Chapter 10

10K 442 23
                                    

Disclaimer: 🔞

Andin mengantarkan Al ke depan pintu apartemen dan berjinjit untuk memberikan Al ciuman perpisahan. Ciuman yang awalnya ringan lama-lama berubah menjadi dalam dan basah. Andin terus saja menciumi Al, seakan-akan tak rela harus berpisah dengan kekasihnya itu.

"Ndin..Kalau kamu cium saya terus, kapan saya berangkatnya?"

"Mas Al jangan pergi dulu.." Kata Andin manja sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Al. "Masih mau peluk."

Al yang juga tidak mau berpisah dari Andin, akhirnya mengajak Andin untuk ikut ke rumahnya.

"Ya udah.. Kamu ikut saya aja sarapan di rumah. Mama juga kangen sama kamu." Ajak Al. "Kamu hari ini ngajar siang, kan?"

"Iya. Aku mandi dulu ya." Ujar Andin.

"Kan tadi subuh udah, Ndin." Kata Al heran, "Kamu ganti baju aja, ga usah mandi lagi."

"Tapi kan setelah itu kamu..." Andin tidak meneruskan ucapannya. Wajahnya merona merah.

"Oh Iya.." Al salah tingkah. "Ya udah saya tungguin. Tapi jangan lama-lama."

"Iya.." Andin kemudian berlari ke dalam kamar.

Al kembali masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Al lalu menelepon mamanya untuk memberitahu kalau dia akan mengajak Andin sarapan di rumah.

"Al.. Akhir-akhir ini mama liat kamu sering nginap di tempat Andin. Kamu serius kan sama Andin? Mama ga mau ya kalau kamu cuma main-main." Nasihat mama Rossa dari seberang telepon.

"Iya, Ma. Aku serius kok." Jawab Al menenangkan mamanya itu.

"Kalau gitu kapan kamu mau lamar Andin, Al?"

"Rencananya  dua bulan lagi pas ulang tahunnya Andin, Ma."

"Wah. Mama senang dengernya." Mama Rossa terdengar sangat bahagia mendengar rencana Al. "Bilang Mama kalau butuh bantuan ya."

"Pasti Ma. Aku udah punya beberapa ide sih tapi belum tau mau pilih yang mana. Yang paling penting, aku ingin ini jadi momen yang sangat spesial buat Andin."

"Aduh aduh.. Anaknya mama bisa romantis juga ya." Mama Rossa tertawa senang mendengar anaknya yang kaku ternyata sudah memikirkan dan mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk melamar kekasihnya.

"Mama jangan mulai deh."

"Iya maaf." Mama Rossa sangat paham atas sifat anaknya yang gengsian. "Ya udah, Mama tunggu kalian di rumah ya. Bye, Al."

"Bye, Ma."

~~~

Mama Rossa sedang sibuk menata meja makan saat Al dan Andin tiba di rumah Al di Pondok Pelita. Al dan Andin menghampiri dan menyalami Mama Rossa.

"Kiki sama Mirna mana, Ma? Kok mama sendiri yang nyiapin ini?" Al menanyakan keberadaan dua asisten rumah tangga yang bekerja di rumah itu.

Rumah Al memang luas sehingga membutuhkan dua ART, satu tukang kebun, dan dua security untuk membantu mengurusnya.

"Ada di belakang." Jawab Mama Rossa. "Mama emang sengaja ingin nyiapin ini sendiri, Al." 

"Boleh aku bantu, Ma?" Tanya Andin.

"Ga usah, Sayang. Kamu sama Al duduk aja. Ini udah mau selesai kok."

Andin dan Al menunggu sampai Mama Rossa selesai menata makanan di meja sesuai dengan keinginannya. Setelah itu mereka makan sambil mengobrol ringan. Mama Rossa cerita bahwa dia baru saja selesai video call dengan mama Andin di London. Sebelumnya Andin memang sudah memperkenalkan Al dan Mama Rossa kepada orang tuanya melalui telepon dan video call.

Setelah perkenalan itu, Andin bisa melihat kalau orangtuanya sangat menyukai Al dan mamanya. Andin jadi takut membayangkan bagaimana semua ini akan berakhir. Apapun pilihannya nanti, akan banyak sekali pihak yang terluka. Terkadang Andin berpikir untuk mengemasi semua barang-barangnya dan menghentikan semuanya sekarang. Namun ketika dia menatap Al, hatinya berontak, belum rela melepaskan pria itu.

"Ndin, kamu malam ini nginap disini ya?"

Suara Mama Rossa membuyarkan lamunan Andin.

"Boleh, Ma. Nanti habis dari kampus aku kesini." Jawab Andin.

"Okay." Kata Mama Rossa.

Setelah selesai sarapan, Mama Rossa meninggalkan Al dan Andin untuk pergi berkebun di halaman belakang. Sementara Andin mengikuti Al ke kamarnya yang hendak bersiap-siap untuk ke kantor.

"Aku pilihin baju buat kamu ya, Mas?"

Aldebaran mengangguk. Dia lalu duduk di sofa memperhatikan Andin memilih-milih bajunya di walk-in closet  yang terletak di balik partisi ruang di samping tempat tidur. Gairah Al tiba-tiba bangkit ketika melihat Andin membungkuk untuk mengambil kaus kaki di rak paling bawah. Gerakan Andin membuat rok nya tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya.

"Ndin.." Panggil Al parau.

"Ya Mas?" Jawab Andin yang sekarang sudah berdiri dan sedang memilih dasi untuk Al.

Aldebaran menghampiri Andin dan memeluknya dari belakang. Al menyibakkan rambut Andin dan menciumi titik sensitive di leher gadis itu.

"Mas Al.. Jangan disini.." Protes Andin lemah.

"Ga apa-apa, Ndin. Ga ada yang berani masuk ke kamar saya." Al meyakinkan Andin.

Al membalikkan tubuh Andin menghadapnya dan mencium Andin dengan kuat, lidahnya menjilat bagian dalam mulut Andin dengan dalam dan menyeluruh. Andin mendesah nikmat dan membenamkan jemarinya ke rambut Al yang lembut dan tebal. Tangan Al menyelinap ke balik rok Andin dan menurunkan celana dalam Andin melewati kakinya yang mulus. Jemari Al lalu membelai kulit lembut di antara kaki Andin dengan ahli sampai bagian itu basah dan berdenyut.

Al mengangkat tubuh Andin dan mendesaknya ke dinding. Andin melingkarkan kedua kakinya di pinggang Al dan merangkul bahu Al dengan erat. Al menurunkan tangannya di antara tubuh mereka lalu membuka resleting celananya dan mengeluarkan kejantanannya yang keras. Andin lalu meraih kejantanan Al dengan tangan gemetar dan menuntunnya masuk ke dalam tubuhnya. Puncak kejantanan Al membelai tubuh Andin yang sensitif.

"MAS AL... KIKI MAU AMBIL CUCIAN." Terdengar ketukan dan suara Kiki yang nyaring dari depan pintu kamar.

[Sebagian chapter sudah dihapus]

Author's Note: Penasaran mereka ketahuan apa gak? Adegan panas 🔞 dan mendebarkan lanjutan dari adegan diatas tersedia dalam bentuk eBook PDF. DM aja di IG: @iamwilonaa🥰



Tuesday, September 14, 2021

Jangan lupa follow, vote, dan comment ya💕

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang