BAB 63

2.1K 134 1
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.
.
.
_____
Oh iya gays, sekarang aku punya akun Instagram khusus buat nulis ya, jangan lupa follow @PeNaila_ ya:)
_____

Sinar matahari pagi yang masuk ke celah-celah jendela kamar milik keluarga kecil itu membuat sosok mungil yang berada di ranjang bayi mengerjapkan matanya pelan.

Tangan-tangan kecil yang keluar dari bedong itu mulai bergerak-gerak mencoba meraih sesuatu yang ada di atasnya.

Begitu lama, begitu tinggi, begitu susah membuat sosok mungil itu mulai mengeluarkan suara rengekan khas bayinya.

"Ututu, kenapa sayang?" Seorang lelaki yang baru saja menyandang status baru itu menghampiri ranjang bayi begitu mendengar rengekan kecil dari putranya. Dia, Devano.

Devano yang tadinya tengah bersiap untuk acara Aqiqah putra pertamanya itu mendengar suara rengekan dari ranjang saling tempat tidurnya. Membuat ia yang tengah bersiap segera menghampiri putranya itu.

Seminggu setelah melahirkan, keluarga besar Naira serta Devano berencana menyelenggarakan acara Aqiqah untuk cucu pertama di keluarga mereka. Maka dari itu, hari ini, acara resmi akan di gelar di halaman belakang rumah keluarga Devano.

"Kenapa? Mau mimi susu? Iya?" tanyanya dengan tangan yang sibuk mengelus lembut pipi Nares tanpa membawanya ke dalam gendongannya.

Suara rengekan Nares semakin keras ketika merasakan haus di tenggorokannya, membuat Devano segera memanggil Naira yang tengah berada di kamar mandi.

"Ay, udah belum? Anaknya nangis nih," serunya dengan suara keras. Beruntung kamar Devano memiliki fasilitas kedap suara, jadi sekeras apapun Devano berteriak, orang-orang luar tidak dapat mendengarnya.

Naira yang baru baru saja menggunakan jubah mandi dan akan memakai pakaiannya pun terhenti begitu mendengar teriakannya dari suaminya. Alhasil ia keluar dari kamar mandi hanya menggunakan jubah mandi untuk melapisi pakaian dalamnya.

"Stt ... Ini Mama sayang." Naira berucap ketika Nares sudah berada di gendongannya, menghiraukan Devano yang menatapnya dengan mata melebar.

Naira mendudukkan dirinya di sofa kamar, lalu memberikan ASI-nya kepada Nares yang langsung di terima dengan lahap.

"Kenapa?" tanya Naira tanpa menatap Devano yang masih menatap lekat dirinya.

"Kok keluar cuma pake jubah mandi?!" tanya Devano sedikit menekan. Meskipun sudah sering melihat Naira menggunakan jubah mandi, tapi tetap saja ia ... Ah sudahlah.

"Lagian kamu teriaknya nggak pas banget, aku baru aja mau pake baju kamu-nya udah teriak, yaudah daripada Nares nunggu lama mending kek gini aja," jawab Naira cuek.

"Ck," decaknya dan mulai.melangkah menghampiri sofa dimana istri dan anaknya berada.

"Nares semangat banget," ucapnya begitu mendudukkan dirinya di samping Naira.

"Makanya aku harus banyak makan sayur," timpal Naira. "Pasti aku tambah gendutan karena makan banyak," lirih Naira yang masih terdengar oleh Devano.

Memang semenjak usia kandungan Naira memasuki trimester kedua, Naira jadi suka makan, dan Naira merasa semenjak melahirkan ia jadi lebih banyak makan, yang mana hal itu membuat tubuhnya terasa lebih berat dari sebelumnya.

"Kamu tetep cantik kok," bisik Devano persis di samping telinga Naira.

"Apasih?" Ketus Naira begitu merasakan bisikan Devano yang membuatnya meremang.

"Meskipun kamu gendutan, kamu tetep cantik kok," ujar Devano lebih jelas.

Naira yang mendengar penjelasan Devano seketika menoleh ke arah suaminya itu. "Tapi badanku melar nggak kayak dulu waktu baru nikah. Nggak kayak temen-temen kamu yang badannya bagus itu," jelas Naira dengan wajah cemberut.

"Heiii, kok jadi insecure gitu sih?" Naira tetap cemberut. "Kamu itu cantik sayang. Mau kamu gendut, mau kamu kurus, mau kamu ini-itu, kamu tetep cantik. Dan semua itu nggak bakalan bisa buat aku berpaling dari kamu," jelas Devano.

"Lagian kamu gendutan gini juga karena mencukupi kebutuhan anak aku, mana mungkin aku berpaling dari orang yang selalu memenuhi kebutuhan anak aku yang lucu ini," lanjutnya membuat Naira menatap Devano dengan wajah tersenyum.

"Nah, gitu dong senyum, kan jadinya tambah cantik," godanya.

"Nggak mempan," sahut Naira. "Mas aku laper," sambung Naira yang merasa perutnya mulai keroncong akibat Nares yang terlalu semangat menyedot ASI-nya.

"Aku ambil dulu sebentar." Setelah mengucapkan kalimat itu, Devano berlalu keluar kamar meninggalkan Naira dengan senyuman.

________

"Naira mana Dev?" tanya Melinda begitu putranya turun seorang diri.

"Belum siap Ma, masih ngasih ASI ke Nares. Ini aku mau ngambilin dia makan, laper katanya," jelas Devano.

"Oh yaudah, itu mumpung sayurnya baru mateng," ucap Melinda dan kembali sibuk dengan beberapa makanan untuk tamu-nya nanti.

Devano bergegas mengambil makanan dengan porsi banyak, berniat untuk makan dirinya dan juga Naira.

Begitu selesai, Devano membawa nampan berisi nasi dan lauk-pauknya serta dua gelas air putih. "Ma, Dev ke atas dulu," pamitnya yang dibalas anggukan oleh Melinda.

"Aku suapin ya," ucap Devano setelah mengambil duduk di samping Naira.

"Kenapa banyak banget?" tanya Naira seraya mengunyah makanan.

"Kan sepiring berdua, biar romantis," jawab Devano dengan wajah tengilnya.

"Iyain biar cepet," sahut Naira dengan nada datar membuat Devano terkekeh.

Selanjutnya mereka makan dengan Devano yang menyuapi Naira, sesekali menyuapkan ke diri sendiri, serta Nares yang diam dengan mulut yang tersumpal ASI.

________
Bersambung ....

Follow Instagram ku ya
@naasyriz_

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang