Chapter 7

3.7K 388 37
                                    

Disclaimer: 🔞

"ARE YOU KIDDING ME?" Teriak Al emosi, melawan keinginan untuk memukul atau menghancurkan sesuatu. Dia sedang berada di departure lounge Changi Airport menunggu pesawatnya berangkat ke Jakarta ketika Pak Yudha meneleponnya tentang ulah Lisa.

"Sayang sekali saya tidak sedang bercanda Pak Al." Kata Pak Yudha. "Bahkan ada beberapa portal berita online yang langsung merilis artikelnya beberapa detik setelah menghadang Bu Andin di kampus. Saya sudah kirim link nya ke Pak Al."

Al membuka salah satu link artikel yang dikirim Pak Yudha ke handphone-nya dan amarahnya semakin memuncak saat Al melihat foto Andin yang berdiri sendirian disana dengan wajah pucat dan panik, terlihat begitu kewalahan dan tak berdaya menghadapi serangan wartawan yang bertubi-tubi.

Dan itu benar-benar membunuh Al. Mengoyak hatinya karena dia tidak ada disana untuk melindungi Andin. Tidak bisa menghapus ekspresi ketakutan yang terlihat jelas di wajah istrinya. Al ingin sekali memeluk Andin sekarang tapi dia tidak bisa. Dia tidak bisa karena kesalahannya sendiri. Dia lah yang telah meninggalkan Andin sendirian dan memaksanya untuk menghadapi Lisa seorang diri.

"Sekarang Bu Andin sudah aman di rumah." Kata Pak Yudha melanjutkan. "Sebelum menelepon Pak Al, saya tadi sudah bicara dengan Bu Andin kalau untuk saat ini sebaiknya kita tidak merespon pertanyaan wartawan sebelum hasil tes DNA-nya keluar. Kalau kita bereaksi sekarang, situasinya akan bertambah kacau karena kemungkinan besar pernyataan kita akan dipelintir karena belum punya bukti."

"F*CK!" Geram Al, menggosok wajahnya frustasi. "So, what should we do now?

"Sebisa mungkin menghindar dari wartawan dan menolak memberi pernyataan. Setelah hasil tes DNA-nya keluar dan ternyata negatif, kita bisa laporkan Lisa Andita ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik kalau itu yang Pak Al mau."

"Yes, that's what I want." Kata Al tegas sebelum menutup telepon. Tapi Al tidak akan tinggal diam. Dia akan membuat perhitungan dengan Lisa. Menghancurkan karir Lisa adalah tahap awal dan setelah itu menjebloskan Lisa ke penjara.

Al menghembuskan napas dengan keras dan menyandarkan kepalanya ke kursi. Kepalanya berdenyut memikirkan masalah yang terus datang silih berganti dan sekarang dia sangat membutuhkan Andin. Selama empat hari terakhir, Al sangat merindukan Andin dan ingin sekali menghubunginya. Namun, Al belum siap. Dia ingin menjernihkan pikirannya terlebih dahulu sebelum bicara dengan Andin karena takut akan mengatakan sesuatu yang membuat Andin makin terluka.

Lama Al duduk disana memikirkan Andin dan masalah yang mereka hadapi sampai panggilan untuk menaiki pesawat terdengar. Tanpa pikir panjang Al buru-buru menelepon Angga sebelum terlambat. Beruntung Angga langsung mengangkat teleponnya di deringan pertama.

"Hey, Al! what's up?"

"Ngga, sorry mendadak tapi lo bisa jemput gue di bandara ga sekitar dua jam lagi?" Kata Al buru-buru. "Tapi sebelumnya gue mau lo nanya ke Andin, dia mau ikut apa ga? Kalau dia mau, lo jemput Andin ke rumah. Setelah itu, kalian ke bandara. Gimana? Lo bisa ga?"

"Wait wait..." Ujar Angga. "Satu-satu kalo ngomong."

Al dengan tidak sabar mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

"Okay... Jadi intinya, lo minta gue jemput lo ke bandara dan nanyain ke Andin dia mau ikut apa ga, gitu?"

"Iya."

"Tapi pertanyaan gue disini, lo sama Andin masih berantem? Sampe nyuruh gue yang nanya segala." Celetuk Angga.

"Angga, pesawat gue mau berangkat ini. Lo bisa ga?"

Aldebaran, My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang