"Selama sejarah mencatat, perempuan selalu dijadikan pusat kesalahan. Tidak hanya menjadi pihak yang disalahkan, perempuan juga dijadikan lambang kejahatan dan puncak hawa nafsu. Mereka menyebut sosok yang licik dan mengerikan sebagai nenek sihir atau perempuan pelacur peliharaan setan. Oleh sebab itu dikenallah sosok Rangda Girah sang Calonarang, Kanjeng Ratu Kidul sang penguasa Laut Selatan, atau Mak Lampir penyihir berwajah buruk dari gunung Marapi. Belum lagi entitas-entitas gaib yang dikenal selalu dalam wujud perempuan seperti kuntilanak, sundel bolong, wewe gombel, sampai ilmu kuyang dan leak. Perempuan dianggap keji, sekaligus mahluk rendah dan kotor," ujar Tasmirah dalam hati.
Suara lain yang juga berasal dari dalam dirinya tiba-tiba muncul menyundul. "Tidak, Tasmirah. Bukan rendah dan kotor, tetapi tinggi dan ditakuti. Sang Calonarang memiliki kemampuan menghidupkan orang mati. Sebagaimana layaknya seorang ibu, ia juga memiliki kemampuan melahirkan, menciptakan manusia baru. Calonarang adalah penentu kehidupan dan kematian. Itulah sebabnya laki-laki ngeri akan kekuatannya tersebut. Kanjeng Ratu Kidul adalah sumber permohonan dan permintaan. Laki-laki merasa mereka dapat memiliki sang ratu dengan mengawininya, padahal mereka kemudian menjadi budak hawa nafsu sendiri, terpenjara di dalam hal yang paling mereka anggap sebagai lambang kekuasaan. Padahal, nafsu laki-laki tak ubahnya sebagai rantai dan belenggu kehidupan mereka sendiri. Sedangkan Mak Lampir, sederhana, masyarakat yang dikuasai pemikiran laki-laki ini tidak mampu menaklukkan alam seganas gunung Marapi yang seharusnya melambangkan bentuk falus dan kejantanan mereka. Sebaliknya, kekuatan kejantanan itu dikuasai oleh seorang perempuan perkasa. Kukatakan kepadamu, Tasmirah, laki-laki takut akan kita, takut akan kekuasaan yang dapat kita raih sehingga mereka memojokkan perempuan dalam rupa-rupa mengerikan, keji, kotor dan rendah."
Tasmirah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sosok itu sempurna adanya. Ia tak peduli dengan pembahasan tentang laki-laki perempuan yang berkecamuk di dalam pikirannya itu lagi. Ia hanya ingin membuktikan betapa ia memiliki kekuatan itu. Pesona berahi yang meraja, yang menjadi ratu di atas segala-galanya.
Tasmirah mengenakan daster yang biasa, yang telah sobek di bagian bahu serta salah satu ketiaknya. Namun hari ini, daster itu sudah tak mampu menahan pesonanya lagi. Dadanya yang terik semakin memadat dan membusung terpompa naik tanpa harus mengenakan bantuan alat penopang. Pinggulnya terpahat sempurna, berlenggok lembut dan tegas di saat yang bersamaan, berbahaya dan indah aduhai bagai ngarai. Ia merasa perlu untuk merayakan keagungan dan keindahannya ini dengan mengenakan pakaian yang lebih mampu mendukung pesonanya juga.
Tasmirah kemudian mengenakan gaun putih panjang yang sudah tak pernah dikenakannya lagi ketika dulu ia mulai sadar bahwa kepadatan daging dan keeratan kulitnya sudah memudar.
Raut wajahnya pandai berubah-ubah. Di masa lalu, ia menggunakan tampang nakal dan binal ketika rekahan kewanitaannya diganjal kelelakian Kuranji muda. Namun, di dalam kehidupannya sehari-hari, Tasmirah dianugerahi wajah ayu yang tenang bagai permukaan air danau, gerakan yang lemah lembut bagai nyiur kelapa yang dipermainkan angin serta bersuara ringan bagai gemericik air anak sungai di tepi sawah. Tasmirah adalah sosok pribadi perempuan dengan pesona yang lengkap.
Pak Musa sedang mampir ke rumahnya sore itu. Teman akrab Pak Kuranji di komplek hunian mereka tersebut kerap mampir ke rumah Pak Kuranji untuk menjenguk, ngobrol atau berbincang-bincang biasa. Saking akrabnya, tidak jarang Pak Musa datang meski Pak Kuranji tidak dirumah. Ia sering dititipi pesan oleh Pak Kuranji untuk melihat-lihat kondisi rumahnya dan bilamana sang istri atau kedua anak laki-lakinya butuh bantuan. Pak Kuranji memang lumayan sering bepergian ke luar kota selama satu dua hari untuk urusan kerjanya di pabrik tebu yang dahulu milik mendiang ayah mertuanya, Sadali Pandega.
Pak Musa adalah laki-laki setengah baya yang sopan, paling tidak itu yang biasa diketahui semua warga hunian, termasuk Pak Kuranji dan Tasmirah. Ia sudah menduda dan hanya memiliki satu orang anak perempuan. Itupun anak perempuannya sudah bekerja di kota, tidak betah tinggal di komplek hunian yang menurutnya bukan sebuah lingkungan yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancajiwa
Horror#1 horrorindonesia [30 Desember 2021] #1 ceritahoror [30 Maret 2022] Pada dasarnya novel ini terdiri dari beberapa plot atau jalan cerita dengan tokoh utama yang berbeda-beda. Namun kesemuanya tetap terkait oleh satu titik: Dusun Pon dan kelima bend...