Happy Reading 🍂"Huaa ... apa yang kau lakukan!"
Zafia langsung berdiri dari atas Alfa dengan pipi memerah. Dia berdecak kesal kala rencananya digagalkan lagi oleh Alfa. Dengan pipi memerah karena malu, Zafia menatap Alfa dengan tatapan tajam.
"Kenapa kau menarikku?" ketus Zafia sambil berusaha menghilangkan ekspresi malunya.
"Apa yang akan kamu lakukan pada Bima? Kamu ingin mendorong dia atau ingin berenang bersamanya?" tanya Alfa tak kalah ketus.
"Aku ingin memberi pelajaran padanya!" ketus Zafia lagi.
Disaat Zafia marah pada Alfa, Dinda mulai menaikkan tubuhnya ke pinggir kolam. Dia duduk di pinggir kolam dengan kaki menjuntai ke kolam. Menikmati pertengkaran Zafia dan Alfa.
'Benarkan Fia blushing? Tujuh belas tahun aku kenal dia, baru kali ini melihat pipinya merona,' batin Dinda tersenyum kecil.
"Pelajaran apa? Pelajaran karena dia ingin bertunangan, hah!" ucap Alfa dengan nada mulai meninggi.
"Tuan." Bima yang mulai naik dengan baju basah memberi peringatan pada Alfa. Zafia tidak bisa dibentak.
"Iya. Aku ingin memberi pelajaran pada bodyguard bodoh itu karena bertunangan dan tidak memberi tahuku!" jawab Zafia dengan nada meninggi juga.
"Apa pentingnya bagimu dengan pertunangan Bima? Dia bukan siapa-siapa mu, kamu tidak boleh cemburu padanya," ucap Alfa dengan tatapan tajam, namun suaranya mulai melunak.
"Aku tidak cemburu padanya. Dia ingin bertunangan dengan sahabatku tapi dia tidak memberi tahuku. Dia dengan mudahnya memberitahumu yang bukan siapa-siapa menurutnya. Aku dan Dinda marah padanya karena dia bertunangan dengan Kartika tapi tidak memberitahu kami. Aku tidak cemburu padanya! Tidak akan pernah!" teriak Zafia dengan dada naik turun. Emosinya yang terpancing dari pagi tadi sudah keluar juga sekarang.
"Nona, maaf soal--"
"Apa kau! Pergi kau dari sini! Menyesal aku sudah memperkenalkan kau dengan Kartika kalau berita penting seperti ini kau lebih memilih dia sebagai orang yang berhak tahu. Kau anggap aku apa, Abim? Pergi kau dari sini! Pergi!" teriak Zafia kemudian berlari ke arah Dinda dan menggandeng tangannya. Mereka pergi ke kamar Zafia setelah meluapkan setengah amarahnya.
"Zafia!"
Teriakan Alfa hanya di anggap angin lalu oleh Zafia. Ada rasa sedikit menyesal telah menuduh Zafia cemburu pada Bima, punya rasa pada Bima.
Tapi apa dayanya? Sebenarnya dia yang cemburu mengingat kedekatan Zafia dan Bima saat ini. Kedekatan apa? Hanya sebatas pengawal dan nonanya. Tapi itu cukup membuat kecemburuan Alfa tak terkirakan.
"Tuan?"
"Bersihkan dirimu, Bim. Temui aku di taman belakang rumah. Segera," tegas Alfa.
"Anda ingin kemana, Tuan?" tanya Bima yang melihat Alfa ingin melangkah menuju kamar, bukan taman.
"Menemui Zafia," singkat Alfa tanpa mengehntikan langkahnya atau menoleh pada Bima.
"Jangan temui nona saat sedang marah, Tuan," ucap Bima menundukkan kepalanya.
"Apa hakmu melarangku menemui istriku sendiri?" ketus Alfa menghentikan langkahnya. Namun tatapannya masih setia ke depan, tidak menoleh Bima.
"Tuan Wisnu saja tidak bisa meredamkan amarah nona, Tuan. Sebaiknya anda tenangkan diri anda terlebih dahulu. Setelah itu kita bertemu di taman belakang," ucap Bima masih dengan nada hormat.
"Dinda saja bisa bersamanya, kenapa aku suaminya tidak bisa menemuinya?" ketus Alfa kembali bertanya.
"Hanya Nyonya Liska dan Nona Dinda yang bisa meredakan amarah Nona Zafia, Tuan. Anda sebaiknya tenangkan diri dulu. Saya permisi," ucap Bima kembali menundukkan pandangannya dan berlalu meninggalkan Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
General FictionBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...