"Naik cepet!" titah Rakha.
"I-iya"
Pukul 06.30 , Rakha baru datang untuk menjemput Cyra. Cyra tidak bisa berkutik, ia takut untuk membantah keinginan Rakha.
Rakha seperti kesetanan , ia melajukan motornya di kecepatan melebihi rata-rata. Semua kendaraan ia selip dengan mudah membuat jantung Cyra hampir saja lepas. Tapi tunggu...
Kenapa jalanan yang dilewati Rakha tidak mengarah ke sekolah?"Turun! Mana handphone lo? "
"Tapi ini masih jauh dari sekolah."
"Tuli lo? Turun!"
Cyra kemudian beranjak turun dan memberikan handphone nya pada Rakha. Cyra terdiam sejenak mengamati Rakha yang mematikan handphonenya lalu memasukkannya ke saku jaketnya.
"Lanjut jalan ya. Harus mandiri. Jangan manja. Bye jodohku, muach." Ujar Rakha santai.
Rakha menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Cyra. Cyra hanya bisa berteriak dan kebingungan. Gerbang sekolah ditutup tigapuluh menit lagi, sementara dirinya kini berada sekitar satu kilometer dari sekolah.
Cyra tak bisa memesan ojek karena handphonenya di bawa oleh Rakha. Ia ingin menangis saat itu juga, tapi ia sadar ini bukan saatnya untuk menangis. Ia harus berlari.
Matahari yang terik kini membuat Cyra banjir keringat. Setelah harus berlari ke sekolah satu kilometer, ia terlambat dan harus dihukum berlari lagi. Lima kali memutari lapangan sekolah yang sangat luas membuat Cyra hampir sesak napas. Ia sama sekali tak boleh berhenti.
Setelah lima kali putaran, Cyra langsung terduduk di tengah-tengah lapangan. Ia sudah tak perduli dengan panas yang menyengat. Kakinya benar-benar lemas saat ini.
Mata Cyra mengedarkan pandang ke sudut-sudut lapangan dan menemukan Rakha , Vennya, juga Auden. Rakha dan Vennya tengah menertawakannya dengan puas. Napas Cyra terengah. Ia akhirnya mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia bendung. Tangisnya pecah sesaat.
"Cyra!" Panggilan Livy membuat Cyra menengok ke arahnya.
Livy datang bersama Adeena dan Carly. Mereka membawa air minum untuk Cyra. Mereka sedang jamkos dan tidak sengaja melihat Cyra dihukum, akhirnya mereka berinisiatif untuk membawakan Cyra minum. Bagaimanapun sekarang Cyra adalah sahabat mereka.
"Lo habis ngapain hah? Lo mau menodai reputasi lo sebagai murid paling rajin?" celetuk Livy.
"Cyra, nih minum dulu. Napas lo ampe kayak gitu," titah Adeena sambil menyodorkan air minum yang ia bawa.
"Yuk tenang yuk. Tarik napas.. buang... Yuk bayinya udah keliatan," celetuk Carly.
"Lo pikir lahiran? Setan lo," ujar Livy sambil tertawa dan menoyor kepala Carly.
Cyra terkekeh pelan. Ia sedikit terhibur dengan candaan sahabat- sahabat barunya itu. Ia kemudian mengambil air minum dari tangan Adeena. Baru saja ia akan meneguk minuman itu, Vennya datang dan segera mengguyurkan air itu hingga membasahi tubuh Cyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRAKHA
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡." 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) Sebuah amanah telah membawanya muncul dalam kehidupan seorang ketua dari Phentanonz...