BAB 36

2.4K 149 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜

Sesampainya mereka di Mall, mereka langsung memasuki salah satu toko pakaian pria. Afif dan Naira mengelilingi toko tersebut, dengan Naira yang membuntuti Afif.

"Afif mau beli apa si?" Tanya Naira.

"Ya beli baju lah," jawab Afif enteng.

Naira yang mendengar jawaban Afif pun mengerucutkan bibirnya. "Iya Nai tau, maksudnya mau beli baju apa?" jelas Naira.

"Entar juga tau," jawab Afif tanpa menghiraukan Naira yang sudah misah-misuh di sampingnya.

"Nah itu," ucap Afif seraya menunjuk sebuah kaos polos warna putih.

Naira mengikuti arah yang ditunjuk oleh Afif pun tercengang. Mereka jauh-jauh ke sini hanya untuk membeli kaos polos?

"Afif beli ini?" Tanya Naira setelah mereka tiba di tempat kaos tersebut.

"Iya." Afif pun berlalu menuju kasir sembari membawa kaos tersebut, meninggalkan Naira yang menatap tidak percaya pada Afif.

Selesai dengan urusan membayar, mereka keluar dari toko baju tersebut dengan Naira yang menggerutu sepanjang jalan.

"Nggak usah kaya gitu, mau beli es krim nggak?" Tanya Afif yang melihat Naira menggerutu.

Mendengar kata es krim, Naira langsung tersenyum senang menghadap Afif. "Mau dong," jawabnya semangat.

"Giliran es krim baru mau senyum," gumam Afif. "Tapi entar ya, kita ke toko gamis dulu," kata Afif yang dibalas anggukan Naira.

Sesampainya di toko pakaian muslimah, mereka langsung memasuki toko dengan Naira yang mengekori Afif.

"Kamu mau yang mana?" Tanya Afif setelah sampai di bagian baju gamis.

"Hah?" bingung Naira.

"Kamu mau gamis yang mana?" jelas Afif.

"Kok aku?"

"Iyalah, kan aku mau beliin kamu."

"Ihh, nggak usah."

"Nggak papa, itung-itung buat hadiah pernikahan Nai," jawabnya. "Gih pilih," suruhnya.

Naira pun hanya bisa pasrah. Dia segera memilih gamis yang sekiranya dia suka. Setelah lama memilih, akhirnya pilihan Naira jatuh pada gamis syar'i warna abu abu, dengan lipatan-lipatan kecil di bagian bawah gamis, serta hijab instan yang berwarna senada.

Dia segera berjalan menuju ke arah Afif dengan membawa satu gamis di tangannya. "Yang ini aja gimana?" tanyanya.

"Ya, udah kalo kamu maunya itu. Sini aku bayar dulu," ucapnya dan langsung membawa gamis tersebut ke kasir.

Setelah membayar, mereka berdua segera menuju ke salah satu kedai es krim yang ada disana.

Setelah membeli es krim, Afif mengajak Naira untuk makan di salah satu resto yang ada di Mall tersebut, Naira hanya bisa mengikuti kemanapun Afif pergi.

Setelah semua urusan selesai, mereka langsung pulang ke rumah, karena hari sudah petang.

________

Hari ini keluarga Aditama akan kembali ke ibu kota. Naira yang tau itu pun memilih untuk menemui mereka di hotel yang mereka tempati di antar oleh Afif.

Saat ini, keluarga Aditama sudah ada di basement tempat dibmana mobil mereka berada.

"Hati-hati di jalan Om, Tante," pesan Naira.

"Iya Sayang, kalau kamu udah di Jakarta sering-sering main ya," kata Melinda yang dibalas anggukan oleh Naira.

Geo dan Melinda langsung masuk ke dalam mobil yang sudah ada sopir di dalamnya. Tersisa Naira, Devano, Keysha, Afif, dan Deon di sana.

Pandangan Devano tak pernah lepas dari Afif yang berada di belakang Naira. Afif yang dipandang seperti itu pun berusaha untuk biasa saja.

"Hati-hati di jalan Mbak," pesan Naira saat Keysha memeluknya.

"Kamu nggak ikut sekalian Nai?" Tanya Keysha setelah melepas pelukannya.

"Enggak Mbak, aku masih rindu rumah," jawabnya.

"Ya, udah. Tapi kalo udah dibsana harus main sama aku loh," kata Keysha. "Aku ke mobil dulu Nai. Duluan Fif," ucapnya sembari menatap ke arah Afif. Afif membalasnya dengan anggukan.

"Kak aku duluan ya," pamit Deon pada Naira.

"Iya hati-hati ya," pesan Naira sembari tersenyum.

Tersisa Naira, Devano dan Afif di:sana. Suasana canggung tiba+tiba menyelimuti mereka bertiga.

"Nai," panggil Devano.

"Iya?"

"Dia siapa?" tanya Devano pada Naira namun pandangannya tak pernah lepas dari Afif.

Naira yang ditanya seperti itu pun langsung mendongak menatap manik hitam legam milik Devano. Disana terpancar rasa cemburu yang membara.

Naira terkekeh geli. "Dia Afif sepupuku," jawab Naira.

"Sepupu," beo Devano.

Naira dapat melihat perubahan sorot mata Devano dari cemburu ke raut kebingungan.

"Iya dia sepupuku, namanya Afif," jelas Naira.

"Alhamdulillah ternyata sepupu," gumam Devano sembari tersenyum.

Naira yang mendengar gumaman itupun terkekeh geli. Dia tidak menyangka bahwa Devano akan cemburu padanya. Semua ini terasa mimpi baginya.

"Aku pamit dulu ya. Jangan lupa save nomorku biar aku bisa kasih kabar," katanya.

"Nomor?"

"Iya nomorku Nai."

"Yang mana?"

"Yang waktu itu telfon kamu tapi nggak ngomong sama sekali," jelas Devano.

Naira berpikir mencerna kata-kata Devano. Telfon kamu tapi nggak ngomong sama sekali? Jangan-jangan ....

"Jangan bilang itu Mas Dev?" kaget Naira yang dibalas anggukan oleh Devano.

"Kok bisa?"

"Bisa lah, kan waktu itu aku minta buat ngirim foto kamu," jawabnya enteng.

"Foto?" bingung Naira.

"Iya foto waktu acara di Caffe loh," jelasnya.

"Oohh. Iya nanti aku save," jawab Naira.

"Ya, udah aku pamit. Assalamualaikum calon istri," pamitnya.

Naira yang dipanggil 'calon istri' pun tersenyum malu dan menjawab. "Wa'alaikumsalam. Hati-hati Mas."

Devano membalasnya dengan acungan jempol dan senyumnya. Sebelum menuju mobil, tak lupa Devano pamit pada Afif terlebih dahulu.

Setelah sampai di mobil, dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Naira yang melihat itu pun tersenyum.

Melihat mobil itu sudah tak terlihat, Naira dan Afif segera pergi dari area hotel untuk kembali ke rumah masing masing dengan Afif yang mengantar Naira terlebih dahulu.

_______
Bersambung ....

Ini Bab 41 ya di Facebook sama KBM app

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang