Happy Reading 🍂"Cepat pesan makanannya, setelah itu pergi dari sini. Aku mau berduaan sama Zafia," ucap Alfa sambil menatap sinis Denzi dan Fikri.
"Ashiap, Bosqiu. Mbak pelayan, sini!" teriak Denzi sambil melambaikan tangannya pada pelayan.
Dinda langsung saja menjitak kepala Denzi kala lelaki itu kembali duduk. "Malu-maluin!"
"Biarlah," jawab Denzi acuh, kemudian tangannya dengan cepat merampas buku menu yang disodorkan pelayan.
"Mentang-mentang jomblo, sok agresif," sindir Fikri sambil mengambil buku menu lain dari pelayan.
"Sirik!" ketus Denzi. "Mbak pesen makanannya yang ini, ini, ini, sama ini. Terus minumannya jus jeruk aja. Hidangan penutupnya puding coklat sama ... ini apa, sih, namanya? Alah pokoknya ini ya, Mbak. Sama--"
"Udah, Mbak itu saja," potong Fikri sambil menutup buku menu Denzi. Giliran yang lainnya mengatakan pesanan masing-masing, di saat Denzi mencabik kesal.
"Ditunggu pesanannya, Tuan, Nyonya. Permisi," ucap pelayan itu setelah selesai mencatat pesanan semuanya.
"Nggak tahu malu. Bukan sepupuku! Pokoknya bukan!" geram Dinda sambil menjambak rambutnya kesal.
"Kalian ini sirik kali sama aku. Sekali-kali--"
"Udah, diem!" Alfa menoyor kepala Denzi hingga bando yang melekat indah di kepalanya terlepas. Dengan tampang 'tak berdosa, Denzi mengambil kembali bandonya dan memasangnya.
"Sayang kali kalau dibuang. Buat kenang-kenangan," gumam Denzi.
"Jijik elah," ucap mereka semua kompak.
"Udah diem! Fik, mana video yang mau kamu tunjukin itu?" tanya Alfa mengganti topik.
"Ah, iya." Fikri merogoh saku celananya untuk mengambil hape. "Tadi aku ngikuti Siska dan Rizal dari rumah mereka. Sengaja memang, karena aku tahu mereka ada janji mau keluar."
"Untuk apa kamu susah-susah cari informasi untuk itu?" tanya Alfa bingung.
"Ntah, ya. Aku kepo aja sama mereka. Jijik juga kalau dua dugong itu deket-deket sama kita, terutama kau, Bang Alfa. Jadi ya ... aku cari sesuatu yang bisa buat cara agar kita bisa menjauh dari mereka," jelas Fikri sambil mencari videonya.
"Nah, ini dia. Coba kalian fokus sama suaranya aja. Soalnya sulit dapat tempat yang sekiranya nggak terlihat sama mereka. Tapi, suaranya jelas, kok," lanjut Fikri sambil menyodorkan hapenya di tengah meja.
"Coba kamu sering-sering belanjain aku kayak gini. Pasti aku nggak bakal berpaling sama yang lain," ucap Siska dalam video itu.
Terlihat Siska tengah memilih baju yang terpakai di patung baju. Rizal terlihat menghela nafas pelan. Tangannya terangkat, dan mendarat ke pinggang Siska. Video itu terlihat bergoyang dan sedikit ngeblur, tapi masih sedikit jelas terlihat apa yang dilakukan dua orang itu.
"Aku akan melakukan apa pun untukmu, Sis. Asalkan kamu jangan pernah dekat dengan teman kecil kamu itu," ucap Rizal dengan suara yang ... entahlah. Semacam putus asa.
"Ck! Terserahku. Aku hanya cinta dengan uangmu. Soal Alfa? Itu urusan hatiku. Yang jelas, kamu hanya perlu membelajankanku seperti ini kalau kamu ingin aku tetap di sini," ucap Siska.
"Bahkan aku rela kehilangan anakku hanya untukmu, Sis," lirih Rizal yang masih terdengar dari hape Fikri.
"Lo mau nyalahin gue? Lo sendiri yang udah janji nggak bakal ngungkit ini, 'kan!" ucap Siska setengah berteriak.
"Bukan gitu, Sis--"
"Terserah lo! Gue udah nggak mood belanja sama lo. Mendingan lo balik ke istri manja lo itu. Gue pengen sendiri. Bawa sini kartu debit lo, biar gue belanja sendiri!" ketus Siska sambil merampas kartu debit yang berada di saku celana Rizal. Setelahnya dia pergi dengan seringai puas --walaupun tidak terlihat di video itu.
"Cuma itu?" tanya Dinda sambil menatap Fikri.
"Ya, iya. Maunya gimana?" tanya Fikri balik.
"Ya, kirain ada adegan adu jotos atau tamparan gitu. Ah, nggak asik," keluh Dinda.
"Kukira juga ada pembahasan yang lebih waw gitu. Rupanya cuma itu," ucap Zafia juga mengeluh.
"Aih! Kalian nggak menghargai usahaku," ucap Fikri mencabik kesal.
"Mampus!" ketus Denzi sambil menjulurkan lidahnya ke arah Fikri.
***
Tidak terasa hari pernikahan Bima dan Kartika akan tiba. Zafia, Alfa, dan yang lainnya sudah berada di Medan. Tepatnya di gedung tempat acara ijab kobul Bima dan Kartika serta acara resepsi yang akan diselenggarakan hari itu juga.
Zafia dan Dinda kini sudah berada di sebelah kiri kanan Kartika. Mereka akan membawa Kartika menuju tempat di mana Bima sudah menunggu untuk acara ijab kobul.
"Aku gugup," lirih Kartika sambil mempererat genggaman tangan Zafia dan Dinda.
"Elah. Cuma duduk di sebelah Bima terus denger kata sah, doang. Biasa aja kali," bisik Dinda.
"Kau belum ngerasain jadi aku, Din. Ini beneran deg-degan," lirih Kartika.
"Tenang aja, Tik. Tarik nafas ... keluarkan. Nanti hilang rasa gugup kau," bisik Zafia sambil melepaskan pegangan tangan Kartika. Dia dan Dinda tersenyum ke arah Kartika, kemudian mendekat ke arah Alfa dan yang Lain berkumpul.
Dengan perjuangan olahraga jantung, akhirnya kata 'sah' terucap dari penghulu. Senyum mengembang dari semua pihak.
Zafia yang memeluk lengan Alfa ikut terharu menyaksikan sahabatnya telah sah menjadi seorang istri. Alfa yang tengah menggendong Syifa juga terlihat begitu bahagia.
Acara terus berlanjut. Sekarang saatnya bagi para tamu undangan untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan. Sebagian juga ada yang mendatangi pelaminan untuk mengucapkan selamat untuk para pengantin. Begitupun bagi Zafia dan Alfa.
"Selamat, Tika. Semoga jadi keluarga yang samawa. Jangan lupa buatkan keponakan yang banyak buat aku," ucap Zafia sambil memeluk Kartika.
"Kau yang harus kasih aku keponakan dulu. Kita 'kan masih mau pacaran dulu. Ya 'kan, Bang," ucap Kartika sambil melepaskan pelukannya.
"Iyalah. Terserah kau." Zafia berjalan untuk menyalimi Bima. "Selamat, ya, Abim. Kau harus jaga Tika baik-baik. Awas macam-macam! Aku dan Dinda ada di barisan paling depan untuk menjadikan kau samsak dadakan."
"Hahah ... Nona bisa saja. Tapi, terimakasih untuk ucapannya," jawab Bima sambil tersenyum ke arah Zafia.
"Jangan lama-lama pegangannya. Karena aku akan jadikan kamu samsak pertama kali sampai berani sentuh Zafia lagi," ucap Alfa sambil memisahkan tautan tangan Zafia dan Bima yang masih bertautan.
"Ini kenapa jadi ngomongin samsak, sih?" tanya Denzi sambil menyalami Bima setelah bergantian dengan Dinda dan Fikri yang tadi di sebelah Zafia dan Alfa.
"Dari pada ngomongin kau. Palingan pembahasan kejombloan kau lagi. Ujung-ujungnya kau tetap aja jomblo," jawab Fikri sambil menggandeng tangan Dinda.
"Yaudahlah, aku mundur. Mendingan makan aja dari pada dengerin bucinan kalian ini," ucap Denzi sambil berjalan meninggalkan pelaminan.
"Huu ... jomblo!" teriak Zafia, Alfa, Kartika, Bima, Dinda, dan Fikri.
"Abang ganteng jomblo!" Teriakan Syifa yang terakhir itu mengundang tawa bagi orang yang mendengarnya. Dan sialnya, semua tamu di sana menertawakan Denzi.
.
.
-Tbc-
Vote&Komen✨.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
General FictionBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...