BAB 34

2.5K 154 5
                                    

Jangan lupa Follow, Vote, and Coment 💜

Acara makan malam telah selesai, saat ini mereka sudah duduk di ruang tamu yang tidak terlalu luas sembari berbincang-bincang banyak hal.

"Jadi begini Pak, saya dan keluarga ke sini untuk meminta kejelasan jawaban dari Putri Bapak tentang lamaran Putra saya satu bulan lalu, bagaimana?" tanya Geo memulai pembahasan. Meskipun mereka sudah tau jawabannya, tetapi akan lebih afdhol jika jawab itu keluar dari orangnya langsung.

"Gimana Nduk, itu dijawab pertanyaannya," ucap Alif sembari tersenyum kepada Naira.

Naira yang diberi pertanyaan tersebut diam menunduk dengan tangan yang saling bertautan. Saat ini, Naira sangat gugup. Mungkin jika kalian diposisi Naira, kalian akan merasakan. Walaupun Naira sudah tau jawabannya, tetap saja Naira gugup untuk membuka suaranya.

Menghela napas pelan Naira menjawab, "Bismillah, dengan nama Alloh dan jawaban dari sholat istikharah, serta restu dari Bapak dan Mama, saya menerima lamaran dari Mas Devano."

"Alhamdulillah," ucap mereka serentak.

"Kalau begitu tinggal nentuin tanggalnya," ucap Alif yang mana membuat Naira kaget.

"Loh emang acaranya kapan Pak?" tanya Naira.

"Secepatnya Nduk biar nggak terjadi fitnah," jawabnya. "Gimana kalau tanggal 2 bulan depan?" tanyanya.

"Itu hari apa Pak?" tanya Aisyah.

"Jum'at Ma, sesuai keinginan Naira. Iya kan Nduk?" tanya Alif yang dijawab anggukan kecil oleh Naira.

"Berarti acaranya masih tiga minggu lagi. Untuk masalah catering dan lain-lain biar orang tua yang ngurus, kalian berdua ngurus masalah dekorasi aja gimana," jelas Melinda semangat, Devano yang melihat itu mendengus kasar melihat tingkah Mamanya.

Setelah menentukan semuanya, mereka kembali berbincang-bincang. Devano yang sedari tadi diam pun angkat bicara.

"Emm ... Pak, Bu, saya izin berbicara dengan Naira boleh?" tanya Devano pelan.

"Boleh, tapi jangan berdua ya, belum mahram," jawab Alif.

Setelah mendapat jawaban tersebut, Devano segera mengajak Naira ke teras rumah. Mereka tidak berdua ada Nazilla dan Nicho yang menemani mereka.

"Ada apa Mas?" tanya Naira melihat ke arah lain.

"Tentang mahar, kamu mau apa?" tanya Devano yang memangku Nazilla.

"Emm kalo Mas Devan tidak keberatan, Nai mau minta maharnya surah Al-Kahfi," jawab Naira.

"Hanya itu?"

"Dari Naira hanya itu Mas."

"Baiklah saya sanggup," jawab Devano tegas. Itu tidak terlalu sulit bagi Devano, karena memang dia sudah hafal beberapa juz Al-Qur'an.

"Mas boleh aku bertanya?" tanya Naira setelah lama terdiam.

"Silahkan."

"Kenapa Mas melamarku? Di luar sana masih banyak wanita yang lebih dari aku, kenapa Mas memilihku?" tanya Naira pelan.

"Karena kamu takdirku," jawab Devano cepat.

"Aku bukan wanita berpendidikan, bahkan aku hanya bisa sekolah sampai tingkat SMA. Aku bukan wanita yang sepadan dengan kamu. Aku hanya seorang wanita yang memiliki banyak kekurangan."

"Bukankah menikah itu untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing?" tanya Devano. "Nai, aku memilihmu karena memang kamu yang ditakdirkan Alloh untuk menjadi penyempurna agamaku. Untuk yang kamu ucapkan tadi aku tidak mempermasalahkan, yang aku inginkan hanya wanita yang bisa menjaga dirinya, dan memiliki akhlak yang baik. Aku juga bukan seorang lelaki sempurna, aku masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, aku memilihmu untuk melengkapi kekuranganku, hanya itu yang ku mau," jelas Devano.

Idolaku Suamiku •END•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang