Chapter 4

9.8K 421 26
                                    

Disclaimer: 🔞

"Gimana, Sayang? Happy kan hari ini?" Andin menyandarkan kepalanya ke pundak Aldebaran yang sedang menyetir. Mereka sekarang dalam perjalanan menuju apartemen Andin setelah selesai merayakan ulang tahun Al bersama Mama Rossa dan teman-teman mereka. "Aku masih punya hadiah lagi buat kamu, Mas."

"Kamu kan udah kasih saya hadiah, Ndin." Aldebaran mengangguk ke arah jam tangan yang sedang dipakainya. Aldebaran sangat senang mendapat hadiah dari Andin sehingga dia langsung mengganti jam yang biasa dia pakai dengan jam pemberian Andin walaupun jam yang Al kenakan sebelumnya jauh lebih mahal.

"Hadiahnya ada di apartemen. Nanti kamu masuk dulu ya, jangan langsung pulang." Aldebaran mengangguk mengiyakan.

Sesampainya di apartemen, Andin langsung mempersilahkan Aldebaran duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu mau minum apa, Mas?"

"Ga usah, Ndin."

"Ok kalau gitu, aku ke kamar dulu ya, Mas. Kamu tunggu disini."

Aldebaran pun menunggu selama kurang lebih dua puluh menit tapi Andin tidak kunjung kembali.

"Ndin..." Aldebaran berteriak memanggil Andin tapi Andin tidak menyahut.

"Andiin.." Tetap tidak ada sahutan.

Ngapain sih Andin. Kok lama banget. 

"ANDIIN.." Al memanggil Andin sekali lagi dengan lebih keras tapi tetap saja Andin tak bersuara.

Apa gue langsung ke kamarnya aja ya. Takut kenapa-napa. 

Al lalu berjalan menuju kamar Andin.

"Andin.. Kamu di dalam?"

Aldebaran mengetuk pintu kamar Andin berkali-kali. Ketika tidak ada jawaban, Al pun mencoba membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci.

"Andin? Saya masuk ya." 

Al melangkah memasuki pintu kamar dan terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Kamar Andin tampak meriah dengan dekorasi ulang tahun yang dipersiapkan Andin untuknya. Di sisi tempat tidur sampai permukaan kasur ramai dihiasi oleh balon-balon bernuansa merah yang juga dilengkapi dengan taburan kelopak mawar.

 Di sisi tempat tidur sampai permukaan kasur ramai dihiasi oleh balon-balon bernuansa merah yang juga dilengkapi dengan taburan kelopak mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Al melihat sekeliling kamar tapi dia tidak melihat Andin disana. Lalu tiba-tiba Al mendengar pintu kamar mandi terbuka dari arah belakang. Al menoleh ke belakang dan terpana saat melihat Andin keluar dari sana mengenakan lingerie merah seksi yang membuat jantung Al berdetak sangat kencang. Keringat dingin membasahi tubuhnya saat melihat pemandangan indah didepannya.

 Keringat dingin membasahi tubuhnya saat melihat pemandangan indah didepannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andin, kamu ngapain pake pakaian begitu?"  Al menelan ludah.

"Ini hadiah yang aku sebutin tadi, Mas. Kamu suka?" Kata Andin tersenyum sambil berjalan mendekati Al dan mengalungkan kedua lengannya ke leher Al.

"Suka. Tapi ini maksudnya apa?"

Wajah Andin memanas. "Aku ingin ini jadi malam yang bener-bener spesial buat kamu, Mas. Aku ingin ini jadi malam pertama kita." Bisik Andin.

"Malam pertama kita?" Al kembali menelan ludah.

Andin mengangguk dan menundukkan wajahnya, tiba-tiba merasa malu dan tidak berani menatap Al.

Al meraih dagu Andin dan memaksa gadis itu menatapnya. "Kamu yakin, Ndin?" Al menatap mata Andin dalam-dalam. "Kita ga harus ngelakuin ini kalau kamu belum siap. Saya ga mau kamu menyesal nanti."

Andin memejamkan matanya. Kata-kata sepupunya, Dayana, kembali terngiang-ngiang di benaknya.

Pokoknya sekarang lo harus ngelakuin apa aja buat bikin Al cinta mati sama lo. Setelah itu lo tinggalin dia. Dengan begitu hidup gue bisa tenang dan gue bisa ikhlas nerima keadaan gue sekarang.

Andin ingin agar semua sandiwara ini cepat berakhir. Dia berharap nanti setelah Al bercinta dengannya, Al akan segera melamarnya. Dan ketika mereka sudah bertunangan, Andin akan meninggalkan Aldebaran sesuai janjinya pada Dayana. Lebih cepat, lebih baik. Dia tidak ingin membuat Al semakin terluka. Dan jika boleh jujur, Andin juga takut jika nanti dia tidak akan sanggup meninggalkan Aldebaran jika dia terus mengulur-ulur waktu karena semakin lama perasaan cintanya pada pria itu semakin dalam.

Andin menghela napas dalam-dalam. "Iya, Mas. Aku yakin. Ini kali pertama bagi aku jadi aku ingin melakukannya dengan orang yang aku cintai."

"Ini kali pertama kamu?" Tanya Aldebaran lembut.

Andin mengangguk. Kedua pipinya merona merah.

"Ok. Kita pelan-pelan ya. Bilang saya kalau kamu merasa ga nyaman."

"Iya, Mas."

Al kemudian mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Andin. Al mencium Andin dengan lembut pada awalnya, mempelajari tekstur bibir indah Andin. Kemudian Al mencium Andin lebih dalam dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Andin. Semakin lama ciuman mereka semakin dalam dan basah. Lidah mereka saling bertautan, menjelajahi rongga mulut masing-masing.

Cukup lama mereka berciuman sampai Andin terpaksa melepaskan ciuman mereka karena kehabisan napas. Namun Al tidak berhenti dan mengalihkan ciumannya ke leher Andin sambil sesekali menggigit dan menghisap kulit leher Andin hingga meninggalkan tanda kepemilikan disana. Andin mendesah nikmat saat Al menjilat dan membelai titik-titik sensitif di lehernya dengan lidahnya yang ahli.

Ciuman Aldebaran lalu turun ke belahan dada Andin. Al menangkup kedua payudara Andin dan meremasnya lembut.

"Saya buka ya, Ndin."

Andin mengangguk dan Aldebaran lalu melucuti pakaian Andin sampai Andin berdiri polos dihadapannya dengan hanya mengenakan celana dalam. Mata Aldebaran terfokus pada kedua payudara Andin yang indah dan kencang. Al meremas keduanya dan mengusap-usap puncak payudara berwarna merah muda itu dengan ibu jarinya. Al lalu mendekatkan mulutnya ke puncak payudara yang sebelah kiri dan menghisapnya dengan lembut sambil memainkan lidahnya disana.

"Mas Al.." Andin sangat menikmati perlakuan Al, tangannya menahan kepala Al dengan erat ke payudaranya.

Puas bermain dengan yang kiri, Al kemudian memberikan perlakuan yang sama ke yang sebelah kanan. Sekarang kedua puncak payudara Andin sudah basah oleh saliva Al.

Setelah beberapa menit, Al akhirnya melepaskan mulutnya dari bagian tubuh Andin yang sangat menggoda itu dan menatap Andin lekat-lekat.

"Are you ready?" Tanya Al dengan suara rendahnya yang seksi yang selalu mampu menghipnotis Andin.



Tuesday, September 7, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang