Jangan lupa Follow Vote and Coment 💜
.
.
.
.
________
Merapat yuk
________"Mana ponakan aku Nai?"
"Nih," tunjuk Naira.
"Wihh, ganteng banget, persis kayak Bapaknya." Seru orang di seberang sana.
"Iya nih, nggak adil." Cemberut Naira.
Hari kedua di Rumah Sakit, Naira melakukan panggilan video dengan teman-temannya yang ada di kampung. Panggilan video grup yang berisi dirinya, Mutia, Putri, dan juga Afif sepupunya.
"Namanya siapa Nai?" tanya Afif
"Nares. Nareswara Errabani Aditama," jawab Naira dengan senyum manisnya.
"Namanya bagus," celetuk mereka berbarengan.
"Kalian kapan ke sini?" tanya Naira kepada teman-temannya.
"Kapan Fif?" ucap Mutia dan Putri bersamaan membuat Afif mengernyit bingung.
"Kok aku?"
"Kan kita ngikut aja," balas Mutia yang diikuti anggukan oleh Putri.
Wajah Afif seketika kesal karena ucapan kedua temannya itu.
"Lusa ke situ," kata Afif yang membuat pekikan senang Mutia, Putri, dan Naira terdengar. "Mau dibawain apa?" tanya Afif.
"Kripik pisang yang di depan SD kita dulu itu," jawab Naira semangat.
Tanpa banyak kata, Afif langsung mengiyakan permintaan sepupunya itu. "Ya udah, Afif mau ikut Bapak ke kebun. Assalamualaikum." Pamitnya dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Ya udah, aku juga pamit dulu ya, sampai ketemu lusa." Putri pamit diikuti oleh Mutia.
Begitu sambungan berakhir, Naira meletakkan ponselnya di sisi ranjang yang kosong.
"Udah bangun sayang?" tanyanya pada Nares, yang kini sudah membuka matanya menatap ke arahnya.
"Tadi itu Om Afif, Tante Putri, sama Tante Mutia. Lusa mereka ke sini mau lihat Nares, seneng nggak?" Naira terus saja berbicara, seolah putranya sudah paham maksud dari pembicaraannya itu.
Bibir mungil bayi laki-laki itu mulai mengeluarkan suara, Naira yang tahu maksud dari itu pun mulai membuka kancing baju bagian atasnya untuk memberikan ASI pada putranya itu.
Tengah asyik menyusui putranya, pintu ruang rapat VIP miliknya dibuka dari luar, dan munculah sosok laki-laki yang baru saja menyandang status 'Ayah' itu tengah tersenyum ke arahnya.
"Bawa apa itu?" tanya Naira begitu melihat Devano berjalan menghampirinya dengan kantong plastik di tangan kanannya.
Mengangkat tangan kanannya, Devano menjawab, "Ini kue pukis, tadi beli di depan." Naira hanya mengangguk paham.
"Anak Papa lagi ngapain nih?" tanyanya pada Nares.
"Lagi mimi Papa," jawab Naira dengan suara anak kecil yang disambut tawa kecil oleh Devano.
"Kamu udah makan?" tanyanya pada Naira.
Galangan dari Naira membuat Devano mengernyitkan dahinya. "Kok belum?"
"Belum sempet," jawabnya. "Tadi waktu Nares tidur mau makan tapi ada telepon dari kampung. Selesai telepon, Nares minta susu. Jadi belum makan," jelasnya.
Menghela napas pelan, Devano kembali berucap, "Ya udah, sini aku suapin."
Dengan telaten, Devano menyuapkan makanan yang tadinya sudah ada di atas nakas samping tempat tidur.
Jika kalian bertanya di mana yang lainnya, maka jawabannya adalah, tengah berada di kediaman Aditama. Tadi pagi, orangtua Devano maupun Naira memilih untuk pulang terlebih dahulu. Selain untuk membersihkan diri, mereka juga akan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah meskipun hanya menatap cucu mereka dan juga anak mereka.
Naira menerima suapan dari Devano seraya menatap putranya yang sibuk dengan ASI-nya. "Nggak nyangka ya Mas." Celetuk Naira membuat Devano mengernyit.
Menatap Devano sejenak, Naira melanjutkan ucapannya. "Nggak nyangka aku udah jadi Ibu," lanjutnya.
Devano tersenyum mendengar ucapan Istri Kecilnya itu. "Mas juga nggak nyangka bisa nikah sama Kamu, punya anak sama Kamu, Mas nggak nyangka sama sekali."
Ucapan Devano membuat Naira menoleh ke arahnya dengan tatapan bahagianya. "Sebelum kamu menerima lamaran Mas, Mas selalu overthinking," sambungnya.
"Karena?"
"Mas takut kamu nggak nerima lamaran Mas karena kamu tahu latar belakang kehidupan Mas ini," jelasnya. "Dan semua ketakutan Mas hilang pada saat Papa pulang dari kantor dan memberikan informasi jika kamu menerima lamaran Mas. Rasanya Mas pengin ketemu kamu saat itu juga," sambungnya dengan nada antusias.
Naira tertawa kecil menanggapi cerita Devano. "Sebenernya dulu aku berniat buat nolak lamaran Mas Dev." Ucapan Naira sontak membuat Devano melebarkan kedua bola matanya.
"Kenapa gitu? Kok bisa sih?" Protesnya.
"Itu kan dulu, lagian juga baru niat." Potong Naira sebelum Devano Kemabli protes.
"Terus kenapa kamu akhirnya Nerima lamaran Mas?" tanya Devano penasaran.
"Ya, karena aku nggak menampik, kalau aku udah jatuh hati sama laki-laki yang kini ada di hadapanku, suamiku," jawab Naira tanpa keraguan di dalamnya, membuat Devano salah tingkah di tempatnya.
"Ciee, salting, cieee ..." Goda Naira melihat telinga Devano memerah.
Devano yang digoda oleh istrinya itu hanya mampu menundukkan wajahnya setelah meletakkan mangkuk berisi makanan ke atas nakas.
"Ck, sayangggg," rengeknya seraya beranjak dari duduknya dan memeluk Naira dari samping. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya.
Sontak, tingkah Devano yang seperti itu membuat Naira menyemburkan tawa renyahnya. Untuknya, Nares yang tengah tertidur itu tidak terganggu sama sekali oleh keributan yang dibuat oleh kedua orangtuanya.
Begitu tawa Naira reda, Devano membisikan kalimat yang membuat Naira tertawa kecil. "I love you my little wife," bisik Devano teapt di samping telinga Naira.
"Love you too my old husband." Balasan Naira membuat Devano protes seketika.
"Kok old sih," kesalnya.
"Kan emang udah tua." Sahut Naira dengan wajah polosnya.
"Aku baru 28 loh." Sangkal Devano.
"28 tua lah, aku aja baru 20," balas Naira.
"Serah lah," ketus Devano dan kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya. Sedangkan Naira hanya tertawa menanggapi tinggal suaminya itu.
________
Bersambung ....Follow Ig aku
@naasyriz_
KAMU SEDANG MEMBACA
Idolaku Suamiku •END•
RandomSebelumnya jangan lupa follow akun ku dulu ya ... Naira Syifa'ul Rizky, gadis rantau yang memiliki nasib baik bisa menikah dengan Idolanya sendiri yaitu Devano Jordan Aditama. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Yukk ikutin terus ceritanya.