BAB 57

2.2K 124 3
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜
.
.
.
.
_______
Ada yang kangen?
_______

Sebelumnya aku mau ngomong, di sini mungkin ada beberapa kata yang terkesan dewasa, jadi pintar-pintar dalam memilih bacaan ya:)

Suara ramai orang bersahut-sahutan di rumah sederhana milik keluarga Naira sudah terdengar dari subuh tadi.

Hari ini, keluarga Naira dan Devano akan mengadakan acara syukuran empat bulanan secara sederhana, sesuai permintaan ibu hamil mereka. Hanya keluarga dan tetangga yang mereka undang.

Acaranya sangat sederhana, tidak ada wartawan dan kamera di mana-mana, hanya ada Deon yang membawa kamera sebagai dokumentasi nantinya.

Sanak saudara dan para tetangga turut membantu memasak di rumah Naira. Karena nantinya masakannya akan dibagi kepada orang-orang, seperti acara empat bulanan warga lainnya.

Setelah membagikan makanan, nanti malamnya akan diadakan kajian sederhana untuk mendoakan Naira dan juga anak di dalam kandungannya.

"Wihhh rame bener," celetuk Deon yang sudah mengambil gambar dari arah dapur rumah Naira.

"Iya asli, tetangganya kompak banget," sambung Keysha.

"Ya gini kalau di Desa, semua bareng-bareng," ucap Naira yang sedang berjalan ke arah Deon dan Keysha didampingi oleh Devano.

"Aku baru pertama lihat kayak gini loh Kak," kata Deon pada Naira.

"Kamu kan dari kecil udah di kota," balas Naira. "Ini mah belum seberapa Yon, coba kalau ada orang nikahan, beuhh lebih rame dari ini," sambungnya.

"Seriusan?" Tanya Keysha dengan nada tidak percaya.

"Serius Mbak," jawab Naira. "Apalagi kalau nikah sama orang satu Desa, rame banget. Kemarin aja aku nikah sama Mas Dev rumah tetep rame sama orang-orang yang bantuin Mama masak, apalagi kalau aku nikah sama orang satu Desa, bakal makin rame," jelasnya.

Devano yang duduk di sebelahnya mengernyit heran. "Emang kalau nggak nikah sama aku, kamu mau nikah sama siapa?" tanya Devano.

"Ya nggak tahu, tapi banyak yang suka sama aku," kata Naira tanpa tahu bahwa Devano sudah cemburu. "Lagian ya Mas, waktu aku masih SMA tuh udah ada yang ngajakin nikah, ada juga temennya Bapak yang mau ngejodohin aku sama anaknya, mana anaknya ganteng lagi. Aduh, jadi pengin lihat mukanya."

Keysha dan Deon sudah menahan tawanya melihat wajah cemburu Devano ketika melihat Naira menceritakan masalalunya.

"Ya tapi kan akhirnya aku yang jadi suami ka--"

Ucapan Devano terpotong oleh suara salam yang dari luar rumah. Dengan serempak, Devano, Naira, Keysha dan Deon pun menoleh ke arah pintu.

"Assalamualaikum."

Di sana, terdapat segerombolan pemuda seumuran dengan Naira dengan pakaian batik rapi dan juga celana bahan hitam.

"Afifffff!!" Pekik Naira melihat laki-laki bertubuh jakun berada di barisan paling depan gerombolan pemuda itu.

Setelah itu Naira mempersilahkan tamu-tamunya untuk duduk lesehan di ruang tamu, karena kursi yang ada di sana sudah di pindahkan ke dalam, supaya bisa menampung lebih banyak orang.

"Pripun kabare Nai?" tanya salah satu pemuda yang duduk di seberang Naira. Zidan namanya.

"Alhamdulillah sehat. Zidan pripun kabare?" jawab dan tanya Naira.

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang