Wujud

793 77 3
                                    

Wardhani menutup matanya dan melepaskan semua unsur gaib dalam jiwa dan raganya. Sepasang mata dengan bulu lentik miliknya itu membuka perlahan. Pandangan gaibnya melihat angkasa malam berubah warna menjadi jingga terang. Ada lubang dimana-mana, terbakar membuka bagai api yang melahap bagian tengah selembar kertas.

Dusun Pon adalah sebuah portal, gerbang gaib, sebuah wilayah tempat lewat dan menembusnya mahluk-mahluk astral dan semua kegiatan sihir. Tidak hanya hantu yang melompat masuk dari totolan rekahan-rekahan besar itu, tapi juga segala jenis 'kiriman'.

Jarum, paku, gulungan rambut melesat cepat di depan mata Wardhani disertai bau busuk bangkai dan amis darah. Orang-orang dengan niat jahat penuh dendam dan dengki melakukan teluh dan santet kepada orang-orang yang mereka hendak celakakan. Dengan hancurnya empat tempat keramat di dusun ini, maka pintu terbuka lebar dan dijadikan semacam jalan pintas atau shortcut menyerang pribadi-pribadi yang ingin orang-orang sengsarakan.

Wardhani juga melihat ada ribuan lebah mendengung dahsyat lewat dari satu rekahan lubang ke lubang lainnya. Itu adalah salah satu bentuk tenung yang dikirimkan seorang penyihir perempuan berdarah Jawa dan Bali bergelar Durga, bernama asli Wong Ayu, kepada seorang dukun cabul bernama Kliwon bergelar Mbah Pancang Langit. Ilmu sihir Wong Ayu sang Durga yang dahsyat nan mengerikan tersebut mengalir lancar menghajar lawan tanpa sempat diduga apalagi dihadapi.

Mahluk halus berupa-rupa bentuk berdeburan ke segala arah. Hantu arwah penasaran, hantu roh penuh dendam atau kesedihan serta hantu sukma budak terpenjara berjumpalitan dari lubang-lubang sobekan dari dunia lain itu.

Wardhani mengangkat kedua tangannya, seperti seorang panglima perang yang sedang meredakan teriakan tempur para prajuritnya.

Para mahluk halus mengambang di udara, memotong tali-temali kabut.

Wardhani menyaksikan empat sosok mahluk halus dengan hawa gaib agung sekaligus mengerikan secara khusus menunjukkan perhatian dan minat kepadanya. Satu sosok siluman perempuan berkaki kuda, bertubuh segelap tembaga dengan otot-otot liat dan sepasang dada hampir rata serta berambut panjang serupa surai. Wajahnya hampir tak menyisakan rupa manusia karena menyerap ciri-ciri binatang. Sosok lain adalah seekor harimau belang berkepala seorang perempuan. Garis-garis tegas wajahnya seakan memaksa menyeimbangkan dengan aura ganas tubuh binatangnya. Sosok siluman betina lain bertubuh ular dari pinggang ke bawah, sedangkan sisanya berwujud perempuan ayu berbusana ala putri keraton Jawa kuno, hijau berbenang emas. Ada mahkota mutiara mutu manikam berkilauan menghiasai kepalanya. Khusus kepada siluman ular betina ini, Wardhani mengangguk hormat, sadar bahwa ia adalah salah satu prajurit perempuan bawahan Nyi Blorong yang sedang melewati lini ruang dan waktu diantara dunia untuk melakukan sebuah tugas tertentu, namun berhenti mampir sejenak karena melihat letupan energi yang membuka portal antar dimensi di dusun ini. Sosok terakhir, siluman jantan berparas tampan namun bertubuh burung gagak sebesar tubuh manusia biasa. Sepasang kakinya mencengkram udara dan kepak sayapnya terentang lebar memberikan kesan akbar dan berkuasa.

Wardhani walau telah mengukuhkan dirinya sebagai seorang ratu demit, tetap tak mau gegabah jumawa dan dengan bodohnya lancang menghadapi keempat mahluk halus dengan tingkatan tinggi diantara hantu-hantu dan mahluk jahanam lainnya.

"Sembah hormatku kepada para tetua sekalian," sapa Wardhani. "Namaku Wardhani. Aku adalah juru kunci gapura  gaib ini."

"Aku tahu siapa kau, nduk," desis sang ular betina. Ekor panjangnya meliuk-liuk di atas tanah, melata, menyentuh tanah namun bagai berkubang di lumpur yang secair air. "Katakan saja apa maumu, aku memperhatikan," lanjutnya. Sosok siluman lainnya tak mengucapkan satu patah katapun, namun hawa mistis mereka menyentuh pori-pori kulit Wardhani, menyampaikan bahasa yang jauh lebih dimengerti olehnya daripada kata-kata oleh lidah manusia. Semuanya sependapat dengan sang prajurit Laut Selatan itu, menunggu apa yang hendak disampaikan oleh sang ratu demit juru kunci gapura gaib Dusun Pon.

PancajiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang