BAB 26

2.4K 144 2
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜


Selesai melaksanakan ibadah sebagai seorang muslim, Naira kembali ke ruang karyawan untuk menyimpan alat solatnya.
Ketika membuka loker tempat penyimpanan barang karyawan, Naira melihat buket bunga mawar putih. Karena penasaran dengan siapa pengirimnya, ia pun membuka kertas surat berwarna biru muda. Di dalam surat tersebut, terdapat satu kalimat yang mampu menggetarkan hati seorang Naira.

'anna uhibbuka fillah Naira Syifa'ul Rizky'
-Devano.J.A-

Degg

Jantung Naira berdetak lebih cepat dari biasanya setelah membaca kalimat yang terdapat di surat tersebut.

Ya Alloh benarkah? Ya Alloh, batinnya bertanya-tanya.

Karena tidak ingin berlarut dalam rasa ketidakpercayaan, Naira memilih meletakkan kembali buket bunga serta surat ke dalam loker miliknya. Setelahnya Naira kembali ke depan untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

_______

"Ngelamun aja lo Dev," ucap Juna seraya mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di ruangan milik Devano.

Devano yang sedang melamun pun kaget mendengar ucapan Juna barusan. "Kalo masuk tuh salam kek," dengus Devano seraya beranjak ke arah sofa di mana Arjuna berada.

Tanpa menghiraukan dengusan Devano, Juna pun bertanya, "Lo ngelamunin apaan dah."

Menghembuskan napas kasar, Devano menjawab, "gue kepikiran tentang lamaran kemaren, takut dia nggak nerima gue," jelas Devano. Pasalnya Arjuna mengetahui tentang lamarannya kemarin.

"Percaya diri aja napa sih. Kalo jodoh tuh nggak ke mana."

"Ya tapi tetep aja gue takut."

Juna pun menghela napas kasar. Sohibnya ini memang terlalu takut tentang hal-hal yang berbau dengan wanita, karena baru kali ini dia mencintai wanita selain Mama dan adiknya.

"Gini Dev, takut wajar tapi nggak boleh berlebihan. Dengan lo terlalu takut begini justru menandakan bahwa lo belum siap membangun yang namanya rumah tangga," jeda sejenak. "Yang lo takutin itu kalo dia nggak nerima lamaran lo karena lo terkenal kan? Kalian berbeda kan? Nah di sini lo itu harus buktiin bahwa lo itu sama kaya dia. Bokap lo aja bisa dapetin nyokap lo, masa lo nggak bisa sih? Coba dulu usaha gitu, jangan malah ngelamun kagak jelas gini," jelas Juna.

Setelah mendengar penjelasan Juna, Devano pun merenung. Iya sih kenapa gue harus ngelamun, kenapa gue kagak usaha aja, jodoh udah ada yang ngatur ini, batinnya sembari tersenyum.

"Napa lo senyum-senyum gitu? Takut gue," ucap Juna sembari bergidik ngeri.

"Apaan sih Jun," kesal Devano. "Jadi gue harus ngapain?" sambungnya bertanya.

Lama mencerna maksud pertanyaan dari Devano, akhirnya Juna pun paham. "Gini, dia senengnya apa? Nanti lo kasih aja, ya nggak langsung gitu." Jeda sejenak, "nih lo beli buket bunga nanti dikasih surat gitu aja, biasanya tuh cewek suka sama bunga, ya nggak semua cewek, tapi kan namanya dikasih hadiah bunga, walaupun nggak suka pasti tetep seneng," jelasnya.

Mengangguk mengerti, Devano pun kembali bertanya, "gue kasih bunga apa?"

"Ya dia sukanya bunga apa ogeb."

"Katanya nggak semua cewek suka bunga, mungkin dia nggak terlalu suka bunga, mana gue tau," jawab Devano enteng yang membuat Juna mengelus dada sabar.

"Gini aja deh, lo sekarang beli buket bunga mawar putih, terus kasih tuh surat. Isi suratnya kagak usah panjang-panjang, kalo bisa sih se-kalimat aja tapi yang berkesan gitu," jelas Juna kesal.

"Oohh oke, gue pergi dulu. Makasih sarannya," pamit Devano sembari melangkah meninggalkan Juna yang menatapnya tak percaya.

"Gini nih kalo yang dipikirin cuma nyanyi sama photography, ngurus cewek satu aja kelimpungan," gumam Arjuna geleng-geleng kepala.

________

Saat ini, Naira sedang bersiap-siap untuk pulang ke tempat kost-nya, karena waktu pergantian shift sudah dimulai semenjak lima menit yang lalu.

"Langsung pulang Nai?" tanya Lisa yang mendapatkan shift sama dengan Naira.

"Iya Mbak."

"Nggak mau main dulu?"

"Enggak deh Mbak, cucian banyak tadi pagi nggak sempet nyuci soalnya," jelas Naira.

"Oohh yaudah hati-hati," ucap Lisa.

"Iya Mbak, kalo gitu aku pulang dulu Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah mendapatkan jawaban salam, Naira pun mulai melangkahkan kakinya keluar dari Caffe tempat kerjanya melalui pintu belakang seperti biasanya tak lupa dengan buket bunga mawar putih yang berada di pelukannya.

Di sepanjang perjalanan menuju tempat kost-nya, Naira memikirkan kembali tentang isi surat yang berada di buket bunganya. Apakah benar seperti itu maksudnya? Entahlah, Naira bingung dengan teka teki kehidupan ini.

Karena terlalu fokus dengan pikirannya, sehingga membuat Naira tidak fokus dengan jalannya. Ketika lampu lalu lintas berwarna hijau, bukannya berhenti berjalan, Naira malah langsung menyebrang begitu saja sehingga membuatnya hampir tertabrak oleh mobil yang melaju kencang dari samping kirinya.

Bukannya menghindar, Naira justru menutup matanya. Membuat orang yang baru saja keluar dari toko kue terbelalak kaget. Orang tersebut langsung lari secepat mungkin tanpa menghiraukan kue-kue yang berada di tangannya jatuh berserakan di trotoar. Orang tersebut berlari secepat kilat dan langsung menarik tangan Naira menuju ke pinggir. Karena terlalu keras menarik tangannya, Naira pun limbung dan jatuh di pelukan orang yang menolongnya itu.

Brukk

Suara yang dihasilkan oleh dua badan yang saling bertubrukan tanpa sengaja. Orang tersebut sibuk mengatur pernafasannya yang entah mengapa tiba-tiba terasa sesak, dan Naira yang masih sibuk mengendalikan rasa takutnya.

Ketika dirasa sudah mengendalikan diri, Naira pun mendongakkan kepalanya menatap si pahlawan kesorean yang telah menolongnya itu. Ketika kepalanya mendongak, bertepatan dengan si penolong yang menundukkan kepalanya sehingga kedua mata itu pun bertemu.

Degg

________
Bersambung ....


Gimana nih menurut kalian ceritanya?

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang