Happy Reading🥰Zafia mengerjapkan matanya kala mendengar ketukan pintu di kamarnya. Gadis itu melirik jam dinding yang menempel di dekat meja rias. Pukul setengah empat subuh.
"Siapa, sih, yang bangunin aku jam segini. Tak tahu apa kalau subuh masih lama," gerutu Zafia sambil menyingkirkan selimutnya dengan kasar.
"Pasti Kak Al yang ketuk pintu itu. Dikiranya aku lupa sama hukuman itu. Tapikan ini masih terlalu pagi. Dia tak bisa menunggu satu jam lagi gitu? Dinda juga pasti belum datang," gerutunya lagi sambil mengusap matanya.
Zafia berjalan menuju pintu --yang ketukannya tak kunjung berhenti-- dengan mata setengah terpejam. Dia memutar kunci pintu dan handle pintu dengan kasar. Siap mengomeli seseorang yang yang mengganggu tidurnya.
"Aku ingat sama hukuman itu, Kak Al. Tapi itu habis subuh, kenapa kau harus bangunkan aku--"
"Selamat pagi, Nona," sapa seseorang yang berada di balik pintu. Dia membungkukkan badannya, menyalami Zafia.
Demi bisa melihat lebih jelas, Zafia mengucek matanya lebih cepat. Menatap seseorang yang berada di depannya dengan seragam kebanggannya. Dialah Bima.
"Kau Abim 'kan? Atau aku sedang bermimpi sekarang? Hey, coba kau katakan sesuatu. Sepertinya aku sedang berjalan sambil tertidur sekarang," ucap Zafia keluar dari kamar dan mengitari tubuh Bima.
"Saya Bima, Nona. Maaf sudah membangunkan anda pagi sekali. Saya diminta Tuan Alfa untuk membangunkan Nona jam setengah empat tepat," jelas Bima sambil tertunduk patuh.
"Waah ... kau benar Abim!" teriak Zafia langsung menghambur kepelukan Bima. Bima yang tak tahu serangan mendadak dari Zafia hampir terhuyung ke belakang. Untung saja beban yang jatuh itu tidak terlalu berat menurutnya.
"Nona? Bisakah Anda turun? Kalau Tuan sampai melihatnya saya bisa kembali diminta pulang ke rumah Tuan besar," ucap Bima berusaha melepaskan pelukan Zafia.
"Hey, kau tahu? Ini rekor bagi kita berdua. Selama kita kenal dan kau dijadikan bodyguard pribadi untukku, kita setiap harinya selalu bertemu. Tapi setelah aku menikah, kita tidak pernah jumpa lagi, selama dua hari full. Ini benar-benar rekor," ucap Zafia antusias. Rasa kantuknya hilang seketika.
"Kita sempat berjumpa saat hari pertama anda menjadi nyonya Alfa, Nona. Jangan lupakan kejadian di Mall dua hari lalu, Nona. Dan ya, kita hanya tidak bertemu satu hari Full," jelas Bima.
Zafia mengibaskan tangannya. "Sama saja. Ahiya, kau cepat sekali sudah berada di sini? Bukannya Kak Al memintamu datang Senin?"
"Tuan Alfa meminta saya mengawasi Anda mulai hari ini sampai kalian pindah rumah ke Jakarta, Nona. Dan ya, keberangkatan kalian ke Jakarta di tunda sampai pembagian rapor kenaikan kelas Anda, tidak jadi dua minggu lagi," jelas Bima.
"Kau serius? Astaga, dia baik sekali." Zafia reflek memukul lengan Bima karena senangnya. "Ohya, apa ada sesuatu yang membuat Kak Al berubah fikiran? Maksudku, bukannya dia tidak suka jika aku dekat denganmu?"
"Benar, Nona. Tuan Alfa mulai mempercayai saya karena perihal Anda menjual cincin pernikahan kalian pada anak nakal teman Anda itu, Nona. Juga--"
"Kau sedang menyindirku?" tanya Zafia ketus.
"Ah, bukan, Nona. Saya juga memberi tahu Tuan Alfa kalau--"
"Sudahlah, kau melukai hatiku. Aku ingin masuk saja," ucap Zafia menekuk wajahnya dan mulai melangkah memasuki kamarnya.
"Anda ingin saya pergi lagi, Nona?" tanya Bima hanya memandang punggung kecil Zafia.
"Kau tak ingin membujukku? Kau suka kalau Nona-mu ini merajuk padamu?" ketus Zafia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
Ficción GeneralBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...