71

10.3K 430 5
                                    


Happy Reading🍂

"Kau ini gimana, sih, Bang! Pasti mag Fia kambuh. Jangan bilang kau sibuk terus sama kerjaan, sampai nggak perhatiin pola makan Fia. Dia itu nggak boleh telat makan!" ketus Dinda dengan tangan terus dikibaskan di depan wajah Zafia.

"Akhir-akhir ini Zafia memang susah makan, Din. Bukannya nggak perhatiin, tapi memang cuma sarapan sama makan malam aja aku tahu Zafia makan," ucap Alfa sedikit ketus sambil fokus di jalan. Sesekali menoleh ke belakang untuk mengecek kondisi Zafia.

"Ya seharusnya--"

"Udahlah, Din. Yang penting kita cepet bawa Fia ke Rumah Sakit," Kartika berusaha menengahi. "Ngebut lagi, Bang."

Sepuluh menit kemudian mereka sampai di Rumah Sakit. Alfa segera turun dan berlari ke belakang untuk menggendong Zafia masuk ke dalam Rumah Sakit.

"Dokter, tolong istri saya!"

Dua perawat lelaki terlihat mendekati Alfa --yang tengah menggendong Zafia-- dengan brankar yang didorong. Dengan perlahan Alfa meletakkan Zafia di atasnya, kemudian membantu dua perawat tadi mendorong brankarnya.

"Mohon tunggu di luar, Tuan," ucap Suster yang berada di dalam, kemudian menutup pintunya.

"Semoga Fia baik-baik saja," gumam Dinda.

Alfa bolak-balik antara duduk di kursi tunggu dan menengok ke dalam dari kaca etalase kecil di pintu. Dia terlihat gelisa dengan pakaiannya yang masih menggunakan jas kantor. Karena memang tadi belum sempat ganti baju selepas dari Kantor dan menemui Zafia.

"Kapan Dokter keluar!" geram Alfa sambil mengacak rambutnya frustasi.

Sepuluh menit kemudian Dokter yang menangani Zafia keluar. Senyum terlihat mengembang dari Dokter lelaki tersebut. Alfa segera mendekat dan mengguncang bahu Dokter karena khawatir.

"Apa yang terjadi, Dok? Mag istri saya kambuh? Apa perlu di rawat, Dok? Istri saya sudah sadar 'kan, Dok?" tanya Alfa tidak sabaran.

"Istri anda baik-baik saja, Tuan." Dokter itu menurunkan tangan Alfa dari bahunya, masih dengan senyum yang mengembang. "Selamat, istri anda positif hamil. Untuk lebih lanjutnya, silahkan anda periksa dengan dokter kandungan langsung."

"Apa!" Alfa, Dinda, dan Kartika kompak berteriak ke arah Dokter tersebut.

Dokter tersebut menjabat tangan Alfa yang masih terlihat syok. "Selamat, Tuan. Pasien sudah boleh dijenguk dan dibawa pulang. Sebelumnya anda harus ke dokter kandungan terlebih dahulu untuk memastikan hasil pastinya. Nanti akan diberi resep obat vitamin untuk calon ibunya. Saya permisi. Sekali lagi, selamat."

"Terimakasih, Dok!" Dinda dan Kartika kompak berteriak ke arah Dokter. Detik selanjutnya mereka berpelukan sambil berteriak, "Kami akan punya keponakan!"

***

"Selamat, Tuan. Istri anda positif hamil," ucap Dokter kandungan yang kali ini Alfa kunjungi bersama Zafia.

Untuk memastikan kebenarannya, Alfa menyetujui darah Dokter tadi untuk membawa Zafia ke Dokter kandungan langsung.

Alfa dan Zafia langsung menjabat tangan Dokter tersebut dengan senyum bahagia yang tidak dapat ditahan. Detik berikutnya Alfa membawa Zafia ke dalam pelukannya. Menghujani pucuk kepala Zafia dengan kecupannya.

"Ini resep untuk vitaminnya, Tuan, Nyonya. Sebulan sekali harus rutin di cek, ya, dedek bayinya. Sekali lagi selamat, Tuan, Nyonya," ucap Dokter tersebut.

"Terimakasih banyak, Dok. Tapi ..."

"Ada keluhan yang ingin anda sampaikan, Nyonya?" tanya Dokter tersebut sambil tersenyum.

"Usia kandungan saya 'kan dua minggu, nih, kata Dokter. Tapi, kok, saya nggak merasakan keluhan apa-apa, ya, Dok?" tanya Zafia sambil sesekali mengusap perut datarnya.

"Setiap ibu hamil memang berbeda-beda keluhannya, Nyonya. Kadang juga ada yang tidak merasakan apa-apa, tapi suami yang merasakannya. Bisa Jadi keluhannya itu mual-mual, pusing, atau keluhan lainnya, itu tergantung pada ibunya. Biasanya keluhan itu akan berlangsung di trimester pertama, Nyonya," jelas Dokter tersebut.

"Ooh, jadi beberapa hari terakhir yang setiap pagi Kak Al mual-mual itu karena aku hamil, ya?" gumam Zafia bertanya pada dirinya sendiri.

Alfa hanya menyimak penjelasan Dokter dengan tangan masih bertautan dengan tangan Zafia. Sesekali mengangguk mengiyakan.

Setelah Dokter selesai menjelaskan beberapa hal lainnya, mereka pamit undur diri. Senyum keduanya mengembang melewati koridor Rumah Sakit.

***

"Hati-hati, Sayang," ucap Alfa sambil membukakan pintu mobilnya agar Zafia bisa keluar. Mereka baru saja sampai di rumah setelah pulang dari Rumah Sakit tadi.

Zafia mencubit lengan Alfa pelan, "Apanya yang hati-hati? Cuma keluar mobil juga."

Alfa hanya cengengesan saat Zafia berkata demikian. Alfa kembali menggandeng tangan Zafia untuk masuk ke rumah. Saat membuka pintu, betapa terkejutnya mereka saat mendapati suasana ruangan rumah yang terlihat berbeda.

Dekorasi yang terlihat seadanya, namun masih mewah. Dengan berbagai jenis makanan yang diletakkan di atas meja. Jangan lupakan beberapa balon yang di tulisi 'SELAMAT UNTUK KEHAMILAN PERTAMAMU, ZAFIA'.

Mata Zafia berkaca-kaca. Alfa mendekap bahu Zafia, ia juga ikut terharu untuk kejutan ini.

"Selamat untuk kehamilan pertamanya, Zafia!" teriak beberapa orang yang tiba-tiba muncul dari berbagai sudut.

Senyum Alfa dan Zafia semakin merekah. Zafia segera mendekati Tari dan memeluknya.

"Mama."

"Anak Mama. Tidak terasa, sekarang sudah hamil?" Mata Tari ikut berkaca-kaca.

"Bunda, Ifa mau punya adik!" teriak Syifa sambil meloncat-loncat di depan Zafia.

Zafia menghapus air matanya, kemudian menghadap ke arah Syifa. "Adik Ifa ada di sini. Coba pegang." Zafia membawa tangan mungil Syifa menuju perutnya.

"Dedek ada di dalam, ya, Bunda? Kok, Ifa nggak ngerasain apa-apa?" tanya Syifa dengan polosnya.

Zafia langsung menggendong Syifa, mencium pipi Syifa dengan gemas. "Kan dedeknya masih kecil. Nanti kalau udah besar, keluar dari perut Bunda, abis itu bisa main sama Ifa."

"Yeayy! Ifa punya temen main!" Syifa berteriak senang di pelukan Zafia.

"Sini, sama Ayah." Alfa mengambil Syifa dari gendongan Zafia. "Ifa nggak boleh sering-sering minta gendong Bunda, ya. Kan ada dedek bayi, nanti dedeknya keberatan kalau ada Ifa."

"Yaah ... nggak boleh, ya, Yah?" Wajah Syifa berubah mendung.

"Nggak boleh, Sayang. Tapi kalau dedeknya udah keluar, Kakak Ifa boleh gendong dedeknya," ucap Alfa yang membuat binar bahagia kembali muncul dari wajah Syifa.

"Yeayy ... Kakak Ifa mau gendong dedek!"

Semua orang tertawa melihat sikap manja Syifa. Namun tawa itu berhenti saat suara 'tak asing muncul dari arah belakang mereka.

"Selamat, ya, Zaf, Alfa."

"Rizal?!"

.

.

-Tbc-
Vote&Komen okeyy😗


-Jum'at,3Sep2021-

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang