Chapter 8

8.9K 443 17
                                    

Disclaimer: 🔞

Aldebaran tiba-tiba menerjang ke arah Ricky dan memukul wajahnya dengan keras. Ricky tersungkur ke lantai karena kekuatan pukulan Al.

"Bangun Anda!" Teriaknya.

"Mas Al!"

Andin berlari panik ke arah Al dan memeluk pria itu dari belakang, kedua lengannya memeluk pinggang Al dengan erat.

"Sayang.. Tenang ya.." Andin berusaha menenangkan Al sambil menciumi punggung Al berkali-kali. Air mata Andin mengalir deras.

Ricky sekarang sudah bangkit dan menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Lo liat sendiri kan, Ndin? Pria ini berbahaya!" Teriak Ricky emosi.

Tubuh Aldebaran seketika menegang di pelukan Andin, bersiap untuk kembali menghajar pria itu. Tapi tangan Andin menahannya, memeluknya semakin erat.

"Mas Al. Udah please," bujuk Andin. "Kak Ricky ini temen aku. Dia ga bermaksud jahat."

Emosi mendengar Andin membela Ricky, Aldebaran melepas pelukan Andin dengan kasar dan berjalan keluar apartemen dengan emosi yang meluap-luap.

"Mas Al!"

Andin berlari mengejar Aldebaran dan berusaha meraih lengannya.

"Lepas Andin!" Bentak Al.

Andin tersentak mendengar bentakan Al. Selama tiga bulan mereka bersama, belum pernah sekalipun Al membentaknya.

"Jangan kasar sama perempuan!" Geram Ricky yang ternyata juga mengejar mereka keluar.

Andin, yang tidak ingin suasana menjadi semakin panas, berusaha meredam situasi.

"Kak Ricky. Makasih atas perhatiannya. Tapi aku tau Mas Al ga seperti yang kakak bilang. Sekarang biarin aku dan Mas Al menyelesaikan masalah kami berdua." Ujar Andin. Sorot matanya memohon agar Ricky bisa pergi dan tidak memperkeruh suasana.

Ricky sebenarnya tidak mau pergi karena dia takut Aldebaran akan berbuat kasar pada Andin, tapi dia juga sadar kehadirannya tidak diinginkan disana.

"Kabarin gue kalau lo butuh apa-apa. Nomor handphone gue masih sama." Ujar Ricky pada Andin sebelum berlalu dari sana.

Andin memandang wajah Aldebaran dengan kalut. Sejak bentakannya tadi, Al tidak mengeluarkan suara sepatah kata pun.

"Mas Al. Kita ke atas yuk." Bujuk Andin.

Al tidak menjawab tapi langsung berjalan mendahului Andin ke unit apartemen Andin di lantai sepuluh. Al yang memiliki kartu akses apartemen Andin, bisa keluar masuk apartemen Andin dengan bebas.

Sebelum menyusul Al, Andin terlebih dahulu mampir ke meja resepsionis untuk minta maaf pada Dita dan Pak Adi, penjaga pintu apartemen, atas insiden barusan dan mengambil buket mawar yang dia titipkan disana.

Aldebaran sudah menunggu di ruang tamu apartemen dengan raut wajah dingin dan kaku saat Andin tiba beberapa menit kemudian.

"Apa hubungan kamu sama laki-laki itu?" Tanya Al dingin.

Andin memejamkan matanya sesaat dan menarik napas dalam-dalam sebelum duduk di sebelah Al. Andin tidak tahu apakah Al mendengar percakapannya dengan Ricky atau tidak. Tapi Andin memutuskan untuk menceritakan semuanya dengan jujur, kecuali dua hal, tentang identitas sepupunya dan rencana balas dendam mereka.

"Kak Ricky itu teman lama aku waktu SMA, Mas. Kebetulan dia itu marketing manager di perusahaan kosmetik saingan kamu dan dia tau sedikit banyak tentang kamu. Jadi setelah dengar dari sepupuku kalau aku pacaran sama kamu, Kak Ricky datang kesini buat memperingati aku, Mas. Dia khawatir kamu bukan orang yang baik." Ujar Andin sambil menunduk. Dia masih belum berani menatap Aldebaran.

"Dia ga tau apa-apa tentang saya." Geram Al. "Dia ga tau kehidupan pribadi saya. Dia hanya tau reputasi saya di dunia bisnis."

"Iya, Mas. Aku tau. Aku percaya kamu orang yang baik." Ujar Andin memberanikan diri menatap Al. Al balas menatapnya dengan tajam.

"Kamu suka?" Tanya Al tiba-tiba, mengangguk kearah buket mawar yang ada di pangkuan Andin.

"Iya. Aku suka." Andin membenamkan wajahnya diantara kelopak mawar dan menghirup aroma yang sangat dia sukai itu. "Tadi aku chat kamu, Mas, bilang makasih. Tapi kamu ga balas."

"Andin." Nada suara Al yang tegas membuat Andin kembali menatap pria itu. "Saya ga suka kamu di peluk dan dicium laki-laki lain selain saya." Ujar Aldebaran, matanya berkilat marah.

"Tapi Mas.. Kak Ricky cuma.."

"Apapun alasannya," Potong Aldebaran. "Saya ga suka." Tegas Aldebaran.

"Iya, Sayang. Maafin aku ya." Andin menangkup pipi Aldebaran dan menciumnya dengan lembut, bibir Andin membujuk dan meminta maaf.

Ciuman balasan Aldebaran kasar dan menyeluruh. Dia melumat bibir Andin dengan ganas dan menarik gadis itu ke pangkuannya, mengakibatkan bunga mawar di pangkuan Andin terjatuh ke lantai. Al kemudian melingkarkan kedua kaki Andin ke pinggangnya, membuat rok Andin tersingkap.

Al menggigit bibir bawah Andin dan mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Andin, menahan Andin di posisi yang dia inginkan sambil mencengkeram rambut Andin dengan kuat. Sikapnya yang mendominasi itu sangat jelas menyiratkan kepada Andin bahwa Andin hanyalah miliknya seorang.

Al menarik kemeja Andin dengan paksa sehingga kancing kemeja Andin terlepas dan berserakan di lantai. Tangan Al menyelinap ke balik cup bra Andin dan mengeluarkan kedua payudaranya. Jemarinya menjepit dan menarik puncak payudara Andin dengan ahli, membuat tubuh Andin bergairah. Al lalu menggigit puncak payudara Andin dan menghisap puncak yang nyeri dan sensitive itu dengan kuat sampai Andin merasakan getaran di kewanitaannya.

Tangan Al kemudian menyelinap masuk ke bawah rok Andin dan merobek celana dalam Andin dengan satu sentakan. Al menangkup kewanitaan Andin yang hangat dan basah, membelai kulit lembut disana tanpa kenal lelah sampai Andin mencapai klimaks dan tubuhnya berguncang. Al lalu bergegas melepas sabuk dan resleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya yang sudah sangat mengeras dari dalam boxer. Al menahan pinggul Andin dengan kedua tangannya dan menghunjamkan kejantanannya ke dalam tubuh Andin dengan begitu dalam.

"Mas Al!" Andin berteriak kencang, meneriakkan nama Aldebaran dengan suara bergetar.

Al menggerakkan pinggulnya dari bawah dengan tempo yang cepat dan kuat, menguasai tubuh Andin dengan sekuat tenaga. Al mencapai klimaks dengan keras, menyemburkan benihnya ke dalam tubuh Andin yang menyebabkan Andin kembali meneriakkan namanya dan mencapai klimaks kedua yang lebih intens.

Ketika Al menarik diri, Andin terkulai lemas tak berdaya dan bernapas dengan berat. Andin mengalungkan lengannya di leher Aldebaran dan membenamkan wajahnya disana, menghirup aroma tubuh Al yang sudah menjadi candu baginya.

Entah berapa lama mereka berada di posisi tersebut sampai akhirnya Aldebaran mendongakkan wajah Andin kearahnya dan menunduk menatap Andin dengan matanya yang keras dan penuh tekad.

"You're mine, Andin. You're mine."



Saturday, September 11, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang