Chapter 9

8.3K 416 22
                                    

Disclaimer: 🔞

Jam enam lewat keesokan paginya, Andin menyelinap keluar dari kamar tidur. Dia berjalan menyusuri koridor ke arah ruang tamu untuk menelepon Dayana. Dia meninggalkan Aldebaran yang sedang tertidur pulas setelah bercinta non-stop semalaman. Wajah Andin memerah ketika mengingat semua hal intim yang dilakukan Al padanya.

Setelah ronde pertama di sofa ruang tamu, Aldebaran menggendong Andin ke kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air hangat untuk mereka berendam. Setelah mandi bersama, Al kembali menggendong Andin dan membaringkannya di tempat tidur.

Andin sempat tertidur sebentar sebelum Al membangunkannya lagi dengan ciuman di leher dan belaian yang ahli di kewanitaannya sampai Andin menggeliat nikmat. Al kemudian membenamkan miliknya ke milik Andin dari belakang, bercinta dengan pelan dan lembut sepanjang malam. Sentuhan Al sangat lembut seolah ingin menebus percintaan kasar yang diberikannya pada Andin sebelumnya.

Tapi sejujurnya, Andin menyukai permainan kasar mereka. Sekarang Andin tidak bisa memandang sofa ruang tamunya tanpa mengingat permainan cinta mereka yang menggairahkan. Tapi dia harus fokus. Dia harus mengkonfrontasi sepupunya tentang Ricky sebelum Aldebaran bangun.

Andin menghubungi Dayana beberapa kali sampai akhirnya Dayana mengangkat telepon Andin dengan nada mengantuk.

"Halo Ndin."

"Mbak, lo kenapa sih ceritain rencana kita ke Kak Ricky?" Andin berbisik, takut suaranya sampai ke kamar tidur.

"Gue khawatir sama lo, Ndin. Takut lo kenapa-napa. Jadi gue minta Ricky jagain lo."

"Tapi Kak Ricky hampir menghancurkan rencana kita Mbak!" Ujar Andin kesal. Dia lalu menceritakan perkelahian antara Al dan Ricky semalam kepada Dayana.

"Ya ampun. Trus gimana?" Dayana terdengar khawatir.

"Mas Al marah banget. Untung dia ga dengar omongan Kak Ricky di awal. Jadi dia marahnya karena liat Kak Ricky meluk gue."

"Al itu emang cemburuan dan posesif banget orangnya." Kata Dayana.

Rasa cemburu membakar hati Andin mendengar perkataan Dayana barusan. Dia tidak tahan membayangkan Al yang bersikap posesif pada Dayana.

"Tapi bagus dong Ndin kalau Al cemburu," Lanjut Dayana. "Itu artinya dia udah cinta sama lo."

"Ga tau Mbak." Andin berusaha mengelak. Entah kenapa dia tidak ingin menceritakan detail hubungannya dengan Al kepada Dayana.

"Ya udah. Ntar gue bilangin Ricky buat jaga jarak sama Al."

Andin mengangguk dan menutup telepon.

~~~

Andin mendengar Aldebaran sedang mandi saat dia kembali ke kamar. Dia duduk di kasur memainkan handphone nya sambil menunggu Al selesai. Beberapa menit kemudian Al keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk di pinggang. Andin menelan ludah melihat pemandangan indah di hadapannya.

 Andin menelan ludah melihat pemandangan indah di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Al.." Andin bangkit dari kasur dan mencium pipi Al. "Kamu mau sarapan apa, Sayang?"

"Ga usah, Ndin. Saya sarapan di rumah aja." Jawab Al sambil memungut pakaiannya dari atas kursi.

Andin kembali duduk di kasur, hatinya terasa sakit. Dia merasa ditolak oleh Al.

"Kamu masih marah, Mas?" Andin mengamati Al yang sedang fokus mengancingkan kemejanya satu per satu.

"Ga, Ndin." Al menatapnya. "Seharusnya saya yang minta maaf sama kamu."

Al berjalan menghampiri Andin dan menangkup pipi gadis itu.

"Maafin saya, ya. Saya sudah kasar dan bentak kamu semalam." Ujar Al merasa bersalah.

"Iya, Mas. Aku udah maafin kamu. Tapi jangan diulangi, ya." Ucap Andin serius.

"Iya. Saya janji." Al mengecup dahi Andin lembut.

"Kamu yakin ga mau sarapan disini, Mas?" Tanya Andin.

"Iya Ndin. Saya ga enak sama Mama. Akhir-akhir ini sering saya tinggal sendirian."

"Iya, kasian juga Mama Rossa."

Al mengangguk dan mengeluarkan sesuatu berbentuk kotak dari kantong celananya. Dia lalu menyerahkan kotak itu kepada Andin.

"Apa ini Mas?" Tanya Andin berbisik, saat melihat kotak perhiasan Tiffany & Co. yang merupakan salah satu merek perhiasan paling mewah dan bergengsi.

"Buka aja." Jawab Al.

Andin membukanya dan terkesiap melihat isi kotak itu. Didalamnya terdapat liontin berlian berbentuk hati yang cantik dan pastinya juga mahal.

 Didalamnya terdapat liontin berlian berbentuk hati yang cantik dan pastinya juga mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas Al.." Andin menatap Al berkaca-kaca, "Ini pasti mahal banget Mas. Aku ga bisa terima." Andin kembali menyodorkan kotak itu kepada Al.

"Apa sih, Andin." Kata Al kesal. Dia mengeluarkan liontin itu dari kotak lalu duduk di belakang Andin dan langsung mengalungkannya ke leher Andin.

"Mas Al.." Protes Andin.

"Udah, terima aja. Jangan banyak protes." Omel Al.

"Iya, Sayang. Makasih ya." Andin membalikkan badannya dan mencium bibir Al lembut.

"Kamu suka?" Tanya Al.

"Suka banget. Kamu kapan belinya, Mas?" Tanya Andin penasaran sambil membelai liontin di lehernya.

"Kemarin sore, sebelum kesini. Niatnya mau kasih kamu surprise, tapi saya malah liat kamu pelukan sama laki-laki lain." Gerutu Al. Bayangan Andin berada di pelukan Ricky membuat emosinya kembali tersulut. "Awas aja kalau dia berani nyentuh kamu lagi, Ndin. Saya akan hajar habis-habisan." Ujar Al geram.

"Jangan khawatir, Sayang. Aku ga punya hubungan apa-apa sama Kak Ricky." Ujar Andin, menatap Al penuh cinta. "I'm yours, My love. I'm yours..."



Sunday, September 12, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang