REGANTARA | LENGKAP

58

KALAU ENDINGNYA NGGAK MEMUASKAN MAKLUMIN YA MEN!

-o0o-

"NATHAN!" regan berteriak dan menghampiri nathan yang terkapar bersimbah darah.

"lo kuat nath, kita ke rumah sakit-."

"nggak us..ah." potong nathan lemah.

regan menggeleng. "jangan bilang lo udah nggak kuat! lo harus kuat bego!!."

"gue emang bego." ujar nathan masih sempat tertawa kecil.

"reg.."

regan mengangguk. "gue disini, lo harus kuat. kita semua masih butuh lo."

"gue..peng..en ngomong se..seuatu,"

"apa?." tanya regan.

"kasih, jan..tung gue buat..ray..a," ucapnya tersenggal.

regan menggeleng lemah. "raya emang butuh jantung. tapi. bukan berarti lo harus mati!."

"gue pengen s..susul van..ya." lanjut nathan.

"nggak udah kayak gini nath!! dosa lo masih banyak! lo nggak boleh mati!." sentak regan.

"g..gue ti..tip salam buat..temen..temen." ucap nathan.

regan kembali menggeleng. "titip salam apa anjing! lo mau kemana?! lo nggak boleh mati!."

perlahan mata nathan tertutup. hingga hembusan nafas terakhir nya disaksikan oleh langit langit malam, dan hujan gerimis kota bandung.

dan tentunya, oleh regantara.

-o0o-

Barisan motor sport para anggota Evander itu memadati jalanan ibukota.

ratusan motor yang menggiring sebuah mobil ambulans yang mengangkut jenazah nathan.

foto berbingkai besar yang menampakkan betapa lebarnya senyum nathan saat itu. kini, semua hanyalah tinggal kenangan.

nathan si keras kepala, si tangguh di medan perang dan si anti kata menyerah, kini telah pergi.

meninggalkan sejuta rasa tak percaya bagi teman temanya. meski begitu, semuanya tetap berusaha mengikhlaskan kepergiaan laki laki itu.

mereka pun sadar bahwa nathan tak pernah ingin kepergiaanya meninggalkan banyak luka dan beban untuk teman temanya.

mungkin tugas nathan telah selesai sampai disini. semua perjuanganya juga telah berhenti hingga hembusan nafas terakhirnya.

beberapa jam setelah pemakaman nathan, para inti Evander terduduk lemah disisi makam nathan.

mereka menatap pilu gundukan tanah yang masih basah di depan mereka.

regan menunduk sembari memegang nisan nathan. rasa bersalah dan gagal terus menghantui pikiranya.

lagi dan lagi, ia gagal menjaga seseorang yang penting dalam hidupnya. vito, dan sekarang nathan.