Seorang pria dengan jejak kaki yang masih basah, melangkahkan kakinya mendekati handphone miliknya yang sedari tadi berdering. Ia bersumpah sangat membenci hal itu dan akan membunuh siapapun yang menganggu ketenangannya.
Ia kemudian menggeser tombol berwarna hijau dan mengaktifkan loudspeaker. Ia meletakkan benda pipih itu di atas meja dan beralih mengambil sebotol air mineral. Ia merasa tenggorokannya benar-benar kering setelah beberapa jam berendam dengan menikmati pemandangan malam California yang indah.
"Kehilangan sesuatu, Tuan N?"
Nathan berhenti meneguk air minumnya dan melirik ke arah handphone miliknya. Nomor asing yang tertera di awal itu ternyata adalah milik seseorang yang kini sedang menjadi incarannya.
"Rakha?"
"Ya, ini aku. Kenapa? Jika ingin mempercepat kematianmu, kau tak perlu mengirimkan adikmu kemari."
Nathan terbahak sangat keras. "Oh, jadi dia tidak kembali karena tertangkap olehmu?"
"Kemarilah! Bawa dia! Aku tak memerlukan pria bodoh ini."
"Tidak, tidak, aku lebih tak memerlukannya. Ambillah! Kau bisa melakukan apapun padanya."
Di seberang sana, Nathan bisa mendengar suara Rakha yang berdecih.
"Kakak macam apa kau ini?"
"Hei! Kalau aku bisa, aku tak ingin ia lahir bersama denganku. Aku tak perlu siapapun di dunia ini."
"Lalu kenapa kau biarkan dia hidup?"
"Untuk membunuhnya itu masalah yang sangat sepele. Tapi kenapa aku harus menyiakan hidupnya jika ia bisa menjadi apapun yang aku mau?"
"Hidupnya, matinya, semua ada di tanganku. Dia bertekuk lutut dibawah kakiku. Tapi sekarang, aku tak menerima kembali sampah yang telah aku buang."
"Terimalah itu sebagai tanda perpisahan dariku, karena setelah ini kupastikan mayatmu terpotong-potong dan tersimpan di lemari koleksiku."
"Hmm, terserah padamu saja. Aku hanya menitip pesan, jika aku mati nanti, kau yang menggantikan tugasku mengirim martabak coklat untuk adik laknatku seminggu sekali."
Nathan tersenyum miring. "Itu saja? Baiklah."
Sambungan terputus.
"Bagaimana, bodoh? Sudah dengar bagaimana nasibmu setelah ini?" tanya Rakha pada seseorang yang terduduk lusuh di hadapannya. Lebih tepatnya di bawah kaki nya.
Nando menatap Rakha sinis. "Bunuh saja aku! Aku tak peduli!"
"Wow, senang sekali dirimu. Seperti surga akan menerimamu saja. Bahkan neraka jijik saat mengetahui kau harus menjadi salah satu dari penghuninya.
Keringat Nando terus mengucur deras menahan seluruh emosi yang ada pada dirinya. Jika saja kaki dan tangannya tak terikat saat ini, pasti ia sudah membalas perlakuan Rakha padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRAKHA
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡." 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) Sebuah amanah telah membawanya muncul dalam kehidupan seorang ketua dari Phentanonz...