Keris

338 45 2
                                    

Saridewi telah dibuai sempurna oleh cinta dan asmara. Ia bukan lagi sebuah perahu yang diombang-ambingkan gelombang rasa yang ia nikmati sendiri. Kini ia adalah sebuah kapal yang berlayar dengan tujuan pasti, kali ini bersama Anggalarang di atas geladaknya.

Paling tidak itulah yang sekarang ia pikirkan.

Mana ia paham bahwasanya dua entitas sihir nan gaib yang bersembunyi di dalam tubuhnya bermain-main dengan jiwanya, memanipulasi mangsa dengan berubah menjadi sosok dirinya dan unjuk diri di depan korban. Pada kasus Livy Tjandrawati, sang perempuan siluman ular berubah menjadi sosok Saridewi pada penampakan pertama. Penampakan kedua, giliran Wardhani yang menghantui gadis cantik berdarah Tionghoa itu dengan juga berubah menjadi sosok Saridewi secara utuh.

Ketakutan yang luar biasa akan Saridewi membuat Livy Tjandrawati memutuskan minggat sejauh-jauhnya dan tak berani memikirkan Anggalarang lagi. Hidup, nyawa dan kedamaiannya menjadi taruhannya jika ia berani mengganggu Anggalarang lagi.

Padahal, Saridewi tak mengetahui sama sekali mengenai hal ini. Tapi, bukan berarti ia tak berdosa. Saridewi dengan segenap jiwa raganya mempersilahkan dua entitas gaib itu untuk menggunakan tubuhnya bagi kendaraan mereka. Ia juga mendapatkan keuntungan dengan meniduri Pak Guru Johan serta Dani dan mengetahui pasti sang perempuan siluman ular segera gadis bugil bertubuh indah berkulit gelap itu meminta korban jiwa untuk makanan mereka.

Tujuan utama mendapatkan Anggalarang dengan membiarkan dirinya menjadi budak iblis rasa-rasanya pantas-pantas saja. Jadi, jelas ia tak peduli dengan apa yang dilakukan kedua iblis betina itu tanpa sepengetahuannya, kepada siapa dan bagaimana caranya. Itulah dosa kedua.

Melihat tubuh Anggalarang sang pujaan dari belakang sedang menggandeng tangannya adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Semua mata memandang iri pada mereka berdua. Anggalarang seakan sudah mengumandangkan pengumuman kepada dunia tentang hubungan mereka. Bukan hubungan gelap dengan gadis-gadisnya terdahulu yang hanya dibicarakan orang lain dengan cara berbisik-bisik. Kini Saridewi sudah resmi menjadi kekasih Anggalarang.

Malam ini, mungkin adalah saatnya. Saat yang keduanya tunggu sejak lama. Keintiman yang harus dibuktikan dengan pelepasan rasa yang sudah tak bisa ditahan dan dipenjara lagi.

Kamar apartemen Anggalarang terletak di lantai tiga, tepat di tengah kota kecil tersebut. Kamar mewah dengan interior bergaya minimalis, modern dan beraksen monokrom itu begitu rapi, nyaman bahkan berbau wangi.

Saridewi menutup mata saking malunya. "Kamu kenapa, Saridewi?" tanya Anggalarang penuh perhatian.

"Aku jujur A', kamar Aa' luar biasa bagus dan bersih. Aku malu dengan keadaan kamarku sendiri," jawab Saridewi.

Anggalarang merangkul pundak indah Saridewi dan menekannya ke dalam sebuah pelukan hangat. "Aa' yang sebenarnya khawatir kamu akan menganggap Aa' terlalu rapi untuk seorang laki-laki."

"Memangnya dari semua gadis dan wanita yang Aa' ajak kemari ada yang berkomentar seperti itu?" ujar Saridewi.

Sebenarnya tidak ada niat dan nada menyinggung atau berkesan cemburu dari ucapannya. Bahkan Saridewi sama sekali tak peduli berapapun wanita yang ditiduri Anggalarang di ranjang empuk bernada warna hitam putih itu.

Anggalarang menarik nafas panjang. "Sekarang cuma kamu yang ada di dalam hati dan pikiran Aa'. Bahkan kamu sudah ada di sana sejak lama. Aa' juga tidak pernah membawa perempuan manapun ke kamar ini."

"Lalu, kalau kalian hendak ...," Saridewi tidak menyelesaikan kalimatnya dan membiarkannya menggantung di udara. Wajahnya memerah. Begitu menggemaskan di mata Anggalarang.

"Kami ke hotel, atau Aa' yang pergi ke tempat mereka," jawab Anggalarang jujur dan lugas.

Saridewi menyeruduk tubuh ramping namun berisi Anggalarang, memeluknya erat dan mendaratkan bibirnya ke bibir sang kekasih. Ciuman penuh gairah lumer lah sudah.

PancajiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang