Sebenernya cerita ini udah aku up di Facebook ya gayss, tapi aku juga pengin up di sini, jadi mulai dari awal ya:)
Jangan lupa Follow, Vote dan Coment ya💜
Seorang gadis cantik dengan pakaian santainya kaos lengan pendek berwarna hitam sebagai dalaman, cardigan rajut berwarna hijau army sebagai luaran dengan rok hitam wolfise sebagai bawahan serta jangan lupakan hijab berwarna senada dengan rok yang dipakai wanita yang sedang memasuki sebuah Caffe sederhana di sudut kota Jakarta.Wanita tersebut memasuki Caffe yang masih terlihat sepi, hanya beberapa pegawai yang bekerja disana sedang melakukan kegiatan seperti menyapu, mengepel lantai dan merapikan meja sebelum Caffe dibuka.
"Assalamualaikum," salam gadis tersebut setelah masuk kedalam Caffe.
"Wa'alaikumussalam," jawab beberapa pegawai Caffe.
"Loh kamu shift pagi Nai?" tanya salah satu pegawai bernama Melinda yang sering disapa Meli.
"Iya mba, sebenernya aku shift malem tapi tadi malem mba Marta minta tukar shif katanya ada kepentingan, yaudah aku 'iya'in aja daripada nggak ngapa ngapain dikost," jawab gadis yang di panggil Nai tersebut.
"Oohh gitu," jawab Meli seraya menganggukkan kepala.
"Ya udah mba Mel, Nai mau ke ruang ganti dulu, permisi semuanya," pamitnya pada Meli dan pegawai lainnya.
Setelah berpamitan kepada Meli dan lainnya wanita dengan nama lengkap Naira Syifa'ul Rizky itu berjalan menuju ruang ganti karyawan untuk mengganti baju yang dipakai dengan baju yang digunakan untuk bekerja di Caffe tersebut.
Caffe Reaser adalah nama Caffe yang menjadi tempat kerja Naira selama hampir satu tahun ia merantau ke Jakarta, meninggalkan keluarga untuk hidup lebih mandiri dan bisa menjadi orang sukses kelak. Gadis yang berasal dari Jawa tengah tersebut merantau ke Jakarta pada saat usianya memasuki 18 tahun. Dan sekarang usianya sudah memasuki 19 tahun. Pada saat teman temannya memilih untuk meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dia lebih memilih untuk bekerja membantu ekonomi keluarganya yang semakin hari semakin bertambah. Dia tidak malu bekerja sebagai pelayan di sebuah Caffe asalkan pekerjaan tersebut halal maka dia akan senantiasa bekerja dengan giat.
Di Jakarta, dia tinggal sendiri di sebuah kost-an yang tidak terlalu mewah namun mampu membuatnya nyaman. Letak kost-an nya tidak terlalu jauh dari Caffe, mungkin sekitar 10 menit jika di tempuh dengan jalan kaki, dan memang dia lebih sering jalan kaki menuju Caffe daripada menggunakan angkutan umum. Karena menurutnya menggunakan angkutan umum sama saja dengan boros uang, lebih baik di tabung daripada digunakan untuk naik angkutan, sedangkan jalan kaki pun dia masih sanggup.
"Mba Mel aku bantu ngapain nih?" tanya Naira setelah keluar dari ruang ganti karyawan Caffe Reaser tersebut.
"Ohh nggak usah Nai, ini udah selesai dikerjain semua," jawab Meli. "Kamu tinggal balik tulisan Close jadi Open aja sana didepan pintu," sambungnya seraya berjalan menuju meja kasir.
"Oohh iya mba," setelahnya Naira berjalan menuju pintu Caffe untuk mengganti tanda Close menjadi Open.
Seraya mengganti tanda pada pintu, Naira melihat jalanan sudut kota yang sudah mulai ramai karena jam menunjukkan pukul 8 pagi yangmana pukul tersebut menandakan semua orang memulai aktifitas nya dari yang pergi ke kantor maupun ke sekolah.
Caffe Reaser meskipun letaknya di sudut kota tetapi Caffe tersebut selalu ramai pengunjung dari mulai anak sekolahan, kuliahan, dan para pentinggi kantor untuk melakukan meeting dengan claent. Karena Caffe dengan tema klasik tersebut selalu membuat para pelanggan betah di Caffe tersebut, apalagi hidangan Caffe tersebut yang mampu memanjakan lidah jangan lupakan harga yang terjangkau semakin membuat pelanggan betah untuk berlama-lama disana. Para pelayan disana pun ramah ramah, karena pemilik Caffe tersebut lebih menitik beratkan pada aspek kenyamanan para pelanggan yang datang.
Naira jadi ingat pertama kali dirinya melamar pekerjaan di Caffe Reaser. Pertama kalinya dia melamar pekerjaan tersebut dia takut Caffe tersebut tidak menerima pekerja yang menggunakan hijab, ternyata Caffe tersebut tidak mempermasalahkan hal tersebut, yangmana Caffe tersebut menerima pekerja yang benar benar niat bekerja, rajin dan memiliki semangat bekerja yang tinggi. Setelah diterima bekerja, Naira diperkenalkan oleh pemilik Caffe kepada para pegawai lainnya. Mereka langsung menyambut Naira dengan senyuman, dan semua pegawai di Caffe tersebut baik laki laki maupun perempuan menganggap Naira adalah adik mereka, karena usianya lebih muda dari pegawai lainnya.
"Nai kok bengong?" tanya pegawai perempuan bernama Lisa seraya menepuk bahu Naira.
Si empunya bahu pun berjengit kaget seraya menoleh ke si penepuk, "eeh mba Lis, enggak kok mba," jawab Naira dengan senyum manisnya.
"Ohh yaudah, jangan keseringan bengong di depan pintu," ujar Lisa.
"Kenapa emang mba?" tanya Naira penasaran.
"Takut setan pintu marah," jawabnya acuh.
"Ehh emang beneran ada setan ya mba di pintu," takut Naira seraya mendekati diri ke Lisa dan menjauh dari pintu.
"Iya tanya aja sama Bagas," ujar Lisa acuh seraya meninggalkan Naira sendiri di depan pintu.
"Iihh beneran ini di pintu ada setannya, kok aku baru tau ya. Bikin merinding aja mending aku tanya mas Bagas aja," monolog Naira seraya pergi dari pintu masuk dan menuju ke dapur, dimana Bagas berada disana.
"Mas Bagas"
____
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Idolaku Suamiku •END•
RandomSebelumnya jangan lupa follow akun ku dulu ya ... Naira Syifa'ul Rizky, gadis rantau yang memiliki nasib baik bisa menikah dengan Idolanya sendiri yaitu Devano Jordan Aditama. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Yukk ikutin terus ceritanya.