BAB 44

2.8K 161 3
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.
N

ggak tahu ini ada ++ nya apa enggak, intinya bijaklah dalam membaca

Tak terasa, waktu malam telah tiba. Kini, keluarga Aditama tengah berkumpul di meja makan untuk melaksanakan makan malam bersama.

"Ayo makan," ucap Geo yang langsung di laksanakan oleh semuanya.

Melinda yang mengambilkan makan untuk Geo, dan Naira yang mengambilkan makan untuk Devano. Hal itu tak luput dari pandangan Keysha dan Deon yang menatapnya entah.

"Kak gue ambilin juga dong," kata Deon sembari meletakkan piringnya ke depan Keysha.

Keysha yang melihatnya pun menatap tajam adiknya. "Ngambil sendiri, punya tangan 'kan?!"

"Biar romantis gitu," gerutu Deon sembari mengerucutkan bibirnya.

Geo, Melinda, Devano dan Naira yang melihatnya pun terkekeh.

"Sini aku ambilin," ujar Naira yang ada di hadapan Deon.

"Bo--"

Jawaban Deon hanya menggantung ketika Devano memotongnya lebih dulu. "Enggak, apaan sih ngambil sendiri punya tangan kan?!" Tajam Devano.

"Pelit banget," gumam Deon. Namun setelahnya dia tersenyum ke arah Naira. "Nggak usah Kakak ipar, aku ambil sendiri aja, nanti Singa-nya ngamuk," sindir Deon di akhir kalimatnya.

Ketika Devano akan menjawab, suara Naira lebih dulu terdengar membuatnya urung. "Udah lah Mas," katanya lembut.

"Ya sudah, semuanya makan," tegas Geo.

______

Setelah acara makan malam selesai, kini anggota keluarga Aditama tengah berada di keuangan keluarga.

Sebenernya Devano ingin langsung pergi ke kamarnya untuk bermanja-manja dengan istri kecilnya. Namun, semuanya urung ketika Naira ingin berkumpul dengan yang lainnya.

Sejak tadi, Devano hanya diam sembari menatap datar televisi yang menyala di hadapannya. Entahlah dia merasa kesal.

Jam dinding menunjukan pukul 21.00 WIB yang artinya, kini sudah pukul 9 malam. Dengan perlahan, seluruh anggota keluarga Aditama mulai meninggalkan ruang keluarga untuk pergi beristirahat. Begitupula dengan Naira dan Devano.

Kini, Naira dan Devano tengah berada di dalam kamarnya, duduk berhadapan di atas ranjang dengan Naira yang membiarkan rambutnya terurai.

Entah hal apa yang sedang mereka bahas, sehingga membuat mereka tertawa. Untung saja kamar Devano di desain kedap suara, sehingga suara tertawa mereka tidak akan di dengar oleh orang lainnya.

"Aku kira beneran ada hantu 'kan Mas di pintu depan masuk Caffe itu, ternyata aku di bohongin sama Mbak Lisa," kata Naira.

"Lagian kamu mau-maunya dibohongin," ujar Devano sembari menyentil kening Naira pelan.

"Ya aku kan nggak tahu," jawab Naira sembari mengerucutkan bibirnya. Hal itu membuat sebuah rasa yang ada dalam diri Devano naik.

Entah apa yang ada di pikiran Devano, hingga kini wajahnya mulai mendekati wajah Naira yang mulai tegang.

Dengan perlahan Devano menyentuh bibir lembut Naira dengan pelan. "Ay ... Boleh?" kata Devano dengan suara serak sarat akan gairah.

Deg

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang