70

11.2K 440 4
                                    


Happy Reading🍂

***

Hari berlalu begitu cepat. Sepulangnya dari pernikahan Bima dan Kartika, Zafia langsung pulang kembali ke Jakarta bersama Alfa dan Syifa. Jangan lupakan Dinda dan Denzi yang juga ikut pulang bersama mereka.

Beberapa hari setelah pernikahan Bima dan Kartika, sekolah Zafia dan Dinda kembali masuk. Untuk menghadapi semester genap di kelas duabelas, Zafia dan Dinda tentu saja sangat antusias. Karena hanya dengan hitungan bulan, mereka akan menyelesaikan sekolahnya di masa putih abu-abu.

Saat ini adalah lima bulan semenjak Zafia kembali memasuki sekolahnya di semester genap. Hanya hitungan hari lagi Zafia akan ujian setelah itu lulus.

"Setelah lulus nanti kamu mau lanjut kuliah, Yang?" tanya Alfa sambil merengkuh pinggang Zafia yang kini tengah menyaksikannya dasi.

"Nggaklah! Buat apa?" tanya Zafia sedikit ketus. Tangannya menepuk jas Alfa, untuk merapikannya. Ia baru saja selesai memakaikan Alfa jas.

"Nggak ada. Cuma tanya." Alfa mengambil tangan Zafia dan melingkarkannya di lehernya.

"Jadi bisa langsung resepsi, dong?" lanjut Alfa dengan tatapan menggoda.

"Resepsi apa?" tanya Zafia sambil berusaha menahan senyumnya.

Alfa menggesekkan hidungnya dengan hidung Zafia gemas. "Resepsi pernikahan kita, dong. Papa dan Mama kemarin nanyain, lho. Lagian apalagi yang mau kita tunggu? KTP kamu udah siap. Bahkan, Kartika dan Bima sudah lama pindah ke daerah sini. Apalagi yang kamu tunggu?"

Kartika dan Bima memang sudah pindah ke Jakarta setelah beberapa minggu honeymoon keluar kota. Setelahnya mereka langsung pindah ke Jakarta, karena Bima mendapat tugas di Kantor Alfa.

"Nggak ada, sih. Aku 'kan ngikut Kakak, baiknya gimana. Maunya gimana memang?" tanya Zafia sambil menjauhkan wajah Alfa dari wajahnya.

"Secepatnya! Kakak 'kan udah nggak sabar mau jadiin kamu Nyonya Alfa secara resmi," ucap Alfa sambil mendekatkan wajahnya pada Zafia.

"Ayah! Bunda! Kapan Ifa berangkat sekolah? Nanti telat!"

Teriakan Ifa serta gedoran pintu itu membuat Alfa menghentikan aksinya. Dengan hembusan nafas berat ia membantu Zafia turun dari kursi riasnya dan berjalan ke arah pintu.

Ya, Zafia memang sedari tadi menggunakan kursi rias. Tidak mungkin 'kan Zafia memakaikan dasi Alfa yang tinggi Zafia hanya sebahu Alfa? Ya, sebenarnya bisa. Hanya ingin mempersingkat waktu saja.

"Pagi, Sayang. Mau berangkat sekarang?" tanya Alfa sambil menggendong Syifa yang terlihat cemberut.

"Sekarang, dong, Ayah. Inikan Ifa udah mau telat. Nanti kalau telat dimarahi guru. Kalau guru Ifa marah, nilai Ifa nanti dikurangi. Kalau dikurangi--"

"Iya, Sayang. Yaudah, ayo berangkat," Zafia segera memotong penjelasan Syifa, dan segera mendorong pelan lengan Alfa agar keluar dari kamar. Di tangan Zafia sudah ada tas kerja Alfa, sedangkan di punggungnya tas sekolahnya.

***

Waktu terus bergulir. Zafia sudah menyelesaikan sekolahnya dan kini ia beserta keluarga tengah menyiapkan acara untuk resepsi pernikahannya dan Alfa.

Rencananya, mereka akan mendatangi butik siang ini. Alfa akan pulang lebih cepat dari Kantornya dan segera menjemput Zafia dan segera pergi ke butik.

"Udah siap, Sayang?" tanya Alfa sekedar basa-basi saat Zafia memasuki mobilnya.

"Udahlah. Kalau belum nggak mungkin aku udah ada di sini," jawab Zafia sedikit ketus. Tangannya masih sibuk memasang seatbelt tanpa menatap Alfa.

"Cuma basa-basi, Yang," ucap Alfa sambil menghidupkan mobilnya, dan mulai berjalan saat Zafia sudah selesai dengan sabuk pengamannya.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang