155.Strugle- (Renjun X Jeno NCT)

603 49 20
                                    

Tangan Renjun berkacak pinggang sembari menatap tajam kearah Jeno dan Jaemin yang asyik bermain lumpur dan tidak menyadari sama sekali jika dirinya sudah datang. Renjun tidak ingin menganggu sebenarnya, tetapi dia sudah menunggu sampai satu jam. Kaki Renjun melangkah, berdiri dibatas antara lumpur dan tanah biasa. Renjun kembali berkacak pinggang dan dia kembali menatap tajam tanpa berkata apapun pada Jeno yang masih belum sadar akan kehadirannya. 

Jaemin yang justru menyadari kehadiran Renjun, ia berhenti bermain - main dan menepuk pada punggung Jeno. 

"Apa sih?" tanya Jeno.

"Itu... kekasihmu sudah datang," jawab Jaemin sembari memberikan kode pada Jeno. 

Jeno menolehkan kepala dan segera bangkit berdiri, ia melangkah menuju pada Renjun dengan cengiran lebar diwajahnya. 

"Aku dari Seoul terbang kesini hanya untuk melihatmu bermain lumpur dengan cabe - cabean itu," kata Renjun dengan begitu pedas. 

"Jangan begitu dong, Jaemin bukan cabe - cabean, dia temanku," kata Jeno. 

Renjun membalikkan badan, tidak memperdulikan Jeno yang memanggil - manggil namanya. Dia benar - benar kesal dan tidak ingin memperdulikan Jeno lagi. Tetapi...

"Aduuh...."

Renjun menolehkan kepala, menatap pada Jeno yang terjatuh tersungkur. 

"Nah kan.. jatuh..." kata Renjun. 

"Kok malah aku yang disalahkan... aku kan jalan buru - buru karena kau mau meninggalkanku," balas Jeno yang duduk diatas tanah dengan mata memerah yang sudah ingin meluncur begitu saja dari matanya. 

Renjun menggelengkan kepala, dia duduk didepan Jeno dan ketika mau membersihkan luka Jeno dia sendiri yang kebingungan karena wajah dan tubuh Jeno kotor dengan lumpur. 

"Sudah ayo berdiri, aku mandikan terus kita makan malam terus tidur, besok jalan - jalan lagi," kata Renjun yang membantu Jeno bangkit berdiri, meski tubuhnya lebih kecil dan mungil tetapi karena memang dia lebih tegas sehingga Jeno menurut dengan cepat. 

"Sakit gege...." kata Jeno sembari mengelus - ngelus tangannya yang terlihat terbaret karena jatuh tadi. 

"Sini sini agak menunduk," kata Renjun. 

Jeno menurut dan menundukkan tubuhnya. Renjun mencium lembut pada pipi Jeno yang masih bersih dari lumpur. 

"Sudah sakitnya akan sedikit menghilang karena jimat dariku tadi, jangan menangis kau kan laki - laki," kata Renjun yang menepuk - nepuk punggung Jeno. 

Jeno menganggukkan kepala. Renjun melangkahkan kembali kakinya sembari mengandeng lembut pada tangan Jeno yang meski kotor dengan lumpur tetap dia gandeng dengan cukup erat. 

"Lain kali kalau main ingat waktu ya," kata Renjun. 

"Ne..." balas Jeno. 

"Dan jangan main yang kotor - kotor begini, nanti kalau ada cacing masuk ke lubang analmu gimana coba??"

"Hiiiii jangan nakurt - nakutin," kata Jeno. 

Renjun tersenyum tipis, "Iya.. iya tidak... yang boleh masuk kan cuma ularnya gege ya."

"Bukan cacing juga ge?"

"Menghina kamu ya..."

"Iya ular... ular kobra..."

Renjun dan Jeno sama - sama tertawa karena gurauan mereka yang sebenarnya agak menjijikkan jika didengar oleh orang lain. Tetapi bagi mereka tentu saja tidak peduli dengan pandangan orang lain, bagi orang yang tengah jatuh cinta seperti mereka, oranglain itu hanyalah pemeran pembantu di kehidupan mereka. 

THE END

Sorry kalau jelek... aku gak dapat feel dari pasangan ini... jadi cuma bisa nulis sedikit... 

Yaoi Oneshoot Series - Book 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang