Chapter 5

4.1K 348 32
                                    

Disclaimer: 🔞

Sinar matahari pagi yang menembus jendela kamar yang terbuka menghangatkan kulit Andin. Music player yang lupa mereka matikan tadi malam, sekarang sedang memainkan lagu 'All of Me' by John Legend yang menambah kesan romantis di pagi itu. Andin meringkuk lebih dekat pada suaminya, merasa puas dan bahagia.

Andin tidak bisa menahan senyumnya saat mengenang percintaan mereka semalam. Al dan Andin bercinta dengan lambat dan manis di bawah selimut bintang yang bersinar menembus jendela kaca yang terbuka. Andin tersenyum lembut saat dia mengangkat kepalanya dari dada Al dan mengamati Al yang sedang tertidur pulas. Hari ini adalah hari Sabtu jadi mereka bisa bermalas-malasan di tempat tidur pagi ini.

"I can feel you watching me," Kata Al serak, bibirnya menyunggingkan senyum meskipun matanya tetap tertutup.

"Mm-hm." Andin tersenyum geli.

"Jam berapa sekarang? It's too bright." Al bergeser, matanya masih terpejam, tetapi dia menurunkan lengan yang berada di belakang kepalanya untuk menarik Andin lebih dekat padanya. Andin menyipitkan matanya ke arah jendela, merasa silau dengan sinar matahari yang langsung menembus masuk karena mereka tampaknya juga lupa menutup jendela semalam.

"Siapa yang suruh buka jendela tadi malam, hmm?" Kata Andin.

"Yang jelas bukan saya," Kata Al sebelum membuka matanya dan menyeringai menggoda kearah Andin.

Andin menahan senyum dan menatap Al dengan sayang. Kombinasi suara bangun tidurnya yang serak dan matanya yang mengantuk begitu seksi. "Oh, mungkin semalam ada bisikan roh halus yang bilang: Ndin... Kita buka jendelanya ya biar bisa lihat bintang." Ejek Andin menirukan suara Al.

Al tertawa dan dalam sekejap dia menelentangkan tubuh Andin di kasur dan memposisikan diri diatas tubuh Andin. Wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Andin dan dia menatap Andin dengan ekspresi geli dan alis terangkat. "Oh, tapi saya ga dengar ada protes semalam." Kata Al, menekan kejantanannya yang menegang di kewanitaan Andin. "Saya cuma dengar desah puas semalaman."

Wajah Andin memerah saat mengingat Al yang sudah memuaskannya berulang kali semalam dan saat ini dia tidak bisa menahan erangan nikmat ketika Al membenamkan kejantanannya ke dalam kewanitaan Andin yang basah dan lembab dengan satu dorongan kuat.

"Andin... You feel like heaven." Bisik Al di telinga Andin saat pinggulnya bergerak ke luar masuk. Al menurunkan wajahnya dan menempelkannya di lekukan leher Andin sehingga setiap kali Al menarik diri dan tenggelam kembali ke dalam tubuh Andin, gesekan jenggotnya yang belum di cukur memberikan sensasi menggoda di kulit Andin.

Al terus bergerak, menggerakkan pinggulnya dalam gerakan melingkar di dalam tubuh Andin untuk menjangkau bagian sensitif dan tersembunyi, sebelum dia menariknya keluar untuk menyentuh inti kewanitaan Andin. Gesekan kejantanan Al dengan inti kewanitaannya terasa begitu nikmat sehingga membuat Andin mendesahkan nama Al berulang kali.

"Mas Al..." Andin mengerang saat Al melakukannya lagi, pahanya mulai menegang dan kulitnya memerah saat gelombang orgasme menerjang tubuhnya. Gelombang demi gelombang menenggelamkan tubuhnya dalam sensasi yang luar biasa.

Andin begitu tersesat dalam klimaksnya sehingga Andin tidak sadar kalau Al telah menarik diri dari tubuhnya dan memposisikan kepalanya diantara kedua kaki Andin.

"Mas Al!" Andin memekik saat lidah Al menjilat kewanitaannya yang sensitif, memperkuat intensitas orgasmenya sampai kenikmatan itu menjadi terlalu berat untuk ditanggung.

Al kemudian menarik diri keatas dan membenamkan wajahnya di antara payudara Andin saat dia memasuki tubuh Andin sekali lagi dan mulai mengejar orgasmenya sendiri.

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang