Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.
."Mas," panggil Naira yang saat ini tengah duduk bersebelahan dengan Devano di atas ranjang.
"Hmm," dehem Devano sebagai jawaban, karena ia tengah sibuk memainkan game di ponsel-nya.
"Pengin mangga muda deh," ucap Naira.
Seketika Devano menghentikan kegiatan bermain game-nya dan memusatkan pandangannya ke arah jam yang ada di atas nakas.
Dapat ia lihat, bahwa jam kini menunjukkan pukul 21.45 yang artinya sudah hampir jam 10 malam, dan istrinya ingin makan mangga muda?
"Pengin banget?" tanyanya dengan nada tercekat.
Sebenarnya ia berharap jawaban yang keluar dari bibir mungil istrinya itu seperti apa yang ia harapkan, tapi apalah daya realita tak sesuai ekspektasi.
"Iya, pengin banget."
Meletakkan ponsel-nya ke nakas, ia beranjak dari tidurannya. "Ya udah aku cari dulu," ucapnya pelan.
"Hati-hati Mas," pesan Naira yang kembali membuat harapan Devano buyar.
Padahal tadi ia berharap Naira mencegahnya dan berkata untuk membelinya besok saja karena tadi ia sempat melihat istrinya itu menatap jam yang ada di nakas. Namun ... Ah sudahlah.
Setelah keluar dari kamar, Devano mulai menuruni anak tangga. Saat dirinya melewati ruang keluarga, ia dapat melihat Geo--Papanya--tengah menonton televisi seorang diri.
"Pa," panggil Devano.
Geo yang mendengar seorang memanggilnya pun menolehkan kepalanya ke arah suara berasal. "Mau ke mana Dev?" tanya Geo bingung melihat putra sulungnya mengenakan jaket.
"Yang jualan mangga muda jam segini di mana?" tanya Devano tanpa menghiraukan pertanyaan Geo.
"Buat apa?"
"Naira ngidam," jawab Devano.
Anggukan Geo sebagai tanda mengerti. "Mana ada yang jualan mangga jam segini," jawabnya sembari melirik jam dinding di ruang keluarga.
"Terus gimana dong?" tanyanya dengan nada memelas.
Setelah beberapa saat berpikir, Geo untuk mengusulkan, "Coba ke rumah pak RT, dia kan punya pohon mangga tuh, siapa tahu boleh di beli," usulnya.
Setelah mengucapkan 'terimakasih' Devano pun melenggang pergi menuju rumah Pak RT yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya.
Setibanya di sana, dapat ia lihat lampu rumah yang sudah padam. Hanya menyisakan bagian depan yang terang.
Namun itu tidak masalah, dengan rasa tak enak hati, ia mengetuk pintu rumah Pak RT.
Tok tok tok
"Assalamualaikum Pak," salamnya.
Hening, tidak ada suara jawaban dari arah dalam rumah. Namun hal itu tak menyurutkan niat Devano.
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
"Pak RT, ini saya Devano."
Tok tok tok
"Assalamualaikum," salamnya entah sudah ke berapa kali. Namun kali ini, ia mendapatkan sahutan dari dalam rumah dan dapat ia lihat lampu ruang tamu menyala.
"Wa'alaikumsalam," jawab Pak RT setelah membuka pintu. "Loh Devano?!" kagetnya melihat Devano ada di depan rumahnya.
"Maaf Pak, mengganggu waktu tidurnya," ucap Devano tak enak hati melihat wajah lelah Pak RT.
"Tidak masalah. Ada apa kemari?" tanyanya. "Eh! Mari masuk," ajaknya.
"Nggak usah Pak," tolak halus Devano ketika Pak RT menyuruhnya masuk dan berakhir duduk di kursi teras.
"Ada apa Devano? Tumben kemari?" tanyanya setelah mereka duduk.
"Pak RT punya pohon mangga kan? Udah berbuah belum?" tanyanya to the point.
"Ada di samping, Alhamdulillah sudah berbuah. Kenapa?"
"Begini Pak, istri saya ngidam pengin mangga muda. Saya bingung mau nyari ke mana, terus tadi Papa bilang katanya Pak RT ada pohon mangga, jadi saya ke sini," kelas Devano.
"Ohh begitu," jawab Pak RT.
"Iya Pak."
"Ayo ke samping, pohonnya ada di sana," ucap Pak RT dan berjalan mendahului Devano ke arah samping rumahnya.
"Silahkan milih sendiri mau yang seperti apa," ucapnya setelah tiba di samping rumah.
Dengan segera Devano mengangguk Halah yang ada di sana. Tak perlu repot gelap-gelapan karena nyatanya ada sorot lampu yang memang sengaja di pasang oleh Pak RT di samping rumahnya, untuk memudahkan ia melihat tanamannya di malam hari.
Setelah mendapat lima biji buah mangga, Devano pun berhenti mengambilnya. Lima mangga cukup, pikirnya.
"Hanya segitu?" tanya Pak RT.
"Iya Pak segini saja," jawabnya. "Berapa Pak?" tanya Devano.
"Berapa apanya?" bingung Pak RT.
"Harganya Pak," ucap Devano lebih jelas.
Setelah tahu, Pak RT pun menggelengkan kepalanya. "Sudah lah, tidak usah," jawabnya.
"Loh, nggak bisa gitu dong Pak, saya sudah menganggu waktu tidurnya terus ini ngambil buahnya," kata Devano.
"Sudah Devano, hitung-hitung saya berbagi," katanya.
Ketika Devano akan protes, Pak RT kembali berkata yang membuat Devano mengalah. "Sudah Dev, pulang. Itu mangga-nya sudah di tunggu istrimu," ucapnya.
Dengan tak enak hati, Devano pun berpamitan kepada Pak RT dengan mengucapkan banyak-banyak terimakasih dan maaf.
Tak sampai menunggu lama, Devano sampai di rumahnya dan langsung menuju dapur. Mengupas, dan memotong mangga-nya tak lupa ia membuat bumbunya yang resepnya ia dapat dari ponsel Papanya yang masih asyik di ruang keluarga, siapa tahu istrinya menginginkan.
Setelah selesai semuanya, ia melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, ia di sambut dengan senyum manis istrinya yang mulai mengantuk.
"Aaa sini-sini," kata Naira dengan mengayunkan kedua tangannya meminta Devano mendekat.
Setelah mengunci pintu, ia mendekati istrinya dengan tangan yang berisi nampan.
"Nih di makan, itu udah aku bikinin bumbunya juga," kata Devano.
"Kok tahu caranya bikin bumbunya?" tanya Naira dengan tangan yang siap mengambil mangga muda itu.
"Lihat di ponsel Papa tadi," jawab Devano dan Naira hanya mengangguk.
Naira mulai asyik menikmati mangga muda dan bumbu buatan Devano. Meskipun terasa asam, tapi ia sangat menikmatinya, mungkin karena efek ngidam.
Devano yang melihat istrinya lahap memakan mangga mudanya pun tersenyum. Ia senang bisa membuat Naira senang, karena itu sudah menjadi janjinya.
Sembari menunggu istrinya selesai melahap mangga-nya, ia pun memilih untuk bermain game di ponsel-nya.
Setelah puas menikmati mangga mudanya, Naira pun beranjak untuk mencuci tangan dan mukanya diikuti oleh Devano setelah meletakkan nampan ke atas nakas.
Setelah melakukan kegiatan rutin sebelum tidur, mereka berdua pun mulai merebahkan tubuhnya dan terlelap dengan posisi saling berpelukan untuk menyelami alam mimpi.
________
Bersambung ....Follow akun @nailaaa283_
KAMU SEDANG MEMBACA
Idolaku Suamiku •END•
RandomSebelumnya jangan lupa follow akun ku dulu ya ... Naira Syifa'ul Rizky, gadis rantau yang memiliki nasib baik bisa menikah dengan Idolanya sendiri yaitu Devano Jordan Aditama. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Yukk ikutin terus ceritanya.