BAB 46

2.8K 168 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.

Hari demi hari terus berlalu. Tak terasa, kini sudah lebih dari satu bulan Naira menyandang status sebagai istri Devano dan menantu pertama keluarga Aditama.

Hari-hari Naira lewati dengan penuh kebahagiaan. Memiliki Suami Idola yang sangat menyayanginya, memiliki mertua yang menganggapnya seperti anak sendiri, dan memiliki ipar yang baik dan pengertian, itu sungguh membahagiakan.

Hari ini adalah ulang tahun Devano yang ke-28. Dan saat ini, semua orang tengah sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk acara nanti malam.

Acaranya bukan hanya ulang tahun Devano. Namun, ada acara lain yaitu syukuran perusahaan Aditama karena telah memenangkan tender besar.

Maka dari itu, acaranya diadakan di sebuah ballroom hotel ternama di Kota Jakarta. Karena nantinya akan banyak tamu yang datang menghadiri acara tersebut.

Kini, Naira tengah duduk di depan meja rias yang ada kamarnya. Mematut diri, memoleskan beberapa alat make up di wajahnya, dan terakhir memakai hijab syar'i nya.

Beberapa hari ini, Naira merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Dia mudah lelah padahal tidak melakukan pekerjaan yang berat, selalu merasa pusing, dan lain-lain.

Maka dari itu, Naira berniat untuk pergi ke Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaannya.

Hanya ada satu kata yang terlintas di kepalanya, yaitu hamil.

Kenapa hamil? Karena setelah melihat kalender yang ada di ponsel-nya, Naira sudah telat datang bulan. Maka dari itu, ia berpikir bahwa dirinya sedang berbadan dua. Dan semoga pikiran tersebut menjadi kenyataan.

Setelah siap, Naira kemudian keluar dari kamar dan mulai menuruni anak tangga rumah itu.

Setelah sampai di bawah, dia melihat Melinda yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Ma," panggilnya.

Melinda yang merasa terpanggil pun menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati Naira yang telah siap. "Mau ke mana Sayang?" tanyanya.

"Nai izin keluar bentar ya Ma, mau ke Supermarket beli sesuatu," izin Naira. Ia tidak berbohong, karena memang ia berniat akan pergi ke Supermarket setelah urusannya selesai.

"Sama siapa? Ayok Mama temani," kata Melinda seraya berdiri dari duduknya.

"Nggak usah Ma. Nai dianter sama Pak Tisna," jawab Naira.

"Ohh, ya udah. Kamu hati-hati ya, kalau ada apa-apa langsung telpon rumah atau telpon Mama," pesannya.

"Iya Ma. Ya udah, Nai pamit dulu ya, Assalamualaikum," pamit Naira.

"Wa'alaikumsalam," jawab Melinda.

Setelah mendapat jawaban salam dari Melinda, Naira bergegas menuju pintu keluar dan memasuki mobil yang telah di sediakan.

"Ayo Pak," kata Naira setelah duduk di bangku belakang.

"Ke mana Non?" tanya Pak Tisna.

"Ke Rumah Sakit Medika ya Pak," kata Naira.

"Non Nai sakit?" tanya Pak Tisna khawatir.

"Enggak Pak, cuma ada keperluan sebentar," jelasnya. "Tapi Pak Tisna jangan bilang-bilang sama orang rumah ya Pak, ini rahasia kita berdua," peringat Naira yang di balas anggukan mantap oleh Pak Tisna.

Setelahnya, mobil yang ditumpangi oleh Naira mulai berjalan meninggalkan rumah besar keluarga Aditama, berbaur dengan kendaraan lainnya.

Tak perlu menunggu lama, kini Naira telah sampai di area parkir Rumah Sakit Medika. Dengan segera, Naira melangkahkan kakinya memasuki area rumah sakit dan bergegas menuju ruangan Dokter Kandungan.

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang