CYRAKHA • 46

57.5K 5.9K 395
                                    

"Mas, Siska nggak tahu, harus bahagia ataukah sedih dengan kepergian Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas, Siska nggak tahu, harus bahagia ataukah sedih dengan kepergian Mas."

"Tapi Siska tahu satu hal, dengan kepergian Mas, Elang dan Dito pasti lega, setidaknya Cyra mereka bisa hidup tanpa kekangan dari Mas lagi. Walau saat ini, Siska belum tahu apa yang akan di katakan oleh takdir."

"Siska pengen marah sama diri Siska sendiri, Mas. Kenapa dulu Siska mau-mau aja di jodohin sama Mas. Siska kira kita akan jadi keluarga yang selalu harmonis dengan Elang, Cyra, dan Dito sampai kita menua. Tapi ternyata.."

Siska sudah tak sanggup berkata-kata lagi. Dirinya mengusap nisan baru milik Dellano di hadapannya itu. Siska memang merasakan sesak di dadanya. Tapi untuk menangisi kepergian Dellano, entah mengapa itu tidak bisa ia lakukan.

Ganeeta kini ikut berjongkok dan merangkul bahu Siska. "Tante jangan sedih ya." Ia mengusap punggung Siska dengan lembut.

"Tante bingung, Nak. Beliau adalah suami tante. Tapi tante justru lega dengan kepergian beliau. Tante bingung." ujar Siska.

"Udah tante. Sekarang tante fokus aja ke Cyra. Om pasti udah tenang di sana." ucap Carly.

Siska mengangguk setuju.

"Gimana laporan di kantor polisinya?" tanya Siska pada Anta.

"Jevan, Arka, sama Zayyan masih di sana, tante. Belum ada kabar dari mereka. Tapi semuanya pasti baik-baik aja." balas Anta.

Jevan dan Arka di minta untuk membuat laporan oleh pihak aparat sebagai saksi mata penerapan penggunaan kekuatan oleh aparat juga saksi mata upaya pembunuhan yang kini terjadi pada Cyra.

Mereka tak hanya berdua. Mereka membawa Zayyan bersama mereka. Hanya ia yang mengerti bagaimana prosedur-prosedur yang harus di lakukan.

Anta kemudian merasakan handphone miliknya bergetar. Ia segera merogoh saku celananya. Nama kontak 'Zayyan' tertera jelas pada layar utama. Ia menggeser tombol hijau dan menerima telfon dari Zayyan.

"Halo, Zay."

"Lo masih sama tante Siska?"

"Masih, kenapa?"

"Kasih telfon ini ke tante Siska!"

Anta segera melakukan yang di titahkan oleh Zayyan. "Tante, Zayyan mau ngomong."

Siska segera menerima telfon tersebut.

"Iya, Nak?"

"Tante, atas penerapan penggunaan kekuatan oleh aparat terhadap Om Dellano, apakah tante keberatan atau merasa di rugikan? Karena kalau iya, otomatis aparat yang melakukan penembakan terhadap Om Dellano harus melakukan tanggung jawab."

Siska menggeleng lemah sambil tersenyum tipis.

"Tante tidak keberatan atau merasa di rugikan, Nak. Semua ini takdir. Tante ikhlas." ucap Siska dengan tulus.

CYRAKHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang