Chapter 32

5.8K 513 80
                                    

Disclaimer: 🔞

"Yes?" Tanya Al. "Did you say yes?" Al mencoba meyakinkan dirinya kalau Andin memang menerima lamarannya. Dia hampir tidak bisa bernapas karena Andin memeluknya sangat erat.

"Yes!" Teriak Andin. "Yes!"

Al tertawa dan meraih tangan Andin dengan tangannya yang gemetar dan mulai menyelipkan cincin itu ke jari manis Andin.

Andin menangis sekaligus tersenyum bahagia saat menatap cincin dijarinya. "Ya Allah, Mas. It's so beautiful!"

Al mengangkat tangan Andin dan wow, cincin itu terlihat lebih cantik di jari Andin daripada yang pernah Al bayangkan.

"Alhamdulillah kalau kamu suka." Kata Al. Dia berdiri dan menarik Andin ke pelukannya, lalu mencium bibir Andin dengan lembut. "My future wife." Bisiknya.

"My future husband." Balas Andin tersipu malu.

"Saya mau setelah pulang kita segera nikah, Ndin. Ga usah nunggu lama-lama."

Andin menatap Al dengan tatapan memuja. Wajahnya sarat akan kebahagiaan. "Iya, Sayang."

"Mungkin sebulan cukup buat nyiapin pernikahan." Kata Al.

"Hah? Sebulan?" Andin menangkupkan kedua tangannya ke pipi Al. "Sayang, kita ga bisa siapin pernikahan dalam sebulan."

"Bisa, Ndin."

"Ga, Mas. Biasanya butuh enam bulan atau bahkan setahun."

Al mengerang. Enam bulan atau setahun? Yang benar saja!

"Saya maunya bulan depan kita udah lamaran, Ndin. Setelah itu kita langsung nikah dalam sebulan. Terserah konsepnya seperti apa. Kita sewa sepuluh WO jika perlu." Kata Al tegas.

"Ya ampun, Mas. Kamu kok ga sabaran banget, sih?" Andin tertawa.

"Emang kamu ga mau, Ndin?"

"Mau, Sayang. Tapi kalau kita nikahnya mendadak, nanti orang mikir yang aneh-aneh."

"Mikir apa?" Al menatap Andin heran.

"Misalkan kalau aku hamil." Jawab Andin, wajahnya merona.

"Tapi kan kamu ga hamil, Ndin. Minggu lalu kamu datang bulan, kan?" Tanya Al polos.

"Ih kamu ya!" Andin memukul pundak Al. "Aku ga bilang aku hamil, aku cuma khawatir orang-orang mikir begitu kalau kita nikahnya mendadak."

"Ga usah dengerin omongan orang." Ujar Al.

Al tidak peduli jika dia terkesan menuntut. Dia sudah tidak sabar ingin menikahi Andin dan membangun keluarga bersamanya. Kalau mereka sudah menikah, Andin bisa berhenti meminum pil KB yang selalu rutin dia minum setiap hari.

"Gimana? Mau kan?" Tanya Al lagi.

Andin tersenyum geli menatap Al lalu mengangkat bahunya dengan pasrah. "Ok, Sayang. Whatever you want."

Al tersenyum lebar dan mencium dahi Andin. "Makasih, Ndin." Dia lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya yang lain dan menyodorkannya pada Andin. "Your birthday present." Katanya.

" Katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang