BAB 6

2.7K 165 3
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜

Selesai dengan urusannya menjemur pakaian, Naira kembali ke kamar kost-nya yang tidak terlalu jauh dari tempat penjemuran pakaian. Ia meletakkan ember tempat cucian ke dalam kamar mandi, setelahnya ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang telah ia tempati selama hampir satu tahun.

"Alhamdulillah selesai semuanya," gumamnya.

Setelahnya hanya ada keheningan di dalam kamar kost ukuran 3×3 tersebut. Naira memilih memejamkan matanya sebentar guna menghalau rasa lelah setelah seharian bekerja. Hingga pada akhirnya keheningan itu sirna ketika dering ponsel yang berada di atas meja berbunyi.

Drttt drttt drttt

Naira bangkit dari pembaringan dan dengan segera menuju meja mengambil handphone yang terus berdering. Pada saat melihat layar handphone nya,

Mama❤️

Ia seketika tersenyum dan dengan cepat mengangkat telfonnya.

"Assalamualaikum Ma," salamnya lebih dulu.

"Wa'alaikumussalam," jawabnya di seberang sana. "Kepripun kabare Nduk?" tanyanya. (Gimana kabarnya Nak?).

"Alhamdulillah sehat Ma," balasnya. "Mama, Bapak kalih keluarga sehat mbokan teng nggrio?" tanyanya. (Mama, Bapak sama keluarga sehat kan di rumah?).

"Alhamdulillah sehat Nduk," jawabnya. "Saniki seg kerja nopo sampun teng kost-an?" tanyanya lagi. (Sekarang lagi kerja atau sudah di kost-an?).

"Mbak sampun teng kost-an Ma. Niki nembe mawon rampung njemur rasukan." (Mbak sudah di kost-an Ma. Ini baru saja selesai njempur pakaian).

"Sampun maem?" tanyanya terus-menerus. "Mama mboten purun nggih, nek Mbak teng mriku terlalu ngirit. Ngirit angsal tapi ampun terlalu. Ampun maem mie terus mboten sehat Mbak, mados maem sing bergizi teng mriku. Ampun ngantos tebih saking Mama malah maem sing mboten bergizi, emut gadhah types," sambungnya omelan. (Sudah makan?, Mama nggak mau ya, kalo Mbak di sana terlalu irit. Irit boleh tapi jangan terlalu. Jangan makan mie terus nggak sehat Mbak, nyari makan yang bergizi di sana. Jangan sampai jauh dari Mama jadi makan yang tidak bergizi, ingat punya types).

Naira terkekeh sebentar mendengar Omelan ibunya. Ia jadi semakin rindu rasanya dengan keluarga. Memang sudah kebiasaan semenjak memiliki adik, Naira selalu di panggil 'Mbak' oleh keluarganya. Supaya adiknya mengikuti apa yang dilakukan oleh Mama dan Bapaknya.

"Inggih Ma, Mbak sampun maem mangkiniki kalih nasi goreng. Mbak teng mriki mboten irit-irit sanget Ma, nggih kadang nek pengin jajan nggih jajan. Mama tenang mawon," balasnya masih dengan kekehannya. (Iya ma, mba sudah makan tadi dengan nasi goreng. Mba di sini enggak irit-irit banget ma, ya kadang kalo pengin jajan ya jajan. Mama tenang saja).

"Syukur nek kados niku. Intine ampun ngantos kesupen solat lima waktune, maeme nggih. Ya empun Mama badhe ngurus Adekmu niki rewel. Ngantos-antos teng mriku nggih. Assalamualaikum," pesan Mama. (Syukur kalo kaya gitu. Intinya jangan sampai lupa solat lima waktunya, makan-nya ya. Ya sudah Mama mau ngurus adek kamu ini rewel. Hati-hati di sana ya. Assalamualaikum).

"Nggih Ma, Wa'alaikumussalam," jawabnya setelahnya telfon di matikan dari sana. (Iya Ma, Wa'alaikumussalam).

"Huffttt ...."

Hembusan napas kasar baru saja keluar dari mulut Naira. Dia sangat merindukan keluarganya, merindukan kamarnya, merindukan melihat tangis dan tawa kedua adiknya dan yang lainnya yang menyangkut kampung halamannya.

Dia ingin sekali pulang. Tetapi dia masih ingin sukses terlebih dahulu, supaya bisa menunjukkan ke orang-orang bahwa dirinya bisa menjadi orang sukses yang membanggakan kedua orang tuanya. Maka dari itu, ketika dirinya ditanya kapan pulang, dia akan menjawab 'kalo aku sudah sukses,' hanya jawaban itulah yang mampu dia katakan.

Ia memilih beranjak menuju kamar mandi, untuk mengambil air wudhu karena adzan isya' sudah berkumandang. Setelah adzan selesai dikumandangkan tanpa menunggu waktu lama, iqomah pun di kumandangkan. Ia segera melaksanakan solat empat rakaat tersebut dengan khusyu. Memanjatkan doa kepada Alloh supaya dirinya bisa menjadi orang sukses, bisa membahagiakan kedua orang tua dan keluarga, dan bisa bersama keluarga sampai Jannah-Nya.

________

Disebuah rumah mewah tiga lantai kediaman keluarga Aditama, terdapat lima orang yang sedang melaksanakan ritual makan malam diselingi canda dan tawa.

"Gila sih penampilan Bang Devan tadi siang bagus banget, aku aja sampe baper," ucap seorang gadis berumur 22 tahun bernama lengkap 'Keyshara Luna Aditama' dengan antusias.

"Iya Kak, temen kelasku aja sampe nangis karena denger suaranya Bang Devan," tambah seorang lelaki berumur 17 tahun bernama lengkap 'Deon Lingga Aditama'.

"Alhamdulillah kalo kalian suka," balas Devan sekenanya dengan senyum tipis di wajah tampannya.

Setelahnya mereka melanjutkan makan yang masih di selingi canda dan tawa oleh mereka. Hingga pada akhirnya suasana ceria tersebut terganti dengan keheningan hanya karena pertanyaan yang keluar dari mulut nyonya besar keluarga Aditama.

"Kapan kamu nikah Dev?" tanya Melinda Aditama Istri dari Geovano Aditama dan Ibu dari Devano, Keysha, dan Deon.

Bukan tanpa alasan Melinda selalu menanyakan perihal pernikahan putra sulungnya. Di umur yang hampir menginjak kepala enam itu dia ingin seperti teman-teman arisannya yang selalu membahas perihal cucu dan menantu, sedangkan dirinya? Dia hanya bisa mendengarkan mereka dengan perasaan yang sulit di jelaskan.

"Devan belum nemu yang cocok Mah," jawabnya seraya memandang kedua bola mata indah milih wanita yang telah melahirkannya.

Diusianya yang memasuki 27 tahun, dia selalu di beri pertanyaan serupa oleh Mamanya. Bukannya dia tidak ingin segera menikah, dia juga ingin. Tetapi dia belum menemukan pilihan yang cocok untuknya dan juga masih belum di beri petunjuk oleh Alloh penguasa segalanya.

"Kamu mau yang gimana? Biar Mama cariin. Kenalan Mama banyak loh yang cantik-cantik, umurnya juga hampir sama dengan mu," tanyanya antusias.

Ini yang Devan tidak sukai dari Mamanya. Mamanya ini selalu saja menjodohkan dirinya dengan perempuan kenalannya. Bukannya dia tidak mau menerima saran Mamanya. Hanya saja dia ingin mencari perempuan yang benar-benar mencintainya dengan tulus bukan karena dia seorang Idola dan memiliki gelar 'Aditama' di belakang namanya.

Sedangkan rata-rata kenalan Mamanya itu adalah seorang sosialita. Sudah bisa dipastikan wanita itu akan lebih mementingkan hartanya dari pada dirinya.

"Bukannya Dev nggak mau terima saran Mama itu, tapi Dev mau nyari Istri yang bener bener sesuai keinginan Dev Ma. Yang bisa mencintai Devan 'apa adanya' bukan yang 'ada apanya'," jawab Devan sembari menghembuskan napas kasar.

"Bener Ma apa kata Devan. Kita juga sebagai orang tua harus bisa mencari menantu yang bukan melihat dari nama belakang keluarga kita 'Aditama'. Jadi biarlah Devan mencari sendiri belahan hatinya, jika sudah waktunya kita juga bakal punya menantu," timpal Geo menengahi perdebatan antara anak dan Istrinya.

"Tapi Mama pengin nimang Cucu juga Pah kayak tetangga sebelah," ujar Melinda lesu.

"Nanti kalo aku nikah aku kasih Mama Cucu banyak deh," ujar Deon yang langsung mendapat geplakan di kepala belakangnya. Pelakunya adalah Kakaknya sendiri yaitu 'Keyshara Luna Aditama'.

"Nikah-nikah, sekolah yang bener dulu. Sekolah aja masih sering bolos udah mikirin nikah, dasar bocil," sungut Keysha setelah menggeplak kepala belakang adiknya.

"Aduhhh sakit tahu Kak," kesal Deon seraya mengusap-ngusap kepala belakangnya.

"Bodo amat," balas Keysha malas,

Setelahnya kembali terjadi canda tawa di meja makan tersebut. Pikiran salah satu dari mereka melayang kepada kejadian tadi sore, dimana dirinya menabrak dan di tabrak seorang gadis di depan sebuah Caffe di sudut kota. Tanpa sadar bibirnya melengkung ke atas, membayangkan kembali wajah gadis yang sangat manis menurutnya.

_______
Bersambung.......

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang