Jevan menyandarkan dirinya tepat pada salah satu pilar gazebo di halaman depan dari mansion keluarga Churchill. Dinginnya malam semakin membuat tubuhnya menggigil. Sekali lagi, sekali lagi ia mengingat kebodohan yang pernah ia lakukan. Kecerobohan yang membuat ia kehilangan sosok Dito, sahabat terbaiknya.
"Kenapa karma yang harus gue dapet dari semua perbuatan gue adalah kehilangan lo, To?"
"Gue sanggup. Gue sanggup kalau gue harus mati sebagai penebusan dosa. Tapi gue gak akan sanggup kehilangan satu per satu dari lo semua."
"Lo semua harta tak ternilai buat gue. Gak ada yang lain."
Emosi yang semakin membesar dalam diri dan hati Jevan kini kembali membuat pria itu kehilangan kendali. Dengan kuku-kuku tangannya sendiri, ia berhasil menyayat telapak tangannya sendiri tanpa merasakan sakit sedikitpun.
Jevan memejamkan matanya. Ia biarkan angin malam menerpanya tanpa henti. Setidaknya itu bisa memberinya sedikit ketenangan.
Beberapa detik, ia bisa merasakan dirinya tak sendirian lagi. Ada seseorang yang datang dan duduk tepat di hadapannya. Aroma yang ia hirup, sudah cukup memberi tahu siapa yang saat ini berusaha menemaninya.
"Tidur!" titah Jevan.
"Ngatur!" elak Adeena.
Jevan membuka matanya dan mendapati gadis impiannya itu memang sedang terpaku menatap ke arahnya. "Bius lo udah selesai?"
Adeena memutar bola matanya. "Gue gak kena. Queen juga."
"Gimana caranya?"
"Ada lah!"
Adeena kembali menatap fokus pada mata sendu milik Jevan. Tak biasanya pria posesif itu seperti ini. Bahkan saat Adeena melihat telapak tangan Jevan yang mulai di penuhi darah dan bekas goresan membuat ia yakin kalau pria itu sedang tidak baik-baik saja. "Lo kenapa?"
"Bunuh diri pelan-pelan," balas Jevan datar.
"Huh! Kenapa takdir gue harus ketemu sama pengecut kayak lo?" ketus Adeena.
Jevan hanya tersenyum mendengar penghinaan itu. "Gue juga gak tahu. Dan gue akan ubah takdir lo mulai detik ini."
"Maksud lo?"
"Gue akan pergi. Jauh dari kehidupan lo setelah semua masalah di sini selesai. Gue nggak akan kembali ke kehidupan yang terlalu baik ini. Dunia yang seharusnya gue tempati, bukan dunia yang penuh cinta dan persahabatan. Dunia gue, seharusnya penuh darah, kejahatan, kriminal, dan kelicikan."
Adeena sungguh tak menyadari, satu tetes air matanya akan turun seperti ini. Kenapa ia harus menangis dengan pernyataan itu? Bukankah dirinya selalu meminta Jevan untuk pergi?
"Lo mau ninggalin gue?" Jevan sungguh tak berekspetasi kalau kalimat itu akan keluar dari mulut Adeena. Gadis yang ia kira sangat membenci kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRAKHA
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡." 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) Sebuah amanah telah membawanya muncul dalam kehidupan seorang ketua dari Phentanonz...