Disclaimer: 🔞
Dua bulan kemudian...
"We're here." Kata Aldebaran sesaat setelah Rendy menghentikan mobil mereka di terminal bandara. Aldebaran keluar dari mobil dan berjalan ke pintu penumpang untuk membukakan pintu untuk Andin.
Hari ini mereka akan berangkat ke suatu tempat yang masih dirahasiakan oleh Al untuk baby moon mereka. Sekarang Andin sudah memasuki usia kandungan yang ke lima bulan sehingga sudah lebih nyaman dan memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh untuk bulan madu kedua sebelum bayi mereka lahir.
Setelah berterimakasih dan berpamitan dengan Rendy, Aldebaran menuntun Andin ke dalam terminal. Mereka melewati pemeriksaan keamanan yang singkat sebelum naik ke dalam jet pribadi milik Alfahri Group.
Kabinnya mewah dan berkelas yang di lengkapi dengan sofa, kursi, dan meja yang nyaman. Mereka disapa oleh awak kabin pria yang menggunakan seragam yang dihiasi logo perusahaan Alfahri Group.
"Selamat pagi, Pak Aldebaran dan Bu Andin." Sapanya sambil tersenyum ramah. "Bapak dan Ibu mau saya ambilkan minum sebelum kita take off?"
"Boleh, saya mau air mineral dingin saja." Jawab Andin.
"Sama." Sahut Al sambil melepaskan jasnya dan menyerahkannya kepada pramugara tersebut.
Aldebaran dan Andin duduk dan memasang sabuk pengaman dan tidak lama kemudian si pramugara datang membawakan minuman mereka sesaat sebelum lepas landas.
"Mas Al... Kamu beneran ga mau kasih tau kita kemana?" Tanya Andin cemberut sambil membuka botol minumannya.
Aldebaran tersenyum geli melihat ekpresi Andin. "Kalau bilang sekarang namanya ga surprise lagi dong. Tunggu aja kalau udah sampai tujuan."
"Kamu kebiasaan deh, Mas." Gerutu Andin. "Yang ada aku bisa mati penasaran sebelum kita sampai."
Senyum Aldebaran melebar dan dia meneguk minumannya. "Nanti kalau kapten udah mengizinkan kita berdiri, saya juga punya kejutan lain buat kamu."
Andin hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ucapan suaminya.
Tidak lama kemudian, terdengar suara kapten memberikan pengumuman singkat yang memperbolehkan mereka berkeliaran di dalam kabin.
Aldebaran berdiri dan mengulurkan tangannya pada Andin. Andin menatap suaminya dengan mata yang disipitkan sebelum meraih tangan Al dan berdiri. Aldebaran membawanya ke dalam kamar tidur yang terletak di bagian belakang kabin.
Ketika Andin memasuki kamar, dia berteriak senang ketika melihat bantal hamil berukuran besar yang tampak begitu halus dan empuk terletak di atas kasur. Andin berbalik dan memeluk Al dengan erat.
"Makasih banyak ya, Sayang. Kamu udah repot-repot siapin bantal hamil buat aku di pesawat."
Al mengangguk dan mencium rambut Andin. "Sama-sama. Saya mau kamu nyaman, Ndin."
Andin mendongak dan tersenyum menggoda pada suaminya. "Sekarang masih pagi, tapi ayo kita tidur siang, Mas."
Al membalas senyum Andin dengan seringai nakal. Dia menutup pintu kamar dan menuntun Andin ke kasur. Andin hanya sempat memeluk bantal hamilnya selama beberapa detik sebelum Al menyingkirkan bantal tersebut ke lantai dan meraih Andin ke dalam pelukannya.
Mereka baru tertidur dua jam kemudian setelah Al puas meniduri Andin dengan begitu menyeluruh sampai Andin nyaris tidak bisa bernapas karena terjangan klimaks yang begitu intens.
Tidak lama setelahnya, Andin bermimpi kalau dia jatuh yang membuatnya tersentak bangun. Jantungnya berdebar keras karena terkejut, lalu dia menyadari kalau dia sedang berada di dalam pesawat. Debar jantungnya melambat ketika menyadari dia baik-baik saja. Begitu pula dengan suaminya yang sedang tertidur disampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aldebaran, My Love
RomantizmAndini Poetri akan melakukan apa pun untuk menjerat Aldebaran Alfahri, mantan tunangan sepupunya. Tujuannya membuat Aldebaran jatuh cinta lalu meninggalkan pria itu menjelang hari pernikahan mereka. Segala cara akan Andin tempuh untuk membalaskan de...