kini. Dengan emosi yang membara, Siska kembali menjambak Dinda sebagai jawaban atas kekesalannya.

"Lo kira gue bakal diem aja lo giniin, brengs*k! Pantas aja Zafia punya sifat liar kayak gitu. Rupanya pergaulan dia yang kampungan dibawa ke kota sama sifat murahannya!" geram Siska dengan tangan tak henti menjambak Dinda.

Melihat Dinda yang kesakitan tentu tak membuat Kartika diam. Dengan kekesalan yang bertambah, Kartika mendekati Siska dan menendang pinggang wanita itu dengan kuat.

"Rasain! Jaga ucapan kau yang mengatakan kita murahan atau kampungan! Jangan karena kau tinggal di kota yang lebih besar dari kota kami, kau bisa menghina kami! Sebenarnya siapa wanita murahan di sini, hah!"

Plak!

Bruk!

Bruk!

Tamparan serta dorongan kuat yang Kartika berikan pada Siska membuat wanita itu terhuyung dan menabrak guci mewah yang terpajang di ruang tamu itu.

Dinda yang masih meringis akibat jambakan Siska tersenyum senang saat melihat keadaan Siska. Kartika buru-buru menghampiri Dinda dan mengecek keadaannya.

"Ada apa ini?" Alfa keluar dari lift yang memang terhubung ke lantai tiga yang berada di ruang tamu. Matanya membulat kala melihat Siska dengan pecahan guci di sebelahnya. Segera ia berlari ke arah Siska dan mengecek kondisi wanita yang mengaku teman kecilnya itu.

Melihat kedatangan Alfa, Siska punya kesempatan untuk berakting. Dia memasang wajah melas dengan ringisan yang menandakan kesakitan.

"Fa, mereka nyerang aku dari tadi. Aku cuma semangatin Syifa supaya nggak sedih karena Bundanya masuk Rumah Sakit. Tapi mereka datang tiba-tiba dan nyerang aku gitu aja," adu Siska sambil menggelayut manja di lengan Alfa.

"Kamu ngapain ada di sini, Sis? Itu? Wajah kamu kenapa bengkak gitu, ha?" tanya Alfa sambil membantu Siska berdiri.

"Mereka yang buat aku begini, Fa. Coba liat, rambut aku acak-acakan. Tadi dia tampar aku tanpa sebab dan dorong aku sampek nabrak guci itu. Sakit, Fa," ringis Siska sambil memegang pinggangnya dan lengannya.

"Bodoh! Kau menuduh kami melakukan itu tanpa sebab! Sudah jelas kami melakukannya karena--"

"Jadi benar, kalian melakukan ini pada Siska?" tanya Alfa memotong ucapan Dinda.

Siska tersenyum senang saat mendengar Alfa seperti berada dipihaknya. Sedangkan Dinda dan Kartika melongo dengan pertanyaan yang kesannya percaya dengan ucapan Siska.

"Kau? Kau percaya sama makhluk jadi-jadian di sebelah kau ini?" tanya Dinda mendekat ke arah Siska dan Alfa dengan telunjuk mengacung.

Melihat Dinda mendekat, Siska bersembunyi di balik punggung Alfa dan memegang baju Alfa erat. Seolah ketakutan dengan sosok Dinda di depannya. Padahal ia sedang bersandiwara agar terlihat terzolimi di mata Alfa.

"Kamu yang mengatakannya. Ada apa dengan kalian? Siska hanya ingin menghibur Syifa. Kenapa kalian bertindak seperti itu?" tanya Alfa dengan gerakan tubuh seolah tak membiarkan Dinda mendekati Siska. Hal itu membuat Dinda geram, dan juga membuat Siska senang.

"Kau! Sini kau, dasar jal*ng! Di mana keberanian kau saat Alfa tak ada? Jangan membuat seolah-olah kami yang menyakiti kau, makhluk sial*n!" teriak Dinda sambil berusaha mencekal tangan Siska. Tangan itu ditepis oleh Alfa dan dibawanya menjauhi Siska.

"Jangan main kasar, Dinda! Jangan membuat Zafia kecewa padamu!" bentak Alfa sambil menghempaskan tangan Dinda dengan kasar ke sebelah Kartika.

Plak!

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang