Dyah Suhita sudah bosan dan jengah merasa takut. Kengerian yang merambat dan memaksa masuk ke setiap pori-pori nya setiap saat itu sudah tak mampu lagi ia lawan. Rasa yang bagai beban tersebut telah mengendap nyaman dalam sanubarinya.
Warga hunian dimana ia tinggal malah sekarang sudah tak memedulikan isu mengenai sosok gaib misterius yang masuk ke dalam kamar salah satu warga perempuan mereka dan meninggalkan tetesan darah itu. Kematian Darmajati, pemuda pemabuk dengan mengenaskan itu, telah merebut segala perhatian warga. Tewasnya Darmajati dengan keadaan wajah yang hancur tak mungkin tak menyita rasa ingin tahu dan bahan percakapan. Misteri dibalik kejadian itu melebihi apapun yang pernah terjadi di pemukiman ini sejak pertama berdiri bertahun-tahun lalu.
Dyah Suhita akhirnya memutuskan untuk berangkat kerja kembali, melawan dan mengenyahkan semua ketakutan dan kengerian yang menghinggapi lapisan kulitnya selagi warga pemukimannya terus membawa alur cerita misteri Damarjati dalam kehidupan mereka bersama dengan ratapan kesedihan keluarga dan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Hawa kecabulan kerap menepuk-nepuk bahu dan pinggul Dyah Suhita ketika sedang berjalan sendirian, membuatnya tersentak mendadak. Rekan kerja dan warga apartemen tentu tak paham penyakit apa yang diderita salah satu pegawai di apartemen itu sehingga lama ia tak muncul. Dyah Suhita sendiri baru memperhatikan dua hal yang berbeda setelah lama ia tak hadir di tempat kerjanya tersebut. Pertama, sudah beberapa orang pindah dari apartemen ini, salah satunya adalah Anggalarang. Pria memesona yang berada dalam sebuah lingkaran kasus pembunuhan dan dipercaya sedikit supranatural itu ternyata sudah selesai dan bersih dari kasusnya. Ia hanya perlu melapor ke kepolisian sebagai bentuk proses kontinuitas penyelidikan hukum yang terjadi. Nampaknya Anggalarang merasa tak mampu tinggal di tempat dimana kekasihnya tewas di pelukannya itu. Untungnya, kasus yang terkesan horor itu tidak memengaruhi penjualan dan popularitas apartemen ini.
Kedua, ada seorang satpam baru, seorang perempuan bernama Sarti. Tubuhnya mungil, namun ia sebenarnya luar biasa cantik. Untuk seorang satpam, harusnya perempuan semacam Sarti pasti langsung terkenal dan menjadi idola godaan para lelaki, terutama rekan-rekan kerjanya. Lucunya, kenyataannya tak demikian.
Sarti memiliki aura kekuatan dan kekuasaan di balik senyum manisnya. Seragam satpam membuatnya tampak sebagai seorang prjaurit perempuan yang di satu sisi terasa sebagai pengayom, satu sisi lainnya adalah petarung. Dyah Suhita merasakan atmosfir itu ketika Sarti pertama kali menyapanya, "Teh Dyah ya? Saya Sarti, teh, security baru disini," ujarnya tegas sekaligus hangat.
Dyah Suhita mengangguk dan berusaha tersenyum. sepasang bibirnya enggan tertarik ke samping karena semacam ada ganjalan di tenggorokannya yang mencegah senyuman itu lahir.
"Teteh masih sakit?" tanya Sarti. Jelas sekali bahwa petugas keamanan baru ini telah menyediakan dirinya dengan beragam informasi yang cukup.
Dyah Suhita hanya menggeleng pelan. Senyumnya masih terhalang melepaskan diri.
Sarti melihat rasa takut itu dengan baik. Lebih dari seribu tahun kehidupannya di muka bumi ini, melihat gelagat dan perilaku seseorang sampai ke dalam sisi gelapnya adalah makanannya sehari-hari. Ia tahu bahwa ada kengerian, trauma dan paranoia mengambang di balik punggung gadis malang itu. Aroma Dusun Pon melekat terseret di balik bayangan rapuh Dyah Suhita. Bau sihir, klenik dan hawa nafsu meruap dari tubuh perawan itu.
Sarti memang datang jauh-jauh mengekor suar bersinar dari pemukiman di mana Dyah Suhita tinggal. Namun ia memerlukan sedikit rencana dan prasarana.
"Teteh pucat sekali. Sepertinya teteh memang masih sakit," respon Sarti ketika bertemu dengan Dyah Suhita kembali di kantin pada saat jam makan siang.
Diluar ekspektasi Dyah Suhita sendiri yang tidak terlalu memiliki kepercayaan pada orang yang baru dikenalnya, cara berbicara Sarti beserta raut wajahnya yang hangat sekaligus mengekspos kepedulian itu entah bagaimana memikat dirinya. Pintunya serasa diketuk, namun dengan nada yang berirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancajiwa
Horror#1 horrorindonesia [30 Desember 2021] #1 ceritahoror [30 Maret 2022] Pada dasarnya novel ini terdiri dari beberapa plot atau jalan cerita dengan tokoh utama yang berbeda-beda. Namun kesemuanya tetap terkait oleh satu titik: Dusun Pon dan kelima bend...