BAB 43

2.8K 157 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.

Sore hari menyapa. Kini, Naira dan Devano tengah berada di gazebo yang ada di belakang rumah Devano. Dengan Naira yang memangku gitar entah untuk apa, dan Devano yang sibuk dengan laptopnya.

Jika kalian bertanya di mana anggota keluarga yang lain, maka jawabnya adalah ....

Papa Geo sedang berada di kantornya untuk mengurus beberapa hal. Mama Melinda sedang melangsungkan arisan bulanan di rumah temannya. Keysha sedang ada bimbingan skripsi dengan Dosen pembimbing di kampusnya. Dan yang terakhir adalah Deon. Kini dia tengah pergi bermain dengan teman sebayanya, sehingga menyisakan Naira, Devano, dan beberapa pekerja di rumah itu.

Kembali ke awal, di mana Naira yang duduk sembari memangku gitar, dan Devano yang memangku laptop.

Entah karena apa, sejak tadi Naira sibuk memandangi wajah Suaminya dari arah samping.

Suami? Ahh rasanya seperti mimpi ketika ia menyebut laki-laki di sampingnya ini Suami.

Bersyukur? Tentunya. Bagaimana tidak bersyukur, ketika banyaknya wanita yang mengantri dan menggoda justru ia yang di pilih sebagai istrinya. Wanita yang mungkin tergolong biasa saja untuk kalangan Devano dan keluarganya.

Senang? Sudah pasti. Siapa sih yang tidak senang bisa berdampingan dengan seorang idola, apalagi dengan status yang berbeda, yaitu istri, siapa sih yang tidak senang.

Namun, ia juga memiliki rasa takut tersendiri menjadi seorang istri dari Devano Aditama.

Dia takut tidak bisa mengimbangi gaya hidup Devano nantinya. Bagaimana pun Devano itu berasal dari keluarga yang tidak bisa di anggap biasa, sedangkan dirinya hanya seorang gadis desa yang beruntung di peristri seorang Devano Aditama.

Namun, ia harus berusaha. Karena ini jalan yang ia pilih, dan dia akan berusaha untuk bisa menjalani kehidupan baru ini dengan baik.

Dengan masih menatap Devano dari arah samping, membuat ia tahu, bahwa suaminya ini memiliki visual yang sangat sempurna.

Rambut hitam legam-nya yang sedikit tertiup angin, alis tebal, hidung mancung, bulu mata tidak terlalu lentik, rahang tegas, bibir tipis berwarna pink alami, dan jangan lupakan kumis tipisnya yang membuat Devano terlihat sempurna.

Berkali-kali Naira berdecak kagum akan kesempurnaan yang di miliki oleh Suaminya ini, dan berkali-kali juga dirinya jatuh ke dalam lubang yang sama, yaitu jatuh ke dalam pesona yang di miliki Suaminya.

Mungkin sampai kapanpun Naira tidak akan bosan menatap pahatan sempurna ini, dia terlalu terpesona.

Akhirnya setelah sekian lama menatap visual sempurna di sampingnya ini, Naira mulai membuka suara. "Mas," panggilnya.

Devano yang mendengar panggilan halus istrinya pun menoleh, dan seketika jantungnya berdetak tak karuan dan sedikit salah tingkah.

Bagaimana tidak, ketika dirinya menoleh ke samping, dirinya sudah di tatap dengan pandangan yang entah memiliki arti apa, tentunya itu membuat dirinya salah tingkah di buatnya.

"Ke-kenapa?" jawabnya gugup. Sial kenapa gugup gini, batinnya.

"Mas tahu bentuk cinta kayak gimana?"

Devano mengernyit, untuk apa Naira menanyakan hal yang jelas ia tidak tahu jawabannya?

"Emm ... Nggak tahu Ay, emang gimana?" jawabnya penasaran.

"Kaya gini ..." kata Naira yang langsung membenarkan posisi gitar di pangkuannya dan mulai memetik senar gitar dengan pelan. Hal itu membuat Devano kembali kagum.

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang