BAB 18

2.4K 161 3
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜

Acara berlangsung dengan meriah, para tamu undangan di buat takjub oleh dekorasi Caffe yang indah dan hidangan Caffe yang memanjakan lidahnya. Setelah acara pemotongan kue dan doa bersama, semua orang yang berada di Caffe tersebut bebas untuk melakukan apa saja. Ada yang berfoto ria, mencicipi semua hidangan yang lezat luar biasa, membicarakan masalah bisnis dan lain-lain.

Di sinilah mereka berada, di dekat pintu masuk menuju dapur. Meli, Lisa dan Naira. Meli dan Lisa sedari tadi sibuk mengajak Naira supaya mau berfoto dengan Devano.

"Kalian saja Mbak, aku sangat malas," ucap Naira sembari memijat keningnya pusing.

Apa apaan Mbak Meli dan Mbak Lisa ini, kenapa harus mengajakku. Tidak tahukan mereka bahwa aku sedang berusaha move on, batinnya.

"Ayolah Nai, mumpung ada Idola kita, ayo kita berfoto untuk kenang-kenangan," ajak Meli.

"Bener Nai, sekali aja lah nggak papa. Kita pengin banget foto sama Devano," melas Lisa.

"Mbak, aku sangat malas. Kalau kalian mau silahkan foto dengannya aku tidak mau," kekeh Naira.

"Ayolah Nai, aku ingin kita bertiga berfoto dengan Devano," ajak Lisa.

Lama Meli dan Lisa membujuk Naira agar mau ikut dengan mereka berdua, akhirnya Naira pun meng'iya'kan ajakan mereka, daripada tambah pusing mendengar rengekan tiada henti itu.

"Devano nya mana ya," ucap Meli sembari menatap sekeliling.

Sama halnya dengan Lisa yang sudah celingak-celinguk mencari keberadaan Devano. Naira? jangan tanyakan lagi dia sedang berdoa supaya mereka tidak jadi berfoto dengan Devano. Namun apalah daya apabila doa itu jelek maka doanya tidak akan dikabulkan.

"Nah itu Devano, ayo ke sana!" seru Lisa. Meli juga sama antusias nya dengan Lisa sedangkan Naira hanya bisa menghembuskan napasnya kasar dan berlalu menyusul kedua rekannya.

Tiba di depan Devano, Meli dan Lisa segera mengajak untuk berfoto ria, karena Devano pun tak mempermasalahkannya. Naira yang baru tiba di sana hanya melihat kegiatan kedua rekannya dengan senyum tipis.

"Nai fotoin dong aku sama Meli," ujar Lisa kelewat semangat. Naira yang disuruh pun hanya mengangguk dengan senyumnya. Berbeda dengan Devano yang memperhatikan Naira dengan wajah bingungnya. Apakah dia tidak ingin berfoto denganku? Batinnya.

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Banyak gambar yang diambil Naira melalui ponsel Lisa. Ketika menggambil gambar itu, Naira sampai terkikik geli melihat pose kedua rekannya dan melihat wajah terkejut Devano.

"Sudah Mbak, apa mau lagi?" tanya Naira sembari mendekati Lisa.

"Udahlah, udah banyak juga," ucap Lisa, Naila hanya mengangguk saja. "Kamu nggak mau foto sama Devano Nai?" sambung Lisa bertanya.

Naira yang mendapat pertanyaan itu pun hanya menggeleng samar dan tersenyum tipis, "enggak usah Mbak, lagian ponselnya Naira juga di dalam tas," ucapnya.

"Pake ponsel aku aj-yahh kok mati sih," gerutu Lisa. "Mel kamu bawa ponsel?" tanya Lisa.

"Enggak Lis, ponselku lagi rusak," jawab Meli.

"Udah Mbak nggak usah, Naira juga nggak terlalu suka berfoto," ujar Naira.

"Tapi Nai, mumpung ada Devano loh di sini. Kapan lagi bisa bertemu live," ucap Lisa yang diangguki oleh Meli.

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang