Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
Sepanjang perjalanan menuju tempat tinggalnya, Naira selalu menggerutu karena sikapnya tadi.
"Kenapa sih pake mainan hp segala, kan jadinya nabrak orang. Untung nggak kenapa napa," gerutunya.
"Eh tapi kok suaranya kayak kenal ya?" monolognya sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke dagunya, "tapi nggak mungkin lah ora baru denger tadi. Ngapain juga aku pake mikirin nggak guna juga," sambungnya seraya berjalan ke tempat jualan nasi goreng.
"Assalamualaikum Pak Ali," salamnya kepada penjual nasi goreng langganan nya.
"Wa'alaikumussalam Neng geulis," jawab Pak Ali dengan senyuman.
"Pak nasi goreng satu ya, yang pedes. Bungkus ya Pak," pesannya. Setelah mendapatkan anggukan dari pak Ali, Naira pun berjalan menuju kursi pelanggan yang telah disediakan.
Memang ketika Naira mendapatkan shif pagi sampai sore, dirinya akan selalu membeli nasi goreng untuk makan malamnya. Karena dia akan sangat lelah jika setelah pulang shif harus memasak untuk makan malamnya. Maka dari itu di lebih memilih membeli nasi goreng saja, lagipula harganya tidak terlalu mahal dan pastinya enak.
"Ini Neng nasi gorengnya," ucap Pak Ali seraya menyodorkan nasi goreng kepada Naira.
"Kaya biasa kan Pak? Makasih," ucapnya seraya memberikan uang pas kepada Pak Ali.
"Iya Neng sama-sama," jawabnya. "Mau langsung pulang Neng?" sambungnya.
"Iya Pak, udah sore soalnya. Takutnya kemalaman sampe kost-an nya," jawab Naira.
"Kalo gitu Naira pamit ya Pak, Assalamualaikum," Naira melangkah menjauh dari gerobak nasi goreng setelah mendapat jawaban salam dari Pak Ali.
________
Sesampainya di kamar kost, Naira langsung meletakkan nasi gorengnya di atas meja yang telah di sediakan. Kamar kost dengan luas 3×3 meter tersebut berisi satu kasur yang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, satu lemari plastik, satu meja kayu, satu set kompor dan gas serta peralatan masak lainnya. Juga terdapat kamar mandi di dalamnya, jadi Naira tidak harus mengantri hanya untuk masuk ke dalam kamar mandi.
"Alhamdulillah," gumamnya setelah merebahkan dirinya di atas kasur yang tidak ada ranjangnya.
"Kenapa rasanya hari ini aku capek banget ya, padahal kerjanya sama?" gumamnya. "Mungkin hari ini pelanggan lebih banyak, Alhamdulillah kalo gitu," sambungnya lagi.
Setelah lumayan lama tiduran, Naira pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri supaya lebih fresh.
Lama di dalam kamar mandi akhirnya Naira selesai juga dengan ritual mandi dan mencuci bajunya. Dia keluar dari kamar mandi menggunakan pakaian lengkap, celana training dan kaos lengan panjang berwarna abu abu.
Setelah sampai di depan meja di dalam kamar kost, Naira mengeluarkan nasi gorengnya untuk ia tuangkan ke dalam piring yang telah di sediakan.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya sebelum makan.
Setelahnya hanya ada suara piring beradu di dalam kamar kost yang di huni satu orang tersebut. Terkadang pada saat Naira berada dalam keheningan, Naira selalu merasakan rindu kepada keluarga dikampung. Merindukan celotehan adik bungsunya, merindukan rengekan adik pertamanya dan merindukan yang lainnya. Hingga tanpa sadar satu buah kristal bening meluncur dari kedua matanya.
"Astaghfirullah nggak boleh gitu Nai," monolognya sendiri seraya menghapus jejak air mata dari matanya.
Tepat setalah nasi goreng habis, adzan Maghrib berkumandang. Ia bergegas mencuci piring dan mengambil wudhu. Selesai wudhu ia melaksanakan solat tiga rakaat dengan khusyu. Selesai solat ia selalu berdoa untuk kesehatan, kebahagiaan, dan keselamatan keluarganya yang di kampung juga tak lupa ia memanjatkan doa untuk dirinya sendiri. Setelah selesai berdoa, ia membuka kitab Al Qur'an. Hal tersebut adalah hal yang tidak akan dia tinggal setelah solat Maghrib.
Selesai dengan ritual solat Maghrib nya, ia bergegas memakai hijab instan yang selalu dia pakai jika hanya keluar di sekitar kost-an nya. Setelah memakai hijabnya, Naira segera keluar kamar kost dengan membawa pakaian yang sudah dicuci menuju tempat menjemur pakaian.
Sesampainya di sana ternyata sudah ada orang lain yang menjemur pakaian sama dengan dirinya.
"Mbak Nesa cepet banget udah njemur pakaian," ucap Naira membuka percakapan dengan penghuni sesama kost yang berada di seberang kamarnya.
Wanita berusia 25 tahun itu menjawabnya dengan senyuman manisnya, "soalnya aku lagi dapet jadi cepet ngejemurnya hehe," jawabnya.
"Oooo gitu toh," jawab Naira dengan anggukan kepalanya.
"Katanya kamu shift malem Nai, kok sekarang udah ada di tempat jemur pakaian?" tanya Nesa keheranan, karena Naira dan Nesa akrab jadi dia tau jadwal Naira bekerja.
"Iya Mbak seharusnya gitu. Tapi kemarin malam Mbak Marta minta tukeran shift jadi yaudah lah nggak papa, lagian aku juga nggak ngapa-ngapain di kost-an," jelasnya yang dibalas anggukan kepala oleh Nesa.
"Gimana kerjanya hari ini Mbak?" tanya Naira setelah terjadi keheningan.
"Alhamdulillah baik. Seperti biasa Nai selalu disibukkan dengan laporan keuangan, jadi pusing aku ini," jawabnya dengan kekehannya.
"Alhamdulillah lah Mbak kalo gitu. Yaudah Nai pamit dulu ya Mbak udah selesai ini," pamit Naira seraya melenggang pergi dari tempat jemuran pakaian disusul oleh Nesa setelah selesai menjemur pakaian nya.
_______
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Idolaku Suamiku •END•
RandomSebelumnya jangan lupa follow akun ku dulu ya ... Naira Syifa'ul Rizky, gadis rantau yang memiliki nasib baik bisa menikah dengan Idolanya sendiri yaitu Devano Jordan Aditama. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Yukk ikutin terus ceritanya.