Setelah mendapat kabar buruk bahwa Cyra dalam keadaan kritis, mereka bergegas berangkat menuju rumah sakit. Langkah penuh gelisah kini membawa mereka menyusuri setiap lorong rumah sakit. Mencari kamar rawat inap VIP milik Cyra yang sudah di tanggung biaya oleh Zayyan. Arka diberi tahu bahwa Cyra berhasil menjalankan operasi lima belas menit yang lalu.
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Arka dan yang baru datang lainnya bisa melihat keberadaan para inti Phentanonz yang duduk di sofa. Juga ada Ara yang mendampingi Cyra di sampingnya.
Ara menoleh dan mendapati teman-temannya memasuki kamar rawat inap. Ia melihat keadaan Cyra sebentar dan beranjak menghampiri teman-temannya. "Lo gapapa kan, Ra?" tanya Ganeeta.
Ara menggeleng lemah. Livy merangkul pundak Ara. Mereka berjalan melihat keadaan Cyra. Matanya masih tertutup, ia dalam keadaan damai dengan kepalanya dilingkari benda putih berserat. Anehnya pada bagian depan perban, mereka tak menemukan adanya luka. "Yang luka sebelah mana?" bisik Carly pada Ara.
"Belakang, bocor," jawab Ara berbisik tapi tetap bisa didengar teman-temannya. Mereka menutup mulut mereka. Apa yang terjadi pada Cyra?
Ara kemudian memberi isyarat pada teman-temannya untuk mengikuti dirinya. Mereka menghampiri inti Phentanonz dan duduk di dekat mereka.
"Kok bisa gitu kenapa?" tanya Ganeeta.
Inti Phentanonz saling pandang. Dito menghembuskan napas berat lalu mulai menceritakan kejadian sebenarnya. "Kita semua pergi dari sekolah sebelum jam pulang. Kita ga bawa tas, jadi kita balik ke sekolah. Kita ketemu Ara masih di sekolah pas udah sepi. Dia bilang mau ambil ikat rambut di toilet. Pas kita ambil barang-barang, dia tiba-tiba jerit."
"Pas kita susulin, kaca toilet udah pecah. Ada bercak darah juga di sana. Ada beberapa tetes darah di lantai. Kita ikutin, ternyata mengarah ke kolam renang. Kita liat Cyra udah tenggelam di kolam khusus atlet renang lima meter, darahnya udah nyebar di air," jelas Dito.
Semua menunduk dan merasa iba.
"Vennya?" tanya Livy singkat. Ia menduga-duga, siapa lagi yang berani membully Cyra selain Rakha dan Vennya?
"Kita belum tahu pasti. Tapi firasat gue, iya," balas Jevan.
Semua kembali terdiam. Samar-samar mereka mulai mendengar suara orang terisak. Mereka menoleh ke arah Ara. Sedangkan si sumber suara menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Lo kenapa nangis, Ra?" tanya Ganeeta.
"Apa ini salah gue ya? Gara-gara gue hapus nama Vennya di presentasi. Kalau iya, gue berhutang maaf sama Cyra. Gue udah buat dia sakit, " ucapnya lirih semakin menangis.
"Kenapa gue harus keluar kelas duluan ninggalin dia? Kalau nggak pasti dia ga akan kayak gini. Gue udah tunggu dia lama, gue kira dia udah pulang duluan," imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRAKHA
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡." 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) Sebuah amanah telah membawanya muncul dalam kehidupan seorang ketua dari Phentanonz...