BAB 9

2.4K 167 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Coment 💜

Sesampainya Devano di Caffe Reaser, tempat pertemuan nya dengan client, dia segera memasuki Caffe. Tak lupa dengan masker dan topi hitamnya untuk menutupi dirinya supaya tidak dikenali oleh orang-orang. Bukannya dia sombong atau gimana, dia hanya tidak ingin dikejar-kejar oleh para fans fanatiknya, yang membuat hidupnya tidak tenang. Dia tidak suka kehidupannya diketahui oleh orang-orang, karena itu privasinya.

Setelah berada di dalam Caffe dia segera menuju ke kasir untuk menanyakan tempat pertemuan yang sudah di pesan oleh Juna.

"Permisi," ucapnya. "Meja yang dipesan oleh Bapak Arjuna dimana ya?" tanyanya to the point.

"Ohh mari saya antar Pak," ucap Meli yang selalu menjaga kasir.

Setelah itu Devano mengikuti langkah Meli menuju ruangan tertutup yang berada di sebelah kanan kasir. Ruangan yang di buat khusus oleh Caffe Reaser untuk tempat pertemuan-pertemuan penting dan sebagainya oleh perusahaan, agensi dan lain-lain. Ruangan itu juga kedap suara, sehingga pembicaraan penting tidak akan terdengar oleh orang selain yang ada di ruangan itu.

"Ini ruangannya Pak. Kalo begitu saya permisi," pamit Meli dan melangkah setelah mendapat anggukan dari Devano.

Setelahnya Devano memasuki ruangan itu. Di dalam sudah ada Arjuna, satu orang lak-laki paruh baya, dan seorang perempuan yang kemungkinan dia adalah model. Kenapa Devano tau? Karena dari cara berpakaian yang terbuka itu dia bisa mengetahui nya.

"Maaf saya terlambat," ucap Devano setelah sampai di depan mejanya seraya melepaskan masker dan topi hitamnya.

"Tidak apa-apa saya juga baru sampai," ujar laki-laki paruh baya yang sering di sapa 'Pak Bara'.

Setelahnya pembicaraan penting pun dimulai, seraya menunggu pesanan mereka datang. Karena sebelum Devano datang, Juna dan dua orang lainnya sudah datang mereka sudah memesan makanan terlebih dahulu, tak lupa Juna juga memesankan makanan untuk Devano.

_______

"Lagi sibuk nggak Nai?" tanya Fira salah satu pelayan di Caffe Reaser.

"Enggak Mbak, kenapa?" tanya Naira.

"Ini minta tolong anterin pesanan ke ruangan yang buat rapat ya, soalnya aku udah nggak tahan ini mau ke kamar mandi," jelas Fira.

" Ohh iya Mbak nggak papa. Mana pesanannya?" tanyanya.

"Itu udah aku siapin kamu tinggal antar aja," jawab Fira seraya menunjuk ke arah meja yang terdapat pesanan pelanggan diatasnya.

"Yaudah aku anterin dulu Mbak," pamit Naira.

"Makasih ya Nai," ucap Fira yang dibalas acungan jempol oleh Naira.

Naira keluar dari dapur menuju ke ruangan rapat untuk mengantarkan pesanan pelanggan. Dia berjalan dengan mendorong meja khusus yang di atasnya sudah ada makanan dan minuman milik pelanggannya.

"Permisi," ucapnya seraya membuka pintu ruangan rapat.

Setelah memasuki ruangan itu, Naira segera mendorong mejanya menuju empat orang yang berada di ruangan tersebut. Salah satu dari mereka memperhatikan Naira dari pertama masuk sampai berjalan menuju meja tempatnya duduk tanpa berkedip.

"Maaf lama, tadi ada kendala di belakang," ucap Naira seraya meletakan pesanan di atas meja.

"Tidak apa-apa, terimakasih," ucap lelaki paruh baya.

Selesai meletakkan semua pesannya Naira berpamitan kepada semuanya untuk kembali ke belakang.

"Selamat menikmati hidangannya, semoga suka," ucapnya seraya tersenyum. "Kalo begitu saya pamit ke belakang, permisi," sambungnya sambil membungkukkan badannya.

Saat akan melangkahkan kakinya dan mendong mejanya, seseorang memanggilnya sehingga membuat dia mengurungkan niat untuk melangkah dan memilih membalikkan badannya.

"Mbak," panggilnya.

"Kenapa Mas?" tanya Naira masih dengan senyum yang terpantri di wajahnya.

"Ah-emm nggak jadi Mbak," ucapnya gelagapan.

Naira hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala membalas ucapan tidak jelas orang tersebut. Setelahnya Naira pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya.

Devano. Orang yang memanggil Naira tadi menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Untuk kedua kalinya dia melihat senyum manis dari gadis yang membuatnya tidak bisa tidur semalam. Dia bingung dengan dengan dirinya sendiri. Sebenarnya dia kenapa? Kenapa bisa gagap seperti itu hanya karena senyuman seseorang. Memikirkan itu membuat kepala Devano tiba-tiba pening dibuatnya.

Lamunan Devano buyak ketika Arjuna memanggilnya sembari memeluk pundaknya.

"Dev," panggil Juna.

"Hah kenapa?" bingung Devano.

"Makan itu makananya, malah melamun," ketus Juna yang dibalas cengiran oleh Devano dan kekehannya kecil dari dua orang di sebelah mereka.

Setelah itu mereka melahap makanannya sembari bercanda tawa untuk mengakrabkan diri.

_______

Bersambung.....

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang