Happy Reading 🍂Kini Zafia dan Dinda tengah berada di halaman samping di rumah Alfa. Halaman itu tepat berada di samping kamar Zafia di atas juga berada di samping rumah Bapak kaca mata --pemilik pohon mangga yang buahnya dicolong Dinda dan Zafia.
Zafia dan Dinda berdiri bersisihan di hadapan Alfa. Sedangkan Bima berada tak jauh dari mereka sedangkan memperhatikan juga sedang menunggu perintah dari Alfa.
"Hukuman pertama untuk kalian adalah lari santai keliling komplek lima kali dalam waktu sepuluh menit," ucap Alfa menatap Zafia dan Dinda bergantian.
"Mana bisa hanya dalam waktu sepuluh menit. Kau kira jarak yang kau mau cuma 50 cm? Keliling komplek kau sekali saja butuh jarak hampir satu kilo. Kau minta kami lari santai? Sepuluh menit? Kau kira kami berlomba?" ketus Zafia masih dengan sisa-sisa rasa marahnya.
"Kamu mau ditambah hukumannya? Hukuman kalian tidak hanya lari. Jadi, jangan buang-buang waktu berharga kalian untuk complain. Semakin matahari nampak muncul di ujung sana, semakin kalian kelelahan ditambah panasnya hari," jawab Alfa.
"Tap--"
"Kamu ingin ditambah hukumannya, Zafia?" tanya Alfa menatap tajam Zafia. Intonasi suaranya masih dibuat tenang. Sebenarnya masih kesal dengan Zafia yang terlihat cemburu pada Bima.
"Udah, Fi nurut aja. Selain menyelesaikan hukuman ini, kita juga masih punya tugas untuk Bima sialan itu," bisik Dinda menengahi.
Dengan wajah kesalnya, Zafia mulai berlari melewati pagar rumah Alfa. Melambaikan tangan sebentar pada Syifa yang tengah duduk di bawah pohon mangga.
"Lari yang benar, Zafia. Apa aku perlu memberitahumu cara berlari yang benar? Bahkan Syifa saja bisa mengalahkanmu bila cara berlarimu seperti siput begitu," ucap Alfa yang ternyata mengikuti Zafia dan Dinda dengan menaiki sepeda gunung miliknya.
"Aish, semangat dong, Fi. Aku sudah tak sabar ingin memberi hukuman pada Bima. Ingat hukuman Bima, Fi. Ingat! Ingat! Ingat!" teriak Dinda menyemangati Zafia.
Zafia mengangguk dan mulai berlari mensejajarkan tubuhnya dengan Dinda. "Dia ingin menghukum kita atau menyiksa kita? Keliling komplek lima kali sama dengan ikut kau maraton tiga minggu. Dia sangat menyebalkan pagi ini," bisik Zafia.
"Lari yang benar atau kalian akan lari lebih lama lagi," suara Alfa kembali terdengar di belakang Zafia dan Dinda.
Dua puluh menit kemudian. Zafia dan Dinda kembali ke halaman samping rumah Alfa. Mereka tengah duduk beralaskan rumput jepang yang sedikit menusuk pantat mereka yang hanya memakai celana training. Keringat keduanya bercucuran di pelipis dan dahi mereka.
"Membuang waktu. Kalian menghabiskan setengah jam hanya untuk berlari komplek ini? Sepertinya hukuman kalian harus berlaku minggu depan juga," ucap Alfa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini juga sudah paling cepat menurut kami. Kau terlalu berlebihan menganggap waktu dua puluh menit sama dengan setengah jam. Itu jelas sepertiga satu jam bukan setengah jam," ketus Zafia menyeka keringat di dahinya.
Cahaya matahari mulai menampakkan wujudnya. Rambut Zafia yang basah karena keringatnya terkena cahaya matahari yang muncul di sela-sela ranting pohon. Wajahnya yang tengah kesal dan dipenuhi peluh juga anak-anak rambut yang sedikit menutupi keningnya membuat penampakan Zafia nampak lebih menawan. Cantik, imut, dan dapat menarik perhatian Alfa.
Alfa menggelengkan kepalanya. Cukup memperhatikan wajah imut Zafia pagi ini. Alfa bertepuk tangan sekali, meminta Zafia dan Dinda berdiri.
"Kami baru lima menit istirahat. Bagaimana mungkin kau meminta kami kembali pada hukuman menyebalkan ini," protes Zafia.
"Oke, untuk hukuman kedua kalian, kalian harus latihan berenang di kolam renang di dalam," ucap Alfa tanpa menghiraukan kalimat protes Zafia. Alfa mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Hey, mana ada olahraga berenang. Olahraga macam apa itu," ketus Zafia masih duduk di hamparan rumput jepang.
"Kau yang tak tahu, Fi. Ayolah, masuk," ucap Dinda menarik tangan Zafia.
"Materi kita tak ada yang berenang, Din. Enak kali dia minta kita menurutinya hanya karena dia guru kita," gerutu Zafia namun masih mengikuti Alfa dari belakang.
Sesampainya di kolam renang, Zafia dan Dinda berhenti. Mereka berdua menatap pantulan bayangan mereka dari air tenang di kolam renang itu.
"Kau bisa berenang, Fi?" tanya Dinda dengan suara pelan, berbisik.
"Kau kenal aku berapa lama? Satu tahun? Dua tahun? Kita bahkan pernah makan sepiring berdua juga mandi berdua kalau kau lupa itu," jawab Zafia dengan suara sebal.
Dinda hanya cengengesan sambil kembali melirik air di dalam kolam. Ide cemerlang muncul di otak Dinda kala menatap kembali bayangannya di sana.
"Fi, aku punya ide bagus. Anggap saja ini ide awal penghukuman Bima," bisik Dinda dengan tawa tertahan.
"Apa?" tanya Zafia semangat.
"Gini, nanti aku yang mulai berenang duluan. Terus kau--"
"Kau bisa berenang?" tanya Zafia memptong penjelasan Dinda.
"Ya, tidak. Nanti aku menyelam gitu aja. Tak usah bergerak. Hahaha ..." bisik Dinda.
"Nah, gini. Saat aku mulai memasuki kolam, secara Pak Alfa juga Bima akan memperhatikan aku 'kan? Nah, saat itu kau jalankan rencananya. Kau dorong Bima dari belakang dan byur ... dia jatuh. Hahhah ..." lanjut Dinda kembali berbisik. Zafia tertawa pelan kemudian mengangguk semangat.
"Kalian berdua! Siapa yang akan mulai duluan?" tanya Alfa di ujung kolam sebrang Zafia dan Dinda.
"Saya, Pak," ucap Dinda.
"Semangat, Din. Demi rencana," ucap Zafia mengepalkan tangannya ke udara. Dinda hanya mengangguk dan mengambil ancang-ancang untuk lompat.
Zafia juga mulai berjalan pelan mendekati Bima yang berada tak jauh dari Alfa. Sedikit kaku saat melangkahkan kakinya.
Sebelum loncat ke kolam, Dinda mengacungkan jempolnya pada Zafia. Zafia menjawabnya dengan seringai lebar.
Byuur!
Dinda sudah mulai menjatuh dirinya ke dalam kolam. Tidak begitu dalam kolamnya, hanya sebatas dada Dinda.
Zafia sudah mulai dekat dengan Bima. Dia sudah menjulurkan tangannya untuk mendorong Bima. Seringainya tambah lebar kala itu.
"Zafia!" Alfa menarik Zafia yang terjulur untuk mendorong Bima. Zafia yang tidak bisa seimbang terpeleset dan akhirnya hampir jatuh ke dalam kolam.
Byuur!
Bima terpelanting ke dalam kolam karena dorongan kaki Zafia yang tidak sengaja menyenggol belakang lututnya.
Sedangkan Zafia dan Alfa terjatuh di pinggir lantai kolam dengan Zafia berada di atas Alfa.
"Huaaa ... apa yang kau lakukan!"
_________
Next....?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]
General FictionBagaimana ketika siswi SMA menikah dengan guru nya karena terjadi kesalahpahaman? Bahkan guru yang mengajar mata pelajaran olahraga tersebut sudah mempunyai istri bahkan mereka sudah dikaruniai seorang putri? Dan apa alasan istri pertamanya rela sua...