Sang Pemuda

845 58 12
                                    

Kurang lebih dua tahun kemudian, Soemantri Soekrasana sudah semakin menegaskan dirinya sebagai pelancong supranatural. Pergi ke sudut-sudut gelap dan kelam berburu tepian neraka.

Kali ini sudah lebih dari seminggu Soemantri Soekrasana melacak keberadaan wabah penyakit yang membunuh belasan orang di tiga desa sekitar gunung ini. Penduduk desa yang malang didapati muntah-muntah semalaman penuh, besok paginya kulit mereka melepuh dan memuncratkan nanah yang menjijikkan. Sorenya semua warga yang mengalami ciri-ciri penyakit ini tewas mengenaskan karena demam tinggi dan kehabisan cairan tubuh serta kelelahan yang sangat.

Di jaman seperti ini, tidak sedikit yang menganggap hal semacam ini sebagai fenomena medis yang biasa saja, meski memprihatinkan dan merupakan sebuah tragedi besar, tetap bisa dijelaskan dengan logika dan ilmu pengetahuan. Begitu juga solusi atas masalah ini juga tidak perlu dianggap berlebihan. Wabah di ketiga desa itu kemungkinan besar disebabkan oleh makanan yang tidak higienis, cara hidup masyarakat yang masih tidak bersih, atau infeksi tertentu dari barang-barang yang tidak steril.

Kepolisian saja malas untuk mengurusi hal seperti ini. Lagipula, warga yang tewas terkena wabah ini belum sampai berjumlah puluhan apalagi ratusan untuk dijadikan bagian dari bencana nasional. Hanya belasan orang di tiga desa di sekitar gunung tersebut. Para jurnalis yang biasanya memberitakan hal-hal semacam ini biasanya lebih pada tabloid-tabloid yang bersegmen supranatural dan klenik. Meski sebenarnya media mainstream sudah setahun ini sibuk mengejar berita mengenai kemunculan sosok misterius yang mereka sebut-sebut sebagai seorang pahlawan super alias superhero. Menurut Soemantri Soekrasana, malah ini sebenarnya pers pelan-pelan menyukai hal klenik juga.

Ada gula ada semut. Bedanya, berita mengenai sosok itu sudah menasional. Mau cuma isapan jempol belaka atau sekadar isu pun akan dilayani, selama dapat berkesan kontroversial. Butuh ratusan korban mungkin agar benar-benar mengambil perhatian para wartawan.

Tapi, mahluk gaib memang menyentuh manusia dengan cara yang tak kasat mata. Dunia gaib bekerja sama dengan manusia yang sifat jahatnya melebihi iblis. Dunia gaib menawarkan kekuatan dan kekuasaan yang begitu besar dan hebat sehingga sulit untuk ditolak manusia-manusia rakus.

Bila tidak terbangun di tengah malam selama tiga hari berturut-turut dengan mimpi yang sama, Soemantri Soekrasana mungkin juga akan berpikir hal yang sama mengenai ketiga desa tersebut. Namun, anak kecil belasan tahun yang tubuhnya hampir seluruhnya terbakar itu terus mengatakan kepadanya di dalam mimpi, "Wong Ayu," dengan suara seraknya. Instingnya pun mengatakan pasti ada sesuatu yang sangat memerlukan campur tangannya.

Sebagai seorang muda yang memutuskan untuk mengabdikan diri pada dunia supranatural dan magis, Soemantri Soekrasana mendapatkan wabah penyakit yang menyerang ketiga desa itu adalah bagian dari santet atau serangan ahli nujum. Tapi ini mungkin merupakan sesuatu yang lain. Biasanya ponsel Nokia 3310 berwarna abu-abunya yang berdering mengabarkan permintaan tolong atau 'pemesanan jasa' pengusiran setan, kerasukan, pelet, teluh dan santet dari orang-orang. Kali ini nampaknya ia sendiri yang dengan kesadaran untuk menyelidiki dan menyelesaikan masalah ini sendiri ... Tanpa bayaran.

Setelah naik bis, ojek dan berjalan kaki Selama beberapa hari, nampaknya 'sinyal' astral sudah semakin mendekat. Soemantri Soekrasana bahkan sempat mengikuti hajatan Pencak Dor di bagian Timur pulau Jawa, sebuah perhelatan pertarungan bebas tradisional. Ia mengikuti acara ini untuk mendapatkan uang dan makan ala kadarnya sebagai tambahan bekal di perjalanan dari pulau Bali dimana ia mendapatkan mimpi-mimpi itu. Di acara Pencak Dor, dalam semalam ia sudah mengalahkan tiga orang pendekar dalam sekejap. Namun ilmu silatnya yang memang membuatnya menjadi di atas rata-rata orang, harus terhenti sementara sebelum orang mulai mengulak-ulik pribadinya.

Meski mimpi tak lagi datang, namun samar-samar anak laki-laki yang berbau gosong karena terbakar itu seperti terus menuntunnya. Memang berita tentang kematian beberapa warga di ketiga desa itu ada diberitakan di beberapa media cetak dan televisi lokal, jadi ia tahu harus kemana. Tapi tetap saja, tujuannya datang ketiga desa itu bukan sekadar ingin tahu, tapi menyelidiki dan menyelesaikan masalah gaib yang terlibat disana. Dengan keadaan jaman yang berubah, orang-orang yang beragam, tentu bukan masalah mudah untuk 'bekerja'. Ia kan tidak bisa dengan gampang mengatakan bahwa ia adalah semacam dukun muda yang ingin mencari tahu ulah siapa ini dan mencari perhitungan dengannya. Bisa-bisa ia dianggap orang tidak waras dan mengganggu ketertiban desa.

PancajiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang