BAB 21

2.4K 156 1
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜


Di dalam sebuah kamar kost, terdapat seorang gadis manis dengan balutan gamis simple serta hijab instan yang sedang sibuk dengan benda pipih-nya. Dia Naira. Naira sejak tadi tersenyum seraya memandang beda pipih di hadapannya.

"Masya Alloh ganteng banget," gumamnya tanpa sadar.

Naira terus mengutak-atik handphone nya sampai benda pipih itu berdering menandakan ada telepon masuk. Naira mengernyitkan dahinya saat melihat nomor asing menelponnya. Karena penasaran, Naira memilih mengangkat panggilan tersebut siapa tau ada hal penting.

"Assalamualaikum, siapa?" salam Naira.

Tidak ada jawaban di sana membuat Naira melihat layar handphone nya yang menampilkan panggilan terhubung.

"Hallo?" Masih sama tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Orang iseng kali ya," gumamnya yang masih bisa di dengar oleh orang di seberang sana.

"Hallo, ini siapa?" sapanya kesal yang masih tidak mendapatkan jawaban.

"Au ah aku tutup," kesal Naira dan langsung menutup panggilan telepon tersebut. Dan kembali bermain dengan benda pipih itu, entah hal apa yang dilakukan sehingga membuat Naira terus tersenyum.

_______

Disebuah ruangan yang terdapat banyak kamera dan lensa, duduk seorang lelaki yang sedang mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja yang mana hal tersebut menandakan bahwa dia sedang bingung.

"Telepon nggak ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Kalo di telepon mau ngomong apa?" gumamnya lagi.

Setelah lama berpikir, akhirnya dia memilih menelfon seseorang yang selalu menganggu pikirannya.

Lama menunggu, akhirnya sambungan terhubung. Tak lama kemudian panggilan itu di angkat oleh orang di seberang sana.

"Assalamualaikum, siapa?" sapa seorang wanita di seberang sana.

Mendengar itu, membuat si penelpon langsung tersenyum. Dia tidak berniat untuk mengeluarkan suaranya, dia hanya ingin mendengar suara gadisnya. Apa tadi gadisnya? Membayangkan saja membuatnya tersenyum.

"Hallo," sapa lagi orang di seberang sana saat tidak mendapatkan jawaban.

"Orang iseng kali ya," gumam seorang diseberang sana yang masih bisa di dengar jelas oleh si penelpon.

"Hallo, ini siapa ya?" Sapanya dengan nada kesal.

"Au ah aku kesel," kesel seseorang di seberang sana yang langsung mematikan panggilannya.

Setelah panggilan di putuskan sepihak oleh si penerima telpon, si penelpon langsung terkikik geli mendengar kesal dari gadisnya.

"Bisa gila gue lama-lama kalo kepikiran dia terus," gumamnya masih dengan kekehan kecilnya.

_______

Malam hari menyapa, membuat sebagian orang bisa kembali berkumpul bersama keluarganya. Seperti sekarang, keluarga Aditama sedang berkumpul di sofa ruang keluarga. Mereka saling bercerita tentang kegiatan seharian ini.

"Gimana sekolahnya Dek, lancar?" Tanya Melinda kepada anak bungsunya.

"Lancar dong Mah, kan Deon rajin," jawab Deon sombong.

"Halah rajin dari mana, orang sering bolos gitu," cibir Keysha saat melihat kesombongan adiknya. Devano yang mendengarnya hanya mendengus kesal pada kedua adiknya yang jarang akur.

"Apaan sih Kak, aku jarang bolos ya, kadang-kadang doang kalo lagi pengin," jelas Deon dengan cengiran setelah melihat tatapan tajam dari Melinda.

"Kamu tuh Dek, dari dulu nggak berubah, udah kelas 12 juga. Harusnya kamu rajin belajar bukannya malah bolos," nasihat Melinda pada Deon.

"Ya maaf Ma, udah capek soalnya belajar terus, lagian aku nggak belajar juga udah pinter kan keturunannya Bapak Geovano, ya nggak Pah?" tanya Deon seraya menengok ke arah Geo yang tersenyum padanya.

"Iya dong, anak Papa semua pinter-pinter," sombong Geo yang langsung mendapatkan cubitan maut di perutnya. Pelakunya adalah Istrinya.

"Awshh ... sakit Mah," ringisnya seraya mengusap usap bagian perut yang di cubit.

Malas menjawab ringisan suaminya, Melinda kini fokus pada serial drama di televisi.

Lama terjadi keheningan diantara mereka berlima, akhirnya Geovano pun angkat bicara.

"Ekhemm ... bisa minta waktunya sebentar."

Melinda, Devano, Keysha dan Deon yang tadi sibuk dengan kegiatan masing-masing mulai memperhatikan sang kepala keluarga yang mungkin akan menyampaikan sesuatu.

"Devano, sudah sampai mana kamu mengetahui tentang gadis itu?" tanya Geo seraya menatap lekat kedua bola mata putra sulungnya.

Devano yang mendapatkan pertanyaan itu pun terkejut. Kenapa tiba-tiba papanya ini menanyakan hal seperti itu?

Karena tidak mendapatkan jawaban selain keterkejutan dari anaknya, Geo memanggil nya kembali.

"Devano," panggilnya seraya menepuk pelan pundak Devano.

Tersadar dari rasa terkejutnya, Devano menjawab, "eh iya Pah, gimana?"

"Huh kamu ini, ditanya malah melamun. Kamu sudah tau sampai mana tentang gadis itu," jelas Geo dengan nada kesal.

Manggut-manggut mengerti, Devano pun menjawab. "Emm ... Devan baru tau sedikit, yang waktu itu Devan ceritain ke Mama. Emang kenapa Pah?" Jelas Devano yang dijawab anggukan oleh Geo.

"Besok kamu harus minta izin sama orang tua gadis itu. Tetapi, Mama dan Papa ikut," ucap Geo seraya melirik istrinya. Melinda yang sudah tau perihal itu pun mengangguk sembari tersenyum senang.

Devano yang mendengar itupun kembali terkejut, "maksudnya gimana Pah?"

Geo sangat kesal terhadap putra sulungnya ini, dia memang pintar tapi entah kemana kepintaran disaat saat seperti ini. "Ck kamu ini, besok kamu datang ke rumahnya gadis itu, terus kamu lamar, ya setidaknya kamu sudah mendapat bekal restu dari orang tua gadis itu dulu."

"Tapi Devan nggak tau rumahnya, terus nama orang tuanya, gimana kalo Devan nyasar?"

"Kamu ini amnesia atau bagaimana, kamu lupa Ayahmu ini siapa? Papa tadi sudah telepon calon mertuamu, dan besok kita akan ke sana. Kamu bicara langsung ke orang tuanya," jelas Geo.

"Gimana Papa bisa? Kan ...."

Ucapan Devan terpotong oleh suara lembut Melinda. "Sudahlah Devan, kamu seperti tidak mengenal Ayahmu saja, dia kan bisa melakukan apapun apalagi urusan mencari tau tentang keluarga gadis yang kamu suka. Itu adalah hal yang mudah."

Devano mengangguk angguk mengerti dengan penjelasan ibunya. Apa sih yang Ayahnya tidak bisa? Semua yang dia mau pasti bisa dia dapat.

"Jadi kamu siap-siap, besok pagi kita berangkat. Kita di sana menginap satu hari, karena tidak mungkin kita langsung pulang karena perjalanan jauh," jelas Geo.

"Semua ikut Pah?" tanya Deon.

"Enggak kamu sama Keysha di rumah aja ya, kan besok sekolah," jelas Melinda.

Keysha yang mendengarnya pun memprotes, "kok gitu si Mah, kan kita mau tau siapa gadis yang disuka sama Bang Dev."

"Kak kamu di rumah aja ya sama Deon, nanti kalo kita pulang dari sana, bakal kita kasih tau kok," jelas Geo dengan nada lembut.

"Ya udah deh kita dirumah aja," jawab Keysha lesu.

Setelah selesai membahas tentang rencana berpergian besok pagi, mereka pun kembali ke kamar masing-masing karena hari sudah larut.

________

Bersambung.....

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang