Chapter 17

7.4K 408 40
                                    

Disclaimer: 🔞

"Kita mau kemana, Mas?" Andin bertanya untuk yang ke sekian kalinya.

Dan untuk ke sekian kalinya pula, Al menjawab dengan jawaban yang sama,

"It's a surprise, Andin."

Tapi Andin sudah bisa menduga ke mana mereka akan pergi. Ketika mereka memasuki gerbang tol Jagorawi, Andin curiga kalau Al akan mengajaknya ke Puncak. 

Tadi malam, Al mengajak Andin untuk menghabiskan long weekend bersama ke suatu tempat untuk merayakan monthiversary hubungan mereka yang ke tiga setengah bulan. Monthversary yang ke tiga setengah bulan. Andin tersenyum geli dan geleng-geleng kepala mengingat cara pikir Al yang out of the box. Tapi itulah salah satu alasan yang membuat Andin jatuh cinta pada Al. Al selalu punya caranya sendiri untuk membahagiakan Andin.

Al meraih tangan Andin, mencium telapak tangannya, dan menempatkan tangan mereka yang bertaut di pangkuannya. Dekat selangkangannya. Muka Andin memerah mengingat percintaan mereka tadi malam di mobil. Dia melirik ke kursi belakang dengan malu-malu, kursi yang sudah menjadi saksi bisu percintaan kasar mereka.

Saat marah, Al akan bercinta dengan kasar dan agresif. Andin sebenarnya malu mengakuinya, bahkan pada dirinya sendiri, tetapi dia sangat menyukai sisi Al yang temperamental itu saat mereka bercinta, hampir sama dengan dia menyukai sisi Al yang lembut dan penuh perhatian.

"Kok tiba-tiba diam aja? Kamu mikirin apa?" Tanya Al.

Andin menatap profil Al yang sedang menyetir. Al memiliki rahang yang kuat, hidung yang mancung, bibir yang lembut dan kissable, mata yang tajam, dan rambut yang halus dan tebal. Tampan. Aldebaran Alfahri adalah seorang pria yang tampan.

"Mas, inget ga waktu kita pertama kali ketemu di Library café?" Andin tersenyum mengingat pertemuan itu. "Waktu itu kamu jaim banget."

Al tertawa. Andin sangat menyukai tawa Al dan selalu senang mendengarnya.

"Mana mungkin saya lupa, Ndin." Al kembali tertawa dan tersenyum penuh arti.

"Ih. Ngapain senyum-senyum gitu?"

"Siapa yang senyum?" Tanya Al tanpa dosa. Senyumnya semakin lebar.

"Mas Al.. Kamu kenapa senyumnya mencurigakan gitu?" Tanya Andin, mencubit lengan Al gemas.

"Ndin.. Sejak pertama ketemu, kamu tau ga berapa kali saya mikirin kamu sambil..." Al menempatkan tangan Andin ke selangkangannya. Andin bisa merasakan kejantanan Al menegang di balik celana.

"Sambil apa?" Tanya Andin polos.

"Sambil itu. You know lah, Ndin." Jawab Al  menggerakkan tangan Andin naik turun di kejantanannya.

"Ha? Beneran? Tapi mainnya sendiri kan, Mas? Ga sama cewek lain?"  Andin tidak tahan membayangkan Al bersama wanita lain, menggunakan wanita itu untuk menyalurkan gairahnya. Gairah yang telah dibangkitkan oleh Andin sejak mereka bertemu.

"Sendiri." Jawab Al.

Mendengar itu, Andin tersenyum lega. Dia lalu mencondongkan tubuhnya mendekat, mencium leher Al dan membelai kejantanan Al dari balik celana. Andin mulai menurunkan resleting celana Al tapi Al menghentikannya.

"Ndin.." Napas Al memburu.

Al menarik rambut Andin, mendongakkan kepalanya, dan mencium bibir Andin dengan kuat, sementara tetap menjaga pandangannya ke jalan. Lidahnya menjelajah di dalam mulut Andin, membelai lidah Andin dengan belaian yang memabukkan. Andin merasakan mobil mulai melambat dan memasuki area taman yang sepi dan akhirnya berhenti.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang